visitaaponce.com

Ternyata tidak Semua Orang Bisa Lakukan Puasa Intermiten

Ternyata tidak Semua Orang Bisa Lakukan Puasa Intermiten
Ilustrasi(Freepik)

PEMBATASAN periode waktu makan atau puasa intermiten aman dilakukan, tetapi tidak untuk semua orang. Hal itu dikatakan Martha Rosana dari Divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN dr Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

"Intermittent fasting sebenarnya aman untuk banyak orang, tetapi tidak semua orang. Ada beberapa kelompok yang kurang aman melakukan puasa atau intermittent fasting," ungkap Martha, dikutip Kamis (14/3).

Martha mengatakan, puasa intermiten atau yang biasa disebut sebagai diet puasa dapat membantu mengurangi berat badan melalui pengurangan asupan kalori total dan membantu mengontrol rasa lapar maupun kenyang.

Baca juga : Memahami 5 Penangan Khusus untuk Ibu Hamil Penderita Diabetes

Menurut dia, puasa intermiten juga dapat membantu memperbaiki kondisi metabolik berupa tekanan darah, kadar gula darah, kadar lemak, dan kolesterol darah serta mendukung upaya perubahan gaya hidup yang berkelanjutan dan upaya untuk berhenti merokok.

Meski demikian, Martha mengatakan, terdapat beberapa kelompok berisiko yang bisa mengalami gangguan kesehatan apabila melakukan puasa intermiten.

Kelompok individu yang memerlukan perhatian khusus bila hendak mulai puasa intermiten yakni ibu hamil, ibu menyusui, pasien diabetes, pasien penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau gastritis yang belum terkendali, pasien penyakit ginjal atau liver tahap lanjut, dan pasien dengan kondisi penyakit lainnya.

Baca juga : Ibu Hamil yang Alami Diabetes Butuh Penanganan Khusus

"Karena tentu saja kelompok ini harus memenuhi kebutuhan nutrisi. Kelompok ini tidak disarankan melakukan puasa sampai kondisinya benar-benar fit," kata Martha.

Martha menyampaikan, kelompok individu yang berisiko mengalami gangguan kesehatan disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter apabila hendak melakukan puasa intermiten.

Konsultasi dengan dokter diperlukan untuk memperoleh informasi terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi, penggunaan obat-obatan, serta kondisi kesehatan guna menghindari risiko yang mungkin muncul akibat berpuasa. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat