visitaaponce.com

KLHK Lakukan Survei Populasi Macan Tutul Jawa

KLHK Lakukan Survei Populasi Macan Tutul Jawa
Macan tutul jawa(Antara)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan melakukan survei mengenai populasi dan sebaran macan tutul jawa di wilayah Jawa. Program tersebut bertajuk Java Wide leopard Survey (JWLS).

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Satyawan Pudyatmoko mengungkapkan, saat ini, posisi satwa dilindungi itu kian tersudut. Banyak habitat mereka yang tergerus pembangunan. Oleh karena itu, pemetaan mengenai populasi dan sebaran macan tutul diperlukan untuk upaya konservasi.

“Survei ini menjadi penting untuk mengetahui seberapa tersudut macan tutul yang ada di Jawa. Bisa jadi masih ada, tapi kalau cuma lima ekor atau tiga ekor, secara ekologis tidak ada artinya. Apalagi kalau terputus hubungannya dengan populasi yang lain,” kata Satyawan di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Selasa (27/2).

Baca juga : Ribuan Spesies Terancam Punah, Masyarakat Diajak Selamatkan Satwa Liar

Ia menjabarkan, survei tersebut akan memanfaatkan teknologi kamera pengintai dan merupakan kegiatan kolaboratif survei satwa liar pertama di Indonesia yang memanfaatkan kamera pengintai terbesar.

Secara rinci, akan ada 600 unit kamera pengintai yang dipasang pada sekitar 1.160 stasiun pengamatan di 21 bentang alam. Area-area pengamatan meliputi 10 taman nasional, 24 kawasan suaka alam dan 55 kawasan hutan lainnya.

Selain itu, JWLS juga mengumpulkan sampel kotoran macan tutul untuk mengetahui struktur populasi macan tutul jawa dan preferensi satwa mangsanya. Adapun, sebanyak 550 sampel kotoran macan tutul jawa menjadi target untuk dikoleksi secara bersamaan dalam survei kamera pengintai

Baca juga : 2 Pelaku Perdagangan Satwa Dilindungi Ditangkap

Survei yang akan dilaksanakan selama kurang lebih dua tahun itu, kata Satyawan, diharapkan dapat menghasilkan data dasar status populasi dan preferensi satwa mangsa macan tutul jawa yang akurat berdasarkan kaidah ilmiah yang kuat.

“Kegiatan yang dilakukan di tingkat landscape ini bertujuan agar, jika ada populasi yang terputus, kita analisis apakah mungkin ada koridor yang menghubungkan lokasi tersebut dengan yang lain. Selain itu, hasilnya nanti diharapkan antara subpopulasi satu dan yang lain ada pertukaran individu untuk menghindari perkawinan kerabat yang menyebabkan penurunan kualitas genetik dan morfologi bagi generasi berikutnya,” ucap Satyawan.

Menurut Satyawan, macan tutul sebagai top predator memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem. Jika mereka punah atau kelebihan populasi di satu area, ekosistem pasti akan terganggu.

Ia mengambil contoh banyaknya konflik yang timbul antara manusia dan monyet ekor panjang di wilayah Jawa. Hal itu, menurutnya, disebabkan minimnya satwa predator yang ada di hutan sehingga menyebabkan populasi monyet ekor panjang meningkat.

“Ketika populasi naik, harus ada predator yang mengurangi populasi tersebut. Kalau tidak, mereka akan menyeberang ke tempat pemukiman penuduk,” ungkapnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat