Tafsir An-Nisa 164 Kalam Allah bukan Huruf dan Suara
![Tafsir An-Nisa 164: Kalam Allah bukan Huruf dan Suara](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/62783b91bb14dd6f001fb8eb28a2e321.png)
DALAM 20 sifat wajib Allah subhanahu wata'ala terdapat kalam atau berbicara. Allah memiliki sifat kalam tetapi jauh berbeda dengan bicara makhluk. Sifat kalam dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 164.
Bagaimana kita memahami sifat kalam Allah? Berikut penjelasannya oleh Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.
An-Nisa 164
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا
Wa kallamallaahu muusaa takliimaa.
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Penjelasan
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat kalam. Sebagaimana sifat-sifat Allah yang lain, sifat kalam Allah itu azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan). "Karena itu, kalam Allah bukan bahasa, bukan huruf, dan bukan suara," ungkap Asyari.
Baca juga: Tafsir An-Najm Ayat 42: Zat Allah tidak Dapat Dibayangkan
Allah memperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ini kepada Nabi Musa 'alaihissalam, sehingga Nabi Musa bergelar Kalimullah. Selain Nabi Musa, seorang nabi yang pernah diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ialah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika beliau mikraj.
Maf'ul muthlaq (تكليما) pada ayat di atas menolak dan membantah anggapan kelompok muktazilah bahwa ayat tersebut harus dimaknai majaz. Kelompok muktazilah yang sering disebut dengan kelompok mu'aththilah (kelompok yang menafikkan sifat) meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat kalam dan sifat-sifat lain.
Baca juga: Tafsir Al-Qamar 49: Allah Ciptakan Segala Sesuatu dengan Ukuran
Menurut mereka, makna ayat di atas ialah Allah menciptakan kalam pada satu pohon. Nabi Musa mendengar kalam itu dari pohon tersebut.
Ini perkataan Al-Imam Abu Hanifah radliyallahu anhu dalam kitab Al-Fiqh Al-Akbar.
والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف
Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf.
Baca juga: Tafsir Al-Anfal Ayat 17 terkait Usaha Manusia dengan Kehendak Allah
Perkataan Imam Abu Hanifah itu membantah akidah wahabi yang meyakini bahwa kalam Allah itu baru berupa bahasa, huruf, dan suara.
Yang perlu diperhatikan lagi, imbuh Asyari, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar kalam Allah ketika beliau berada di atas langit ketujuh. Hal itu tidak menunjukkan bahwa Allah bertempat di atas langit ketujuh.
Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 286 tentang Usaha Manusia dan Takdir Allah
Sebagaimana Nabi Musa mendengar kalam Allah ketika beliau berada di bumi, tepatnya bukit Thursaina, hal itu juga tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi. Karena itu, keyakinan ahlussunnah wal jama'ah ialah Allah ada tanpa tempat.
Demikianlah penjelasan tentang sifat kalam Allah. Semoga dipahami. (Z-2)
Terkini Lainnya
An-Nisa 164
Penjelasan
BAZNAS Fasilitasi Penyandang Disabilitas Tunanetra Akses Al-Quran
BWA Distribusikan 20.000 Al-Qur’an ke Pelosok Jawa Tengah dan DIY
Nilai-Nilai Pancasila Berdasarkan Perintah Al-Qur'an
Cara Mengamalkan Bacaan Yasin Fadhilah
Tafsir Al-Baqarah Ayat 125: Takwil Kakbah sebagai Baitullah
Al-Fatihah: Kandungan, Keutamaan, Terjemahan, dan Tafsirnya
PPTQ Ibnu Abbas Klaten Mewisuda 474 Santri dan Mahasantri
Definisi Kurban dan Waktu Disyariatkan bagi Umat Islam
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap