visitaaponce.com

Tafsir Al-Maidah Ayat 64 Orang Yahudi Anggap Allah Kikir

Tafsir Al-Maidah Ayat 64: Orang Yahudi Anggap Allah Kikir
Sejumlah santri Pesantren Al-Kautsar melakukan tadarus Al-Quran bersama dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Daarul Qu'ran, Cibinong.(MI/Bary Fathahilah.)

AL-QUR'AN menyampaikan beberapa sifat orang-orang Yahudi, salah satunya di Surat Al-Maidah ayat 64. Dalam potongan ayat ini, terdapat pula kata-kata mutasyabihat. 

Menurut terjemahan, orang-orang Yahudi bilang tangan Allah terbelenggu. Itu hanya kalimat kiasan yang maknanya ialah Allah dianggap kikir atau bakhil. Ada juga kalimat tangan Allah terbuka. Makna hakikinya bukan seperti itu tetapi Allah memiliki pemberian yang amat luas.

Bagaimana penjelasan atau tafsir Surat Al-Maidah ayat 64 tentang orang Yahudi menganggap Allah kikir dan kalimat mutasyabihat itu? Ini pemaparan Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur. Perlu dicatat bahwa ini pemahaman ahlussunnah wal jamaah asyariyah.

QS Al-Maidah ayat 64

وَقَالَتِ ٱلۡیَهُودُ یَدُ ٱللَّهِ مَغۡلُولَةٌۚ غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ وَلُعِنُوا۟ بِمَا قَالُوا۟ۘ بَلۡ یَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ یُنفِقُ كَیۡفَ یَشَاۤءُۚ 

Wa qaalatil yahuudu yadullaahi maghluulah, gullat aidiihim wa lu'inuu bimaa qaaluu, bal yadaahu mabsuuthataani yunfiqu kaifa yasyaa'.

Baca juga: Tafsir Al-Fath Ayat 10: Baiat Nabi Muhammad dengan Sahabat

Orang-orang Yahudi berkata, "Allah itu kikir." Sebenarnya tangan-tangan merekalah yang terbelenggu dan mereka dilaknat dengan sebab yang mereka katakan. Namun, Allah itu luas pemberiannya, memberi rezeki (makhluk-Nya) sebagaimana yang Dia kehendaki.

Takwil ayat mutasyabihat

"Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat yang makna zahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki anggota badan berupa dua tangan dan kedua tangan tersebut dibeberkan. Makna seperti ini bertentangan dengan makna ayat muhkamat yang menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, baik dari satu segi maupun semua segi," jelas Asyari. 

Baca juga: Takwil Allah Lebih Dekat kepada Manusia daripada Urat Lehernya

Salah satu ayat muhkamat atau yang jelas itu ialah Surat As-Syura ayat 11. Ayat muhkamat merupakan induk Al-Qur'an (Umm Al-Kitab). 

Semua penafsiran ayat mutasyabihat harus selaras dengannya. Kalau tidak diselaraskan dengan makna ayat muhkamat niscaya melahirkan kontradiksi antarayat dalam Al-Qur'an. "Adanya kontradiksi dalam Al-Qur'an merupakan kemustahilan, karena Al-Qur'an ialah kalam Allah," paparnya.

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 186 tentang Takwil Kedekatan Allah

Para ulama menakwilkan perkataan orang Yahudi یَدُ ٱللَّهِ مَغۡلُولَةٌۚ dengan البخل (kekikiran). Karenanya, makna ayat tersebut ialah orang-orang Yahudi berkata, "Allah itu kikir." 

Takwil seperti itu sesuai dengan sebab turun ayat tersebut. Diceritakan bahwa dahulu Allah ta'ala meluaskan rezeki orang-orang Yahudi, sehingga mereka menjadi orang-orang yang kaya. 

Baca juga: Tafsir An-Nisa' Ayat 56 tentang Siksa Neraka pada Tubuh

Ketika mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya, Allah tidak lagi meluaskan rezeki mereka. Karena itulah, Fanhash bin 'Azuura' (salah seorang Yahudi) mengatakan, "Allah itu kikir." 

Orang-orang Yahudi lain setuju dengan yang perkaan itu. Karenanya, dalam ayat ini, perkataan tersebut dinisbatkan kepada orang-orang Yahudi secara umum.

Baca juga: Tafsir Al-Qashash 88 Menyembah Allah yang tidak Pernah Hancur

Sedangkan makna firman Allah ta'ala, غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ وَلُعِنُوا۟ بِمَا قَالُوا۟ۘ, para ulama menafsirkan dengan makna yang sebenarnya (makna hakiki), bukan majaz. Jadi, maknanya ialah tangan orang-orang Yahudi terbelenggu ke lehernya dan dilemparkan ke neraka sebagai balasan atas perkataan mereka tersebut. Mereka dilaknat dan diazab dengan sebab perkataan tersebut.

Sebagian ulama mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah mengajarkan mendo'akan keburukan pada orang Yahudi. Hal itu dengan mengatakan غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ (semoga tangan orang-orang Yahudi terbelenggu). 

Tafsir Al-Baqarah Ayat 115: Timur dan Barat Ciptaan Allah

Para ulama juga menakwil firman Allah ta'ala بَلۡ یَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ (padahal kedua tangan Allah terbuka) dengan الجود (yang luas pemberiannya). Jadi, makna ayat tersebut Allah ta'ala itu Maha luas pemberiannya.

Takwil seperti itu diperkuat dengan lanjutan ayat tersebut یُنفِقُ كَیۡفَ یَشَاۤءُۚ atau Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya sebagaimana yang Ia kehendaki. Jika berkehendak, Dia meluaskan rezeki makhluk-Nya dan jika berkehendak, Dia menyempitkan rezeki makhluk-Nya.

Baca juga: Surat Al-Fatihah, Nama-Namanya, dan Keutamaan

"Bentuk mutsanna pada ayat di atas berfungsi untuk mubalaghoh (menunjukkan makna sangat) bahwa Allah sangat luas pemberiannya kepada makhluk-Nya. Ayat ini merupakan jawaban dan bantahan terhadap perkataan orang-orang Yahudi bahwa Allah itu bakhil," tegas Asyari.

Penakwilan غل اليد dan بسط اليد dengan kikir dan dermawan sesuai dengan firman Allah ta'ala yang lain dalam Surat Al-Isra' ayat 29.

وَلَا تَجۡعَلۡ یَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ 

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (bakhil) dan janganlah kamu bentangkan seluas-luasnya (terlalu berlebihan dalam memberi). 

Demikianlah pembahasan QS Al-Maidah ayat 64 terkait perkataan orang-orang Yahudi tentang Allah dan memahami ayat mutasyabihat. Istilah tangan terbelenggu berarti kikir dan tangan yang terbuka berarti suka memberi. Semoga bermanfaat. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat