visitaaponce.com

Mengenal 9 Alat Musik dari Daerah Maluku

Mengenal 9 Alat Musik dari Daerah Maluku
Sejumlah seniman Molucca Bamboowind Orchestra (MBO) menggelar konser di Dusun Tuni, Kota Ambon, Maluku(ANTARA/FB Anggoro)

ALAT musik tradisional di Maluku memiliki peran yang sangat signifikan dan tidak terpisahkan dari kehidupan budaya yang kaya dan beragam di masyarakatnya. Ragam alat musik tersebut tidak sekadar menjadi sarana hiburan semata, melainkan juga menjadi penjaga dan penyalur cerita, ritual, dan tradisi yang melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. 

Setiap alat musik tradisional yang khas di Maluku mencerminkan unsur-unsur etnik yang beraneka ragam, menggambarkan kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang di wilayah ini. 

Dengan tiap bunyi yang dihasilkan, alat musik ini menjadi sarana ekspresi yang menggambarkan identitas khas dan sejarah yang kaya akan pengaruh berbagai etnis yang mendiami Maluku.

Penggunaan alat musik tradisional di Maluku tidak hanya terbatas pada fungsi hiburan semata, melainkan mencakup peran yang lebih mendalam. Alat musik tersebut menjadi sarana untuk merayakan setiap fase kehidupan, mempertahankan warisan budaya melalui ritual, dan menyampaikan pesan-pesan budaya yang memiliki nilai-nilai yang mendalam dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Berikut ini beberapa contoh alat musik dari daerah Maluku.

Tifa

Pinterest - Wikimedia Foundation

Alat musik yang akan kita bahas pertama kali ini mungkin dapat dianggap sebagai salah satu alat musik tradisional paling terkenal di Maluku jika dibandingkan dengan alat musik lainnya. 

Ketika melibatkan tari tradisional Maluku dalam suatu acara, hampir dapat dipastikan bahwa alat musik tifa akan menjadi pendamping setia tarian tersebut.

Tifa memiliki variasi jenis yang beragam, masing-masing memiliki bentuk dan cara pemakaian yang unik. 

Selain digunakan secara khusus oleh masyarakat Maluku, tifa juga menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bagian timur, termasuk di Pulau Papua.

Sebagai alat musik tabuh, Tifa dimainkan dengan cara ditabuh, dan seseorang dapat menabuhnya dengan menggunakan tangan kosong. Penggunaan Tifa juga memiliki kemiripan dengan gendang khas Jawa atau Sunda, yakni sebagai pengatur ritme dalam suatu tarian atau pertunjukan musik.

Rumba

Pinterest - dtechnoindo

Jika Anda pernah mendengar alat musik bernama marakas, Anda kemungkinan cukup familiar dengan alat musik asli Maluku bernama rumba ini. 

Melihat bentuknya, dapat membayangkan adanya kesamaan dengan alat musik tradisional berasal dari Benua Afrika ini.

Secara faktual, rumba memang terinspirasi dari marakas. Inspirasi ini muncul selama masa penjajahan Portugis di Pulau Maluku, di mana para pelaut dari sana membawa alat musik marakas dan memainkannya di pulau tersebut. Sebagai hasilnya, masyarakat Maluku pada masa itu juga membuat versi mereka sendiri yang diberi nama rumba.

Rumba khas Maluku umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang diisi dengan kerikil atau pasir. 

Sebagai alat musik perkusi, rumba dimainkan dengan cara digoyangkan atau dikocok hingga menghasilkan suara. Alat musik ini sering dimainkan bersama dengan alat musik Maluku lainnya, seperti hawaian.

Floit

Pinterest - dtechnoindo

Alat musik berikutnya memiliki bentuk yang mirip dengan seruling. Mungkin sudah diketahui bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki alat musik yang menyerupai seruling, dan Pulau Maluku tidak terkecuali dengan alat musik tiup bernama floit.

Floit sendiri tampaknya mirip dengan istilah dalam bahasa Inggris, "flute." 

Alat musik Maluku ini dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, seperti dalam orkestra, sebagai pengiring tarian tradisional Maluku, atau sebagai pendamping bagi seseorang yang sedang bernyanyi.

Cara memainkan floit sendiri tidak jauh berbeda dengan seruling pada umumnya. 

Seseorang meniup salah satu lubang di ujung floit dan menutup lubang-lubang lainnya di tubuh alat musik. Jika dimainkan dengan benar, floit mampu menghasilkan suara yang indah.

Bulu Aer

caping.co.id

Dibandingkan dengan alat musik Maluku lainnya, bulu aer mungkin dapat dianggap sebagai alat musik tradisional yang kurang dikenal oleh masyarakat luas. Meskipun begitu, bulu aer cukup populer di Indonesia bagian timur, khususnya di Papua.

Seperti namanya, bulu aer memiliki kandungan air di dalamnya. Alat musik ini terbuat dari besi atau pipa tertentu yang di dalamnya diisi air. Bentuknya sendiri belum banyak diketahui oleh masyarakat karena dokumentasi mengenai bulu aer cukup langka.

Cara memainkan bulu aer adalah dengan meniup bagian lubangnya untuk menghasilkan suara. 

Di Maluku atau Papua, bulu aer biasanya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai pengiring musik dalam upacara adat atau keagamaan di lingkungan mereka.

Totobuang

Wadaya

Masih ingat alat musik tifa yang pertama kali kita bahas dalam artikel ini? Totobuang adalah salah satu jenis tifa yang sudah kita singgung sebelumnya. Perbedaannya sedikit terletak pada cara memainkannya dan bentuk alat musik ini sendiri.

Jika tifa memiliki bentuk yang mirip dengan gendang, totobuang terlihat menyerupai alat musik tradisional khas Minangkabau, talempong. 

Totobuang terdiri dari sekelompok gong yang diletakkan di papan penyanggah atau bahkan hanya ditempatkan di atas meja.

Totobuang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul. Saat ini, jarang melihat seseorang memainkan totobuang. Alat musik ini biasanya hanya digunakan ketika ada upacara adat atau untuk menyambut tamu penting.

Yangere

wikipedia

Alat musik tradisional bernama Yangere memiliki bentuk yang sedikit berbeda dari alat musik pada umumnya. Meskipun pada pandangan pertama, Yangere mungkin terlihat seperti sebuah kotak besar dengan senar, namun sebenarnya, alat musik Maluku ini memiliki sejarah panjang yang terkait dengan perkembangannya.

Ternyata, Yangere diadaptasi dari alat musik dengan senar seperti biola, cello, gitar, atau banyo, yang diperkenalkan oleh penjajah Portugis. Masyarakat Pulau Maluku di masa lampau melihat hal ini dan mengadaptasi alat musik tersebut dengan bahan seadanya hingga menjadi Yangere seperti yang kita kenal sekarang.

Cara memainkan Yangere sendiri adalah dengan cara digesekkan pada senarnya, mirip dengan cara memainkan biola atau cello. 

Di zaman sekarang, masyarakat Maluku menggunakan alat musik ini sebagai pendamping dalam tarian atau ketika sedang berlangsung upacara atau perayaan. Pada tahun 2018, Yangere diakui sebagai Warisan Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Hawaian

Kemdikbud.go.id

Selain ukulele, Pulau Maluku juga memiliki alat musik petik lainnya yang dikenal sebagai Hawaian. Alat musik ini juga terinspirasi dari ukulele, meskipun mayoritas masyarakat menganggapnya sebagai alat musik non-tradisional.

Hal ini terlihat dari bahan tubuh Hawaian yang, meskipun terbuat dari kayu, namun senarnya terbuat dari baja, mirip dengan gitar modern pada umumnya. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa bentuk Hawaian lebih futuristik dibandingkan alat musik tradisional pada umumnya.

Cara memainkannya pun sedikit berbeda dengan ukulele. Meskipun keduanya dimainkan dengan cara dipetik, Hawaian memiliki 8 senar, menghasilkan suara yang berbeda. Selain itu, Hawaian biasanya dimainkan ketika terhubung ke sumber listrik, seperti gitar atau bass listrik.

Ukulele

Djarumcoklat.com

Mendengar kata "ukulele," mungkin beberapa orang akan langsung terhubung dengan alat musik yang khas dari Amerika Serikat, terutama Pulau Hawaii. Namun, karena sejarah yang panjang, ukulele akhirnya mencapai Indonesia dan menjadi alat musik tradisional khas Maluku.

Meskipun ukulele pertama kali populer di Pulau Hawaii pada sekitar tahun 1880-an, alat musik ini akhirnya dibawa oleh pelaut Portugis ke Pulau Maluku, yang saat itu masih dijajah oleh Portugis karena rempah-rempahnya yang khas. 

Masyarakat setempat kemudian mengadaptasi alat musik ini, menjadikannya bagian integral dari budaya musik Maluku. Untuk memainkannya, seperti yang diketahui, ukulele dimainkan dengan cara dipetik, dan berbeda dengan gitar karena hanya memiliki 4 senar.

Fu

Kemdikbud.go.id

Melihat gambarnya, mungkin terdapat kebingungan apakah Fu benar-benar bisa dianggap sebagai alat musik. Namun, percayalah atau tidak, Fu bisa menghasilkan melodi yang unik jika dimainkan dengan piawai.

Fu terbuat dari kerang, terutama kerang dengan ukuran besar, yang ditemukan di dasar laut sekitarnya. 

Kerang tersebut kemudian dikikis dan dibuat lubang agar dapat menghasilkan suara. Dengan cara ini, Fu dimainkan dengan cara ditiup, menghasilkan suara yang mirip dengan dengungan keras yang unik. Saat ini, alat musik ini umumnya digunakan dalam upacara adat atau sebagai pengiring saat seseorang sedang bernyanyi, menunjukkan bahwa alat musik tradisional seperti Fu tetap relevan dalam konteks budaya dan kearifan lokal.

Selain itu, ada juga sejumlah tarian tradisional yang mencakup tari poco-poco, tari bambu gila, dan tari tide-tide, yang menjadi bukti keberagaman budaya yang begitu kaya di Pulau Maluku. 

Tarian-tarian ini tidak hanya unik dalam ekspresi gerakan dan melodi yang digunakan, tetapi juga menampilkan keindahan dan kekayaan sejarah tradisi masyarakat Maluku. 

Ketertarikan terhadap tarian tradisional di daerah ini tidak bisa diabaikan, sebab mereka mampu menyajikan keunikannya sendiri, menandingi daya tarik tarian tradisional dari berbagai daerah lain di Indonesia.

Pulau di Indonesia bagian timur ini memancarkan pesona dengan keberagaman budaya yang menjadi ciri khasnya. Tradisi-tradisi yang unik, dan tentu saja kekayaan alam yang melimpah, membuatnya mendapatkan julukan sebagai "The Spicy Island." 

Namun, Pulau Maluku tak hanya dikenal karena kekayaan budaya dan alamnya. Pulau ini juga menjadi tempat kelahiran beberapa musisi legendaris terkemuka di Indonesia. Sejumlah tokoh musik seperti Marcello Tahitoe, Yopie Latul, Harvey Malaiholo, Ruth Sahanaya dan Glenn Fredly memberikan wawasan mendalam tentang kontribusi Pulau Maluku dalam dunia musik nasional. 

Pulau Maluku terus memperkuat identitasnya sebagai lumbung bakat dan kekayaan budaya yang tidak terelakkan.

Melalui beragam alat musik ini, Maluku dengan penuh kebanggaan merayakan keanekaragaman dan kekayaan budayanya. Alat musik tradisional bukan hanya instrumen musikal biasa. 

Mereka adalah narator yang hidup, menceritakan kisah-kisah lama, memelihara nilai-nilai luhur, dan menjadi perekat yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dengan demikian, alat musik tradisional di Maluku menjadi pilar tak tergantikan dalam membangun dan memelihara identitas budaya yang begitu unik dan berharga bagi masyarakatnya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat