visitaaponce.com

Kolaborasi Bentuk Sikap Positif Masyarakat terhadap Sawit

Kolaborasi Bentuk Sikap Positif Masyarakat terhadap Sawit
Diskusi 'SawitBaik' yang digelar Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia di Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/11).(Ist)

KELAPA sawit merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki daya saing tinggi dan telah berkontribusi besar bagi sistem perekonomian di Indonesia. Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya di antaranya kompetitif dalam harga, kualitas lebih baik, produktivitas lebih tinggi, dan manfaat lebih banyak. 

Indonesia sendiri merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, sehingga komoditas ini sangat penting bagi perekonomian. Kontribusi kelapa sawit, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang mata rantai distribusi dari hulu hingga hilir mencapai 6%-7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. 

Total produksi minyak sawit mencapai 47,4 juta ton di 2018, dengan komposisi ekspor mencapai angka 80,7 % dari total produksi komoditas ini. Total luasan kebun sawit di Indonesia telah mencapai 14,03 juta hektare dan telah meningkatkan penyerapan tenaga kerja menjadi lebih dari 16 juta orang. Komposisi itu terdiri atas 12 juta pekerja langsung dan 4 juta petani di perkebunan. 

Adapun ekspor kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan (CPO dan produk turunannya, biodiesel, dan oleochemical) telah dibukukan mengalami kenaikan sekitar 8% atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018. Peningkatan paling signifikan secara persentase dicatatkan oleh biodiesel Indonesia yaitu sekitar 851%, atau dari 164 ribu ton (2017) menjadi 1,56 juta ton (2018).
 
Komoditas kelapa sawit juga berperan penting dalam mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan, melalui pelaksanaan program mandatory biodsiesel berbasis kelapa sawit sejak 2015. Melalui program itu, pemerintah dapat melakukan penghematan devisa negara sebesar Rp122,65 triliun dan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 27,8 juta ton CO2. 

Untuk pelaksanaan mandatory program biodiesel pada 2023, pemerintah menargetkan dapat memberikan penghematan devisa mencapai US$10,75 miliar atau setara Rp161 triliun, menyerap 1,65 juta tenaga kerja dan mengurangi emisi GRK sebesar 35 juta ton CO2.

Keunggulan minyak sawit ini dianggap mengganggu eksistensi dari minyak nabati lainnya sehingga menimbulkan persaingan bahkan memicu aksi untuk menahan perkembangan kelapa sawit di Indonesia. Salah satunya ialah kampanye negatif dan kebijakan hambatan perdagangan untuk minyak kelapa sawit. 

Isu yang banyak diangkat dalam kampanye negatif saat ini adalah terkait lingkungan dan sosial. Kampanye negatif itu sendiri telah berhasil membuat stigma negatif pada sebagian masyarakat Indonesia. Sebagai contoh kasus soal ujian sekolah di Provinsi Riau pada 2021 yang dianggap telah mendiskreditkan kelapa sawit. Jika hal itu dibiarkan tentu akan merugikan industri kelapa sawit dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

Dalam diskusi yang digelar di Bogor, Rabu (2/11), Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia Dr Ir Paristiyanti Nurwardani MP menyatakan bahwa peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini. 


Baca juga: Yayasan Sahabat Kasih Mulia Ajak Masyarakat Peduli Hewan Terlantar


Tenaga pendidik yang dimaksud terdiri atas guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 

"Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi," katanya.
 
Untuk pembentukan sikap positif ini, Direktur Utama PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) Dr Benny Bernardus MM Psy mengatakan bahwa proses membentuk sikap positif tentang sawit perlu dilakukan pada dua kondisi.

"Yang pertama kondisi pembentukan sikap yang dilakukan sejak usia dini yang belum tercemar oleh kampanye negatif tentang sawit. Kedua adalah kondisi pembentukan sikap pada orang yang sudah memperoleh informasi negatif tentang kelapa sawit. Untuk itu dilakukan dengan mengacu pada konsep dasar sikap yang terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif," kata Benny. 

Ahli psikologi ini menambahkan, komponen kognitif merupakan pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang dapat diukur. Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi yang dirasakan seseorang terhadap sesuatu yang dapat diukur. Komponen konatif merupakan keinginan atau tindakan yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu yang dapat diukur.

Sementara pembicara lain dalam diskusi ini, Prof Dr Bustanul Arifin, Komite Litbang BPDP-KS dan dosen pascasarjana SB-IPB, mengatakan bahwa strategi membangun reputasi sawit Indonesia ada enam yaitu terkait dengan kecermatan dalam keputusan kebijakan di dalam negeri, adanya konsumsi biodiesel sawit Uni Eropa yang cenderung turun apabila jika gugatan Indonesia ke Uni Eropa tidak dikabulkan dalam sidang WTO. 

"Strategi lainnya adalah pencarian pasar CPO baru di Asia Timur, Asia Tengah dan lain-lain, pendampingandan pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, promosi kelapa sawit sebagai investasi masa depan, benchmark untuk membangundiplomasi 'sawit baik' melalui benchmark kepada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA)," katanya.

Sementara itu, Dirjen Guru Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Nunuk Suryani menyebut pengetahuan soal kelapa sawit bisa ditanamkan ke satuan pendidikan. Ia pun menyatakan penanaman pengetahuan itu bisa dimulai sejak anak ada di sekolah dasar.
 
"Jadi kalau menurut saya, sangat bagus kalau kita mulai dari pendidikan dasar. Kita bisa mulai dari sana untuk membangkitkan pengetahuan manfaat kelapa sawit di pendidikan," terang Nunuk yang hadir secara daring dalam diskusi.

Focus Group Discussion bertema 'Pembentukan Sikap Positif Masyarakat Indonesia terhadap Sawit melalui Sistem Pendidikan yang Berkelanjutan' ini diselenggarakan Yayasan Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia bekerja sama dengan PT DMB Global dan didukung sepenuhnya oleh BPDP-KS, dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan dalam membahas program kerja sama tersebut. (RO/I-1)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat