visitaaponce.com

Hindari Kebutaan, Bayer Ingatkan Pemeriksaan Retina Rutin bagi Pasien Diabetes

Hindari Kebutaan, Bayer Ingatkan Pemeriksaan Retina Rutin bagi Pasien Diabetes
Pemeriksaan kesehatan mata pada lima tahun pertama setelah terdiagnosis diabetes tipe 1 ialah upaya awal yang dilakukan penderita diabetes.(Ant)

DATA International Diabetes Federation (IDF) 2021 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-5 dari 10 negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar (rentang usia 20-79 tahun) yaitu 19,5 juta orang dan diprediksi mencapai 28,6 juta pada 2045.

Selain itu, 1 dari 3 penderita diabetes akan mengalami suatu bentuk kehilangan penglihatan (vision loss) semasa hidupnya.

Data Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) 2022 juga menunjukkan Indonesia menjadi negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, yang salah satunya disebabkan retinopati diabetik.

Baca juga: Pasien Diabetes Ternyata Masih Boleh Konsumsi Gula Pasir

Untuk itu, sebagai rangkaian peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2023, Bayer mengajak pasien diabetes meningkatkan pengetahuan dan kesadaran atas risiko retinopati diabetik (kerusakan pada pembuluh darah retina mata). Penyakit ini dapat mengarah pada diabetic macular edema (DME) yang berujung pada kebutaan jika tidak diterapi dengan baik.

"Dalam semangat tema tahun ini Love Your Eyes at Work, kami menekankan pentingnya pemeriksaan retina mata secara rutin bagi pasien diabetes dan berkonsultasi dengan dokter mata untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna," ungkap Head of Medical Department of Bayer Pharmaceutical Dewi Muliatin Santoso, dalam siaran persnya, Selasa (31/10).

Ia mengungkapkan berdasarkan guideline Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) 2022, langkah pertama yang harus dilakukan penderita diabetes adalah melakukan pemeriksaan mata pada lima tahun pertama setelah terdiagnosis diabetes tipe 1 dan sesegera mungkin pada pasien diabetes tipe 2.

"Jika tidak ada gejala retinopati dan gula darah terkontrol dengan baik, pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 kali dalam setahun," ujar Dewi.

Baca juga: Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Sudah Capai 19,5 Juta Orang

Dewi menjelaskan retinopati diabetik terjadi akibat diabetes jangka panjang dan menyebabkan inflamasi yang merusak pembuluh darah mata kecil (mikrovaskular).

Juga, meningkatkan pertumbuhan pembuluh darah baru di retina atau endotelial vaskular (VEGF) yang mengakibatkan kebocoran pembuluh darah dan akhirnya terjadi DME.

Akibat DME antara lain penglihatan menjadi tidak fokus, adanya bercak hitam, warna buram, garis lurus menjadi gelombang atau bengkok, dan jika diabaikan dalam waktu lama dapat berujung pada kebutaan.

"DME ini dapat diobati dengan injeksi anti-VEGF seperti aflibercept dari Bayer yang mendapatkan izin edar dari Badan POM. Di Indonesia saat ini, injeksi anti-VEGF yang sudah menerima persetujuan Badan POM adalah aflibercept, ranibizumab, dan brolucizumab," terangnya.

Selain terapi anti-VEGF seperti aflibercept, mengidentifikasi dan mengobati DME pada tahap awal adalah langkah krusial dalam merawat pasien diabetes, terutama untuk menjaga kualitas penglihatan mereka dan meminimalisasi risiko kebutaan akibat DME.

"Selain itu, memonitor gula darah secara berkala, menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol dengan pola makan sehat, berhenti merokok, dan berolahraga teratur adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi risiko diabetes dan perburukan DME," pungkas Dewi. (RO/S-2)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat