visitaaponce.com

Pentingnya Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Ginjal Kronis

Pentingnya Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Ginjal Kronis
Ilustrasi(MI)

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Pringgodigdo Nugroho menekankan pentingnya skrining dan deteksi dini penyakit ginjal. Menurutnya, skrining, deteksi dini, dan tatalaksana awal tidak hanya akan menurunkan angka gagal ginjal dan kebutuhan terapi pengganti ginjal di Indonesia, tetapi juga mengurangi biaya kesehatan pasien gagal ginjal.

Ia mengatakan saat ini kemajuan bioteknologi dan farmasi sudah sangat pesat. Oleh akrena itu, langkah-langkah untuk mengahambat progresivitas penyakit semakin mudah dilakukan.

"Modalitas tersebut diharapkan dapat diakses secara merata oleh individu yang membutuhkan," ujar Pringgodido dalam konferensi pers pekan lalu.

Baca juga : Nyeri Pinggang Akibat Kanker Ginjal Atau Batu Ginjal Sulit Dibedakan

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menyampaikan, selain tatalaksana progresivitas, harus ada pengendalian faktor risiko penyakit ginjal kronis (PGK) seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

Berbagai upaya promotif dan preventif mengenai pengendalian faktor risiko sudah dilakukan di direktorat P2PTM seperti promosi kesehatan, dukungan riset inovatif lintas sektor, skrining dan deteksi dini, serta monitoring dan pembuatan regulasi yang berhubungan dengan layanan pengendalian faktor risiko di tempat praktik kesehatan.

Penyakit ginjal kronik menjadi salah satu perhatian utama dikarenakan jumlahnya yang semakin meningkat dan termasuk dalam penyakit katastropfik dengan pembiayaan JKN terbesar ke-3 setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Beban global yang besar pada PGK menyebabkan penatalaksanaan PGK sendiri tidak hanya berpusat pada penatalaksana penderita, namun juga pencegahan pada populasi berisiko.

Baca juga : Pasien Gagal Ginjal Boleh Berolahraga, Asal...

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan perbaikan pelayanan kesehatan layanan kesehatan adalah dengan program transformasi layanan kesehatan. Salah satu pilar layanan kesehatan adalah layanan kesehatan primer yang mana akan ditingkatkan program preventif dan promotive penyakit ginjal kronik dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) sebagai wadah pelaksana utama.

tercatat sebagai penyebab 4,6% kematian global pada 2017. Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat dan PGK diperkirakan akan menjadi penyebab kematian tertinggi ke-5 di seluruh dunia pada 2040. Di Indonesia, prevalensi PGK semakin meningkat setiap tahun. Bila tidak diobati, suatu ketika penderita dapat mengalami gagal ginjal.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK adalah 0,38%. Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada 2020 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) 61.786 dan prevalensi kumulatif 130.931.

Penyebab utama gagal ginjal adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes). Tingginya angka gagal ginjal ini tidak hanya menjadi beban bagi pasien dan keluarga tetapi juga beban bagi negara karena biaya yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan sangat tinggi.

Selama tiga dekade terakhir, upaya pengobatan PGK berpusat pada persiapan dan pemberian terapi pengganti ginjal. Namun, terobosan terapeutik akhir-akhir ini menitikberatkan pada pencegahan atau menghambat progresivitas dan mengurangi komplikasi seperti penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal. Hal itu pada akhirnya dapat memperpanjang kualitas hidup pasien dengan PGK. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat