visitaaponce.com

Tafsir Adz-Dzariyat Ayat 47 Allah tidak Punya Tangan

Tafsir Adz-Dzariyat Ayat 47: Allah tidak Punya Tangan
Penyandang disabilitas mengaji Al Quran Braille di Masjid Al-Araaf, Lebak, Banten, Rabu (27/7/2022).(Antara/Muhammad Bagus Khoirunas.)

SALAH satu ayat mutasyabihat di Al-Qur'an ada pada Surat Adz-Dzariyat ayat 47. Terjemahan ayat tersebut membuat sebagian kecil kalangan menyimpang menetapkan Allah subhanahu wa ta'ala memiliki tangan. Maha Suci Allah atas keyakinan kelompok tersebut.

Bagaimana penjelasan atau tafsir Surat Adz-Dzariyat ayat 47 tentang Allah yang tidak memiliki anggota badan seperti tangan dan sebagainya? Berikut penjelasan Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur, dalam pemahaman ahlussunnah wal jamaah asyariyah.

Surat Adz-Dzariyat ayat 47

وَٱلسَّمَاۤءَ بَنَیۡنَـٰهَا بِأَیۡی۟دࣲ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

Was samaa a banainaahaa bi aidiw wa innaa lamuusi'uun.

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 256: Tidak Ada Paksaan dalam Agama

Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan benar-benar Kami Maha Kuasa. 

Ayat mutasyabihat

"Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat. Makna zahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki anggota badan berupa tangan yang berjumlah banyak, tiga atau lebih. Soalnya, lafaz ايدي ialah bentuk plural (jamak) dari lafaz يد sehingga makna zahirnya ialah tangan-tangan," papar Asyari.

Baca juga: Tafsir Al-Hadid Ayat 22: Musibah sudah Tercatat di Lauh Mahfuzh

Makna seperti itu bertentangan dengan ayat muhkamat yang menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya seperti dalam Surat As-Syura ayat 11 dan ijmak seluruh umat Islam.

Al-Imam Abdul Qohir Al-Baghdadi dalam kitab Al-Farqu bain Al-Firaq mengatakan:

واجمعوا على إحالة وصفه بالصورة والأعضاء

Dan umat Islam berkonsensus (ijmak) atas kemustahilan penyifatan Allah dengan bentuk dan anggota badan.

Baca juga: Tafsir Al-Maidah Ayat 64: Orang Yahudi Anggap Allah Kikir

Para ulama menakwilkan ayat di atas dengan بقوة atau dengan kekuatan/kekuasaan. Jadi, makna ayat di atas ialah Kami (Allah) telah membangun (menciptakan) langit dengan kekuatan/kekuasaan.

Sedangkan firman Allah ta'ala وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ, sebagian ulama menafsirkannya dengan وانا لقادرون atau dan Kami (Allah) zat yang Maha Kuasa.

Takwil bukan ta'thil

Wahabi menganggap bahwa takwil ialah ta'thil (menafikkan sifat Allah). Jika mereka tidak menakwil ayat-ayat mutasyabihat yang makna zahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki tangan. Hal ini membuat pemahaman wahabi mengalami kontradiksi.

Baca juga: Tafsir Al-Fath Ayat 10: Baiat Nabi Muhammad dengan Sahabat

Jika diterjemahkan langsung seperti yang dilakukan wahabi, Allah punya tangan satu berdasarkan firman Allah يد الله فوق أيديهم di Surat Al-Fath ayat 10. Di tempat lain, Allah punya tangan dua berdasarkan firman Allah ta'ala بل يداه مبسوطتان di Surat Al-Ma'idah ayat 64. 

Yang ketiga, Allah punya tangan banyak berdasarkan firman Allah ta'ala بنينها باييد di Surat Adz-Dzariyat ayat 47. Karena itu, ahlussunnah wal jamaah menakwil ayat mutasyabihat tidak mengambil terjemahannya dengan menerima sifat yad tanpa menolaknya.

Baca juga: Takwil Allah Lebih Dekat kepada Manusia daripada Urat Lehernya

"Lihatlah, akibat dari penolakan mereka terhadap takwil. Mereka membenturkan makna ayat Al-Qur'an yang satu dengan yang lain. Mereka memiliki pemahaman dan keyakinan yang saling kontradiktif (saling bertentangan). Mereka memiliki pemahaman yang bertentangan dengan akal yang sehat," tandas Asyari.

Langit yang meluas

Ada yang menerjemahkan َإِنَّا لَمُوسِعُونَ dengan Kami telah meluaskan langit itu dengan seluas-luasnya. Ini ditafsirkan Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir.

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 186 tentang Takwil Kedekatan Allah

Dalam Tafsir Al-Muyassar dari Kementerian Agama Saudi Arabia, ayat itu diterjemahkan dengan sesungguhnya Kami melapangkan penjuru-penjuru dan sisi-sisinya. Begitu pun Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, profesor Fakultas Al-Qur'an Univeristas Islam Madinah yang menyatakan dan Kami yang meluaskan penjuru-penjurunya (langit).

Dan banyak lagi tafsir ulama yang menyatakan bahwa langit meluas. Hal tersebut ternyata sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia George Lemaitre secara teoretis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Baca juga: Tafsir An-Nisa' Ayat 56 tentang Siksa Neraka pada Tubuh

Sejak terjadi Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Fakta itu dibuktikan juga dengan data pengamatan pada 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, seorang astronom Amerika Edwin Hubble menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Alam semesta dengan segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus mengembang. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat