visitaaponce.com

20 Sifat Mustahil bagi Allah, Arti dan Penjelasannya

20 Sifat Mustahil bagi Allah, Arti dan Penjelasannya
Tulisan arab Allah.(Freepik.)

SEBAGAI orang Islam, penting bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT. Allah SWT merupakan Zat yang Maha Sempurna dan Maha Terpuji, bebas dari segala kejelekan. Memahami sifat-sifat Allah ialah bentuk ketaatan kita kepada kebesaran-Nya.

Sifat-sifat Allah merupakan rukun iman pertama dan merupakan dasar yang harus dipahami oleh setiap umat Islam. Sifat-sifat mustahil Allah ialah sifat-sifat yang bertentangan atau sama sekali tidak dimiliki oleh-Nya, karena kekuasaan dan keagungan-Nya yang Maha Kuasa.

Ada 20 sifat mustahil bagi Allah yang melekat pada-Nya yang merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib Allah. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertakwa, kita meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat buruk, kecuali sifat wajib.

Baca juga: Mengenal 20 Sifat Wajib Allah serta Arti, Dalil, dan Lagunya

Seorang muslim yang beriman kepada Allah mengakui bahwa tidak ada tuhan yang layak disembah selain Allah berdasarkan sifat wajib Allah Wahdaniyyah yang berarti Maha Esa, tunggal, dan tak ada yang menandingi-Nya. Namun, kita juga perlu mengetahui sifat-sifat mustahil bagi Allah yakni sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh-Nya.

Menurut laman NU Online dan buku Pendidikan Agama Islam Kelas III Sekolah Dasar, sifat mustahil bagi Allah ialah sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki oleh-Nya. Selain sifat mustahil, ada sifat wajib dan sifat jaiz bagi Allah seperti yang diakui oleh kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah.

Sifat-sifat mustahil Allah

1. Al-'Adam.

Adam berarti tiada. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat ini karena Dialah yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya. Allah ialah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.

Baca juga: Ini 99 Asmaul Husna sebagai Wirid dan Doa serta Lantunannya

Sifat mustahil bagi Allah SWT yang pertama adalah adam yang berarti tidak ada. Allah mustahil bersifat adam karena Allah tidak mungkin tidak ada. Segala hal yang ada di muka Bumi merupakan ciptaan Allah sehingga mustahil jika Allah tidak ada.

Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah dalam Al-Qur'an pada surah An-Nahl/16 ayat 3:

"خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۚ تَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ"

Khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq, ta'ālā 'ammā yusyrikụn.

Artinya: Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. An-Nahl: 3).

2. Al-Huduts.

Huduts berarti baru. Mustahil bagi Allah SWT untuk menjadi yang baru karena keberadaan-Nya ialah yang paling awal, sebelum diciptakan alam semesta ini oleh-Nya.

Baca juga: Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya, Penyebab Turun, Tafsir Sifat Allah

Allah sudah ada sebelum semua makhluk dan ciptaan-Nya ada. Sebaliknya, Allah bersifat terdahulu atau qidam.

Ayat yang menjelaskan bahwa Allah bersifat terdahulu terdapat dalam QS Al-Hadid ayat 3:

هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْءَاخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Huwal-awwalu wal-ākhiru waẓ-ẓāhiru wal-bāṭin, wa huwa bikulli syai`in 'alīm.

Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadid: 3).

3. Al-Fana.

Fana berarti binasa atau lenyap. Mustahil bagi Allah SWT untuk tidak kekal karena Dialah yang kekal. Allah memiliki kekuasaan untuk melenyapkan seluruh ciptaan-Nya.

Allah tidak mungkin memiliki sifat fana karena Allah kekal dan abadi, tidak memiliki permulaan, dan tidak ada akhir.

Firman Allah tentang sifat kekal-Nya tertuang dalam Surah Ar-Rahman ayat 27:

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Wa yabqā waj-hu rabbika żul-jalāli wal-ikrām.

Artinya: Tetapi Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (QS. Ar-Rahman: 27).

4. Al-Mumatsilatu lil Hawaditsi.

Mumatsilatu lil Hawaditsi berarti menyerupai atau sama seperti makhluk ciptaan-Nya. Mustahil bagi Allah SWT untuk menyerupai makhluk-Nya karena Dialah Maha Sempurna dan tidak ada yang menyerupai-Nya.

Mumassalatu lil Hawadits berarti Allah serupa dengan makhluk. Ini juga termasuk sebagai sifat mustahil bagi Allah SWT. Allah tidak mungkin serupa dengan makhluk-Nya, karena Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada yang menyerupai Allah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah Al-Ikhlas ayat 4:

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.

Artinya: Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas: 4).

5. Al-Ihtiyaj ila Ghairihi.

Ihtiyaj ila Ghairihi berarti membutuhkan yang lain. Mustahil bagi Allah SWT membutuhkan pertolongan atau bantuan dari yang lain. Allah ialah Yang Maha Menolong makhluk-Nya.

Sifat mustahil bagi Allah selanjutnya ialah Qiyamuhu Bighairihi yang berarti berdiri dengan yang lain atau membutuhkan orang lain. Allah tidak membutuhkan bantuan atau bergantung pada sesuatu pun. Dia Maha Sempurna dan Maha Mandiri.

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:

وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفْسِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

Wa man jāhada fa innamā yujāhidu linafsih, innallāha laganiyyun 'anil-'ālamīn.

Artinya: Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Al-Ankabut: 6).

6. At-Ta'addud.

Ta'addud berarti lebih dari satu. Mustahil bagi Allah SWT untuk berjumlah lebih dari satu. Allah ialah Yang Maha Esa atau tunggal, tidak ada Tuhan selain-Nya. Konsep Ta'addud atau keberbilangan tidak dapat diterapkan pada Allah, karena-Nya Maha Esa.

Dalam surah Al-Ikhlas, Allah menyatakan:

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

Qul huwallāhu aḥad, Allāhuṣ-ṣamad, Lam yalid wa lam yụlad, Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.

Artinya: Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas ayat 1-4).

7. Al-'Ajzu.

'Ajzu berarti lemah. Mustahil bagi Allah SWT untuk tidak kuat. Allah adalah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sifat lemah atau 'Ajzun menjadi salah satu sifat mustahil bagi Allah yang Maha Berkuasa atau memiliki qudrat yang tak terbatas.

Allah tidak mungkin lemah. Konsep kelemahan tidak dapat diterapkan kepada-Nya. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 20 menyatakan:

يَكَادُ ٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Yakaadul barqu yakhtafu absaarahum kullamaaa adaaa'a lahum mashaw fiihi wa izaaa azlama 'alaihim qoomuu; wa law shaaa'al laahu lazahaba bisam'ihim wa absaarihim; innal laaha 'alaa kulli shai'in Qadiir.

Artinya: Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20).

8. Al-Karahah.

Karahah berarti terpaksa. Mustahil bagi Allah SWT melakukan sesuatu tidak atas kehendak-Nya sendiri. Allah ialah Yang Maha Kuasa. Dia melakukan segala sesuatu atas kehendak-Nya tanpa ada paksaan dari siapapun.

Allah tidak mungkin bersifat terpaksa. Dia bersifat berkehendak atau iradat dan tidak terikat oleh keadaan atau paksaan dari luar. Firman-Nya menyatakan dengan jelas:

فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ

Fa' 'aalul limaa yuriid.

Artinya: Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Buruj: 16).

9. Al-Jahlu.

Jahlu berarti bodoh. Mustahil bagi Allah SWT tidak mengetahui sesuatu karena Dia Yang Maha Mengetahui. Sifat mustahil bagi Allah yang lain ialah jahlun yang berarti bodoh. Tidak mungkin bagi Allah bersifat jahlun karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan Allah, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:

إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluun.

Artinya: Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hujurat: 18).

10. Al-Maut.

Maut berarti mati. Mustahil bagi Allah SWT akan mati karena Dia memiliki sifat kekal. Allah hidup dan abadi, tidak pernah mati. 

Mautun ialah mati. Allah bersifat hidup atau hayat. Allah tidak akan pernah mati, melainkan akan selalu hidup dan kekal.

Dengan demikian, sangat tidak mungkin Allah bersifat mautun atau mati. Ayat dalam Al-Qur'an seperti yang terdapat dalam Surah Al-Furqan ayat 58: 

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا

Wa tawakkal 'alal Haiyil lazii laa yamuutu wa sabbih bihamdih; wa kafaa bihii bizunuubi 'ibaadihii khabiiraa.

Artinya: Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Furqan: 58).

11. Al-Ashammu.

Ashammu berarti tuli. Mustahil bagi Allah SWT tidak bisa mendengar. Dialah Yang Maha Mendengar segala sesuatu yang diucapkan oleh makhluk-Nya. 

Shamamun ialah tuli. Ini merupakan sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah karena Allah Maha Mendengar. Tidak ada yang luput dari pendengarannya.

Tidak mungkin Allah tidak mendengar, bahkan yang sekecil apapun. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 127: 

إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Innaka Antas Samii'ul Aliim.

Artinya: Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 127). 

Dengan demikian, Allah tidak mungkin tuli karena sifat-Nya yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

12. Al-'Umyu.

Sifat mustahil bagi Allah yang disebut 'Umyu yang berarti buta. Ini sesuatu yang tidak mungkin dimiliki-Nya. 

Allah SWT Maha Melihat. Al-Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa Dia ialah Sang Pengamat yang melihat segala sesuatu.

Dalam bahasa Arab, 'Umyun berarti buta. Tidak mungkin Allah buta karena Allah Maha Melihat. Ini merupakan salah satu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. 

Al-Qur'an, sebagai wahyu ilahi, menjelaskan bahwa tidak ada yang tersembunyi dari pandangan-Nya, termasuk yang tampak maupun yang tersembunyi.

Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 18:

إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluun.

Artinya: Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 

Dengan demikian, Allah tidak mungkin buta, karena kemampuan melihat adalah salah satu sifat-Nya yang Maha Mulia.

13. Al-Bukmu.

Bukmu, yang berarti bisu, ialah sifat mustahil bagi Allah SWT. Mustahil bagi Allah untuk tidak bisa berbicara karena Allah ialah sumber dari segala firman dan wahyu. S

ifat mustahil ini bertentangan dengan hakikat Allah yang bersifat kalam yang berarti Dia Maha Bicara atau Maha Berfirman. Jika Allah bersifat bisu, tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para nabi. 

Sebaliknya, dalam Al-Qur'an, Allah menunjukkan bahwa Dia berbicara langsung kepada Nabi Musa, seperti yang tertulis dalam Surah An-Nisa ayat 164:

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Wa kallamallaahu Muusaa takliimaa.

Artinya: Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.

Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat kalam, sehingga mustahil bagi-Nya untuk bersifat bisu.

14. Kaunuhu 'Ajizan.

Kaunuhu 'Ajizan merujuk pada zat yang lemah. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat kelemahan, karena Dialah yang memiliki kekuasaan (Qadiran). 'Ajizan, yang berarti yang lemah, merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Berkuasa.

Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah, karena Dialah yang memiliki kekuasaan mutlak. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya. 

Semua yang terjadi di alam semesta ini terjadi atas kehendak dan kekuasaan Allah. Allah tidak memerlukan bantuan dari siapa pun. Dengan demikian, Allah mustahil bersifat 'Ajizan.

15. Kaunuhu Karihan.

Kaunuhu Karihan merujuk pada zat yang terpaksa. Mustahil bagi Allah SWT untuk memiliki sifat terpaksa, karena Dialah yang memiliki kehendak (Muridan) atas segala yang Dia kehendaki. Karihan, yang berarti maha terpaksa, merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Berkehendak atau Muridan.

Allah SWT tidak mungkin bersifat terpaksa, karena segala yang terjadi di alam semesta ini adalah hasil dari kehendak-Nya. Semua peristiwa, kejadian, dan ciptaan di alam semesta ini merupakan wujud dari kehendak Allah yang Maha Berkehendak.

16. Kaunuhu Jahilan.

Kaunuhu Jahilan merujuk pada zat yang bodoh. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat bodoh, karena Dialah yang Maha Mengetahui (Aliman) atas segala hal. Jahilan, yang berarti maha bodoh, merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah sumber segala pengetahuan.

Allah SWT Maha Mengetahui dan segala ilmu berasal dari-Nya. Oleh karena itu, tidak mungkin Allah bersifat bodoh, karena kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya meliputi segala hal di alam semesta.

17. Kaunuhu Mayyitan.

Kaunuhu Mayyitan mengacu pada zat yang mati. Mustahil bagi Allah SWT untuk memiliki sifat mati, karena Dialah yang hidup dan tak akan pernah mati. Mayyitan, yang berarti mati, juga termasuk dalam sifat mustahil bagi Allah SWT.

Allah Yang Kekal dan Abadi, tanpa awal maupun akhir. Allah tidak akan pernah mengalami kematian. Allah Zat yang selalu hidup, tidak pernah tidur, tidak pernah lupa, dan tidak pernah merasa lelah. Oleh karena itu, tidak mungkin Allah memiliki sifat mati (mayyitun). Hidup-Nya kekal dan tidak terbatas oleh waktu atau kondisi apapun.

18. Kaunuhu Ashamma.

Kaunuhu Ashamma merujuk pada zat yang tuli. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat tuli, karena Dialah yang Maha Mendengar segala makhluk-Nya. Ashamma, yang berarti Maha Tuli, tidak mungkin menjadi sifat Allah, karena Allah Maha Mendengar bahkan yang paling tersembunyi sekali pun.

Allah memiliki kemampuan mendengar yang meliputi segala sesuatu, termasuk yang tidak dapat kita dengar. Allah tidak mungkin bersifat tuli, karena sifat mendengar-Nya mencakup segala yang ada, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi. Allah memiliki kekuatan mendengar yang melampaui batasan manusia dan mencakup segala aspek kehidupan.

19. Kaunuhu A'ma.

Kaunuhu A'ma merujuk pada zat yang buta. Mustahil bagi Allah SWT untuk memiliki sifat buta, karena Dia-lah yang Maha Melihat seluruh ciptaan-Nya, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi di hati dan pikiran manusia. 

Allah memiliki kemampuan melihat semua ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Sifat A'ma yang buta tidak mungkin melekat pada Allah, karena Allah memiliki sifat Maha Melihat. 

Kemampuan Allah untuk melihat tidak hanya terbatas pada yang tampak di luar, tetapi juga mencakup yang tersembunyi di dalam hati manusia. Allah memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap segala sesuatu, termasuk yang tersembunyi di dalam hati manusia.

20. Kaunuhu Abkama.

Kaunuhu Abkama menyiratkan zat yang tidak memiliki kemampuan berbicara atau bisu. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat abkama, karena Allah-lah yang berfirman melalui ayat-ayat yang diwahyukan kepada para Nabi.

Abkama dalam konteks ini berarti maha bisu. Allah tidak mungkin memiliki sifat bisu. Sebaliknya, Allah memiliki sifat mutakalliman atau Maha Berfirman. Jika Allah bersifat bisu, hal itu akan bertentangan dengan kenyataan bahwa Allah Yang berbicara melalui wahyu yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul.

Sifat mustahil abkama pada Allah menunjukkan bahwa Dia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu-Nya yang disampaikan kepada para Nabi. Sifat mutakalliman Allah menegaskan bahwa Dia adalah Zat yang Maha Berfirman dan aktif berkomunikasi dengan makhluk-Nya.

Manfaat mengetahui sifat mustahil Allah

Pengetahuan mengenai sifat-sifat yang mustahil bagi Allah memiliki dampak yang signifikan dalam konteks keagamaan dan spiritualitas. Berikut beberapa manfaat utamanya.

1. Memperkuat keimanan.

Pengetahuan tentang sifat-sifat mustahil Allah memiliki potensi untuk memperkuat keimanan individu. Pemahaman bahwa Allah Maha Suci, Maha Kuasa, dan Maha Agung tanpa cacat atau keterbatasan apapun, dapat memperkokoh keyakinan pada keesaan dan kebesaran-Nya.

2. Mencegah penyimpangan keagamaan.

Pengetahuan tentang sifat-sifat mustahil Allah memiliki peran dalam mencegah penyimpangan dalam keyakinan dan praktik keagamaan. Pemahaman bahwa Allah tidak dapat dibandingkan mendorong individu untuk menghindari berbagai bentuk penyimpangan atau syirik.

3. Memperdalam ketaatan.

Pemahaman tentang sifat-sifat mustahil Allah dapat memberikan motivasi kepada individu untuk lebih taat terhadap ajaran agama. Kesadaran akan kebesaran dan keagungan Allah dapat mendorong seseorang untuk melaksanakan ibadah dan mengikuti perintah agama dengan lebih tulus. 

Selain itu, pemahaman yang baik tentang Allah dapat meningkatkan kualitas ibadah seseorang. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah Maha Pemurah, dia akan berdoa dengan lebih tulus dan berharap pada-Nya dengan penuh kepercayaan.

4. Menyuburkan ketakwaan.

Pengetahuan mengenai sifat-sifat mustahil Allah dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya ketakwaan. Pemahaman bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Adil, dan Maha Pemurah, mendorong individu untuk mengimplementasikan nilai-nilai ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Menghindari kecurigaan dan keragu-raguan.

Pemahaman mengenai sifat-sifat mustahil Allah membantu individu menghindari keragu-raguan atau kebingungan terkait hakikat Allah. Hal ini berkontribusi pada pembentukan keyakinan yang kuat dalam agama dan menjaga keseimbangan spiritual. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat