visitaaponce.com

Pakar Korsel Indonesia akan Jadi Destinasi Wisata Estetika Medis Terbesar di Asia

 Pakar Korsel: Indonesia akan Jadi Destinasi Wisata Estetika Medis Terbesar di Asia
Dr. WonSeok Choi, seorang pakar kedokteran esetika dari Korea Selatan.(Ist)

PERTUMBUHAN estetika medis di Indonesia diperkirakan akan semakin berkembang dengan pesat ke depan.

Hal ini dapat dilihat bukan hanya dari semakin menjamurnya bisnis klinik kecantikan, tapi juga dari hadirnya berbagai industri pendukung.

Industri pendukung seperti dibukanya perusahaan jasa konsultan klinik kecantikan untuk membantu pemilk modal usaha membangun klinik kecantikan sendiri. 

Baca juga: Layani Bedah Plastik dan Kecantikan, Kini Plasthetic Clinic Hadir di Semarang

Hal tersebut menujukkan bisnis kecantikan di Indonesia sedang bergeliat. Dilihat dari potensinya, Indonesia diperkirakan akan menyusul sebagai negara destinasi wisata estetika medis terbesar di Asia setelah Korea Selatan dan Thailand. 

Dr. WonSeok Choi, seorang dokter esetika dari Korea pun melihat potensi tersebut. "Mengingat populasi Indonesia yang besar, saya optimistis dengan potensi pertumbuhan pasar yang luar biasa. Dalam jangka panjang, saya membayangkan perkembangannya akan serupa dengan Korea," ujar WonSeok Choi. 

Selain sebagai dokter spesialis di bidang estetika WonSeok Choi merupakan founder dari perusahaan 'V&Co,' dan mengoperasikan platform kecantikan medis khusus yang didedikasikan untuk mendukung manajemen rumah sakit.

Ia memperdalam ilmu manajemen bisnisnya di sejumlah kampus terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa.

Berdasar pada analisa dinamika pasar di Indonesia, menurut Dr. WonSeok Choi, besar kemungkinan akan muncul segmentasi antara prosedur bedah dan non-bedah.

Baca juga: Agar Bedah Plastik Maksimal, Pilih Klinik Berkualitas dan Dokter Kompeten

Hal tersebut serupa dengan perkembangan sejarah estetika medis di Korea. Dr. WonSeok Choi memperkirakan akan muncul rumah sakit besar yang mengkhususkan diri pada operasi besar tertentu, yang diposisikan untuk mendominasi pasar dan menghasilkan keuntungan besar. 

“Pada saat yang sama, terdapat harapan bahwa rumah sakit yang berfokus pada prosedur non-bedah akan mengalami perluasan yang pesat, didorong oleh banyaknya jumlah pasien. Tampaknya Indonesia sedang mengalami kemajuan ke arah ini," kata WonSeok Choi. 

Dalam industri rumah sakit estetika, Korea Selatan dan Indonesia menunjukkan jalur evolusi serupa dalam lingkungan pemasaran.

Korea Selatan, pemimpin global dalam bidang bedah kosmetik, pada awalnya mendorong pertumbuhan industrinya melalui modal besar dan iklan yang agresif. 

Baca juga: Pyfaesthetic Gelar Pelatihan Kompetensi untuk Dokter Dermatologis dan Estetika

Namun, kini mereka beralih ke pendekatan yang berpusat pada konten, memanfaatkan platform digital, media sosial, dan kerja sama dengan influencer.

Meski masih dalam tahap pertumbuhan, sektor estetika Indonesia mulai mencerminkan perubahan ini.

Awalnya bergantung pada periklanan tradisional, klinik-klinik di Indonesia semakin banyak yang mengadopsi strategi digital dan berbasis konten, yang menunjukkan tren global dalam pengobatan estetika menuju metode pemasaran yang lebih canggih dan digital.

Evolusi paralel ini mencerminkan sifat dinamis industri dan semakin pentingnya keterlibatan digital dalam menjangkau khalayak global.

Korea didorong oleh gelombang budayanya (Korean Wave), memang telah menjadi salah satu negara yang menonjol dengan bisnis estetika medisnya. Tren kecantikan K-Beauty saat ini bahkan sudah mendunia.

 Lalu bagaimana sebenarnya manajemen sistem dan infrastruktur dari rumah sakit kecantikan/estetika yang diterapkan di Korea Selatan?

Dr. WonSeok Choi memaparkan, Korea menonjol sebagai pasar yang unik secara global, di mana para profesional medis memegang monopoli, hanya mengizinkan dokter untuk membuka klinik dan memberlakukan pembatasan terhadap masuknya modal dan perusahaan secara bebas.

Baca juga: Lagi, Berkat Kerja Keras, Dokter Ayu Widyaningrum Raih Penghargaan

Meski terdapat keterbatasan-keterbatasan ini, daya tarik pasar tetap terlihat jelas, menarik perusahaan-perusahaan global yang ingin menguji produk mereka di Korea Selatan. Validasi cepat terhadap efektivitas alat kesehatan yang memerlukan keahlian tinggi juga semakin menambah daya tariknya.

Masuk pada sistem manajemen klinik kecantikan di Korea Selatan, menurut Dr. WonSeok Choi sering kali peran ganda direktur sebagai praktisi dan manajer menjadi salah satu dinamika yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah klinik kecantikan.

Meski pun direktur menerima dukungan dari stafnya, sering kali keberhasilan klinik kecil lebih didorong oleh kinerja direktur yang luar biasa. Oleh karena itu, sistem manajemen dan infrastruktur klinik estetika medis di Korea sebagian besar bergantung pada kemampuan dari direktur. 

Lebih jauh dirinya memaparkan, meski kinerja direktur memiliki peran cukup signifikan, beberapa hal juga perlu diperhatikan dalam mengelola sebuah klinik kecantikan, yaitu seperti desain visi, pemasaran, CRM (Customer Relationship Management), SDM, dan CS (customer service). 

Desain visi memerlukan penciptaan desain komprehensif dengan tujuan terukur, menggabungkan sistem pengukuran kinerja dan umpan balik konstruktif.

Pemasaran, sebuah upaya yang memiliki banyak segi, memerlukan pertimbangan yang matang mengenai strategi komunikasi pemasaran online, offline, dan komunikasi pemasaran terpadu (IMC) secara keseluruhan.

Pengelolaan hubungan pelanggan menjadi sangat penting, terutama ketika pasien tertarik melalui berbagai upaya pemasaran ini.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memikirkan bagaimana mempertahankan CRM yang efektif bahkan ketika pasien memilih untuk keluar.

SDM, yang beroperasi di bagian belakang, mencakup spektrum tanggung jawab termasuk perekrutan, pelatihan, manajemen personalia, urusan umum, dan keuangan.

Baca juga: Miliki Layanan Lengkap, Ekle’s Clinic Terapkan 'One Stop Solution'

Hal ini melampaui fungsi administratif untuk mempertimbangkan bagaimana kontribusi individu membentuk pengalaman pasien selama konsultasi medis.

Karena pada dasarnya klinik kecanitkan merupakan industri jasa, layanan pelanggan (CS) mengambil peran sentral. Pertimbangan mengenai kesopanan, metodologi pelatihan untuk membina interaksi yang sopan, dan integrasi etos pelayanan yang ramah ke dalam budaya organisasi menjadi pertimbangan penting.

Lalu bagaimana dengan strategi dan pengetahuan manajemen dalam mengoperasikan rumah sakit estetika skala besar? 

Dr. WonSeok Choi mengatakan, berdasarkan pengalamannya ia sangat yakin bahwa tidak ada solusi universal yang cocok untuk setiap skenario.

Secara khusus, tantangan menjalankan rumah sakit berskala besar terletak pada tugas rumit dalam memfokuskan dan menampilkan keahlian.

“Rumah sakit, yang menampung berbagai spesialisasi dalam satu merek, bergulat dengan kompleksitas dalam menarik pasar yang beragam. Strategi kami untuk mengatasi tantangan ini berpusat pada menyoroti keahlian masing-masing direktur, menonjolkan bidang spesialisasi masing-masing dalam perawatan pasien.” 

Dalam bidang operasional rumah sakit, "front end" mencakup semua proses terbuka yang berinteraksi langsung dengan pasien, sedangkan "back end" terdiri dari departemen pendukung seperti SDM, urusan umum, dan manajemen, yang bekerja di belakang layar tanpa interaksi langsung dengan pasien. (RO/S-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat