visitaaponce.com

Tafsir An-Nisa 164 Kalam Allah bukan Huruf dan Suara

Tafsir An-Nisa 164: Kalam Allah bukan Huruf dan Suara
Ilustrasi.(Freepik.)

DALAM 20 sifat wajib Allah subhanahu wata'ala terdapat kalam atau berbicara. Allah memiliki sifat kalam tetapi jauh berbeda dengan bicara makhluk. Sifat kalam dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 164.

Bagaimana kita memahami sifat kalam Allah? Berikut penjelasannya oleh Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.

An-Nisa 164

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا

Wa kallamallaahu muusaa takliimaa.

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Penjelasan

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat kalam. Sebagaimana sifat-sifat Allah yang lain, sifat kalam Allah itu azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan). "Karena itu, kalam Allah bukan bahasa, bukan huruf, dan bukan suara," ungkap Asyari.

Baca juga: Tafsir An-Najm Ayat 42: Zat Allah tidak Dapat Dibayangkan

Allah memperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ini kepada Nabi Musa 'alaihissalam, sehingga Nabi Musa bergelar Kalimullah. Selain Nabi Musa, seorang nabi yang pernah diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ialah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika beliau mikraj.

Maf'ul muthlaq (تكليما) pada ayat di atas menolak dan membantah anggapan kelompok muktazilah bahwa ayat tersebut harus dimaknai majaz. Kelompok muktazilah yang sering disebut dengan kelompok mu'aththilah (kelompok yang menafikkan sifat) meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat kalam dan sifat-sifat lain.

Baca juga: Tafsir Al-Qamar 49: Allah Ciptakan Segala Sesuatu dengan Ukuran

Menurut mereka, makna ayat di atas ialah Allah menciptakan kalam pada satu pohon. Nabi Musa mendengar kalam itu dari pohon tersebut.

Ini perkataan Al-Imam Abu Hanifah radliyallahu anhu dalam kitab Al-Fiqh Al-Akbar.

والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف

Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf.

Baca juga: Tafsir Al-Anfal Ayat 17 terkait Usaha Manusia dengan Kehendak Allah

Perkataan Imam Abu Hanifah itu membantah akidah wahabi yang meyakini bahwa kalam Allah itu baru berupa bahasa, huruf, dan suara.

Yang perlu diperhatikan lagi, imbuh Asyari, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar kalam Allah ketika beliau berada di atas langit ketujuh. Hal itu tidak menunjukkan bahwa Allah bertempat di atas langit ketujuh. 

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 286 tentang Usaha Manusia dan Takdir Allah

Sebagaimana Nabi Musa mendengar kalam Allah ketika beliau berada di bumi, tepatnya bukit Thursaina, hal itu juga tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi. Karena itu, keyakinan ahlussunnah wal jama'ah ialah Allah ada tanpa tempat.

Demikianlah penjelasan tentang sifat kalam Allah. Semoga dipahami. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat