visitaaponce.com

Belajar Mengolah Data Rumit Jadi Karya Tulis yang Asik

Belajar Mengolah Data Rumit Jadi Karya Tulis yang Asik
Pelatihan Jurnalistik MI Institut di Kampus PKN STAN, Bintaro, Tangerang, Rabu (13/9).(MI/R.M. Zen)

SEBAGAI seorang dosen D3 Kebendaharaan Negara di Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Santorry, mengatakan dirinya kerap kebingungan ketika diminta untuk menulis artikel berdasarkan hasil riset dengan bahasa yang lebih sederhana.

Seorang dosen, kata Santorry, punya kewajiban untuk membagikan hasil riset itu kepada masyarakat. Dia menyebut ada banyak riset yang dihasilkan mahasiswa terkait pengelolaan keuangan negara yang sebenarnya menarik untuk disebarluaskan. Namun, kemampuan untuk menuliskan hasil riset itu ke dalam bentuk tulisan populer masih jadi kendala bagi dia.

“Saya itu ibaratnya tidur di bawah tumpukan data. Saya sebelumnya tidak memiliki kesadaran soal data itu, bahwa data itu penting. Sehingga sangat bermanfaat apabila informasi yang kaya ini bisa dibagikan kepada masyarakat. Misalnya saja soal peta alokasi anggaran negara dari tahun ke tahun naik tinggi. Tetapi pendapatan per kapita datar-datar saja, lalu dikaitkan dengan indeks pembangunan manusia, ternyata datar juga. Berarti kan ada sesuatu di situ. Makanya ada fenomena yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Temuan-temuan ini perlu disampaikan ke masyarakat supaya lebih paham kondisi ekonomi di Indonesia,” kata Santorry dalam pelatihan Jurnalistik MI Institut di Kampus PKN STAN, Bintaro, Tangerang, Rabu (13/9).

Baca juga: Implementasi Sadar Risiko Untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Setelah mendapatkan kelas dari MI Institut, Santorry merasa pikirannya lebih terbuka dan mengerti bagaimana teknik menulis karya ilmiah populer dengan bahasa yang membumi. Jika sebelumnya karya tulis yang ia buat masih terlalu rumit dan begitu banyak data dan angka, ia berharap melalui pelatihan penulisan ilmiah populer bisa diterapkan untuk ke depannya.

Kabag Akademik, Administrasi dan Kemahasiswaan STAN Ahmad Rus'an juga menuturkan ia sengaja memberikan pelatihan kepada beberapa sumber daya manusia (SDM) di kampusnya untuk menambah keahilan dalam dunia tulis menulis.

Baca juga: Dosen IPB Racik Bawang Dayak sebagai Minuman Fungsional Antidiabetes

“Terutama dosen ya. Di pelatihan ini mayoritas dosen, ada sekitar 18 orang dosen, sisanya tenaga humas dan perpustakaan. Kami berharap banyak yang mengetahui hasil riset itu. Sehingga masyarakat secara umum, terutama di Kementerian Keuangan apa manfaat APBN. Kemudian bagaimana progress atau update daya dorong APBN terhadap perekonomian. Itu yang kita harapkan. Sehingga mereka paham. Kalau sudah paham nanti impactnya banyak,” ujar Rus’an.

“Salah satu contoh output yang diharapkan dari pelatihan ini, misalnya, yang namanya pajak itu dipaksakan dalam undang-undang. Ketika masyarakat paham pajak itu menjadi penopang APBN, mereka ketika membayar pajak lebih mengerti, lebih mudah, lebih paham bahwa dia itu punya peran yang banyak. Masyarakat punya peran dalam menopang APBN, lalu dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk pembangunan. Itu semua kan perlu dikomunikasikan. Entah itu melalui tulisan populer dari para dosen, dari humas, itu penting sekali,” pungkasnya. (Dis/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat