visitaaponce.com

Waspadai Bencana Hidrometeorologi di Musim Pancaroba

Waspadai Bencana Hidrometeorologi di Musim Pancaroba
Musim hujan waspada bencana(MI/Ramdani )

MEMASUKI musim pancaroba masyarakat diminta waspada terhadap berbagai bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di November dan beberapa bulan ke depan.

Pada November ini sudah mulai transisi dari musim kering ke musim hujan. Musim transisi ini normalnya dari Bulan September hingga November, tetapi tahun agak tertunda karena pengaruh el nino.

"Kondisi paling signifikan dalam 1 minggu terakhir adalah hujan yang mengguyur hampir seluruh Pulau Jawa secara bervariasi setelah lebih dari 90 hari tanpa hujan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, saat dihubungi, Senin (6/11).

Baca juga: 95 Bangunan Rusak Akibat Gempa di Kupang

Adapun hal-hal yang perlu kita waspadai antara lain kawasan perkotaan, periksa dan pastikan pemeliharaan drainase primer, sekunder dan tersier dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir/genangan baik akibat debit air kiriman maupun hujan ekstrim di tingkat lokal.

"Kemudian masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan misalnya di Jawa bagian tengah ke selatan. Waspadai retakan-retakan akibat tanah kering saat kemarau yang jika diguyur hujan akan sangat rentan terjadi longsor. Dalam dua hari terakhir laporan kejadian longsor cukup signifikan," ujar dia.

Baca juga: 835 Bencana Sudah Terjadi, Didominasi Karhutla dan Hidrometeorologi Basah

Di kawasan gunung api, jika terjadi hujan intensitas tinggi di daerah puncak, maka potensi terjadi banjir lahar dingin. Masyarakat agar mengaktifkan kembali sistem peringatan dini berbasis komunitas.

"Terakhir bagi pengendara motor, selalu siapkan jas hujan, dan jangan berhenti di bawah jembatan ketika turun hujan karena disamping akan menimbulkan kemacetan, juga hal tersebut berbahaya bagi keselamatan," jelasnya.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan (Pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.

"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Dwikorita mengatakan arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.

Awan cumulonimbus biasanya tumbuh disaat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abu dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.

"Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," pungkasnya. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat