visitaaponce.com

Penelitian Menemukan Perubahan pada Organ Terkait Long Covid

Penelitian Menemukan Perubahan pada Organ Terkait Long Covid
Individu yang mengalami long covid menunjukan kelainan pada beberapa organnya setelah terinfeksi.(Freepik)

SEBUAH studi di Inggris menyatakan bahwa sepertiga dari individu yang pernah dirawat di rumah sakit akibat covid-19 memiliki kelainan pada beberapa organ usai berbulan-bulan setelah terinfeksi, yang dapat memberikan wawasan tentang kondisi yang misterius, yaitu long Covid.

Diperkirakan jutaan orang di seluruh dunia menderita long Covid. Di mana berbagai gejala seperti sesak napas, kelelahan, dan kebingungan berlangsung lama setelah pasien pertama kali terjangkit virus.

Namun, masih banyak yang belum diketahui tentang kondisi ini, termasuk bagaimana Covid menyebabkan berbagai gejala yang begitu bervariasi.

Baca juga: Pascaoperasi, Tingkat Risiko Kambuh Pasien Kanker Ginjal Mencapai 40 Persen

Penulis studi terbaru ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine, mengatakan bahwa penelitian ini merupakan "langkah maju" dalam membantu penderita long Covid.

Studi ini merupakan yang pertama yang mengamati pemindaian resonansi magnetik (MRI) dari beberapa organ, otak, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru, setelah individu dirawat di rumah sakit akibat Covid.

Baca juga: Ini Penyebab CPR Pada Perempuan Jarang Dilakukan

Studi ini membandingkan pemindaian organ dari 259 orang dewasa yang pernah dirawat di rumah sakit akibat Covid di seluruh Inggris pada 2020-2021 dengan kelompok kontrol berisi 52 orang yang tidak pernah terinfeksi virus.

Studi ini menemukan bahwa hampir sepertiga pasien Covid memiliki kelainan pada lebih dari satu organ rata-rata lima bulan setelah keluar dari rumah sakit.

Mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Covid memiliki risiko 14 kali lebih tinggi untuk memiliki kelainan paru-paru dan tiga kali lebih tinggi untuk memiliki kelainan pada otak, demikian kata penelitian ini. Meskipun begitu, jantung dan hati tampaknya lebih tahan, tambah para peneliti.

Kelainan pada otak termasuk tingkat lesi otak putih yang lebih tinggi, yang telah dikaitkan dengan penurunan kognitif ringan.

Peningkatan parut dan tanda-tanda peradangan termasuk di antara perubahan yang terlihat pada paru-paru.

Bukti Konkrit

"Individu dengan kelainan pada beberapa organ memiliki risiko empat kali lebih tinggi untuk melaporkan gangguan mental dan fisik yang parah, membuat mereka tidak mampu menjalankan aktivitas sehari-hari," kata penulis utama Betty Raman dari Universitas Oxford dalam konferensi pers online.

Penelitian ini dilakukan selama tahap awal pandemi, sebelum imunitas massal akibat vaksinasi dan infeksi sebelumnya mengurangi tingkat keparahan Covid secara keseluruhan.

Studi ini juga tidak mencakup varian Omicron yang kurang parah tetapi tetap mendominasi di seluruh dunia. Kelompok Covid juga sedikit lebih tua dan umumnya kurang sehat daripada kelompok kontrol, meskipun peneliti berusaha menyesuaikan temuan mereka untuk memperhitungkan perbedaan ini.

Namun, peneliti menekankan  orang masih dirawat di rumah sakit akibat virus di seluruh dunia.

Penulis pendamping studi, Christopher Brightling dari Universitas Leicester, mengatakan penelitian ini memberikan bukti konkrit bahwa ada perubahan pada sejumlah organ setelah orang dirawat di rumah sakit akibat Covid.

Daripada menjadi alasan untuk khawatir, ia mengatakan temuan ini adalah langkah maju dalam hal benar-benar dapat membantu orang dengan long Covid.

Matthew Baldwin, seorang spesialis penyakit paru di Universitas Columbia yang tidak terlibat dalam studi tersebut, mengatakan hasil ini menunjukkan bahwa long Covid tidak dapat dijelaskan oleh defisit parah yang terpusat pada satu organ.

"Istilah lain, interaksi dua atau lebih kelainan pada organ mungkin memiliki efek aditif atau multipel dalam menciptakan defisit fisiologis yang mengakibatkan gejala long Covid," tulisnya dalam sebuah artikel komentar di Lancet. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat