visitaaponce.com

Kesejahteraan Murid Kunci Capai Potensi Akademis

Kesejahteraan Murid Kunci Capai Potensi Akademis
Ilustrasi keceriaan siswa Sekolah Dasar(Shutterstock)

AUSTRALIAN Council for Educational Research (ACER) Indonesia bersama  Asosiasi Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) dan Asosiasi Psikometrika Indonesia (APSIMETRI) menyelenggarakan webinar mengenai hubungan antara kesejahteraan murid, prestasi akademis, dan prospek masa depannya secara daring dan disiarkan melalui kanal youtube ACER, belum lama ini. 

Lead Technical Expert ACER Indonesia, Urip Purwono mengutarakan terjaminnya kesejahteraan murid merupakan kunci untuk membantu mereka mencapai potensi penuh meraih kesuksesan dalam ruang lingkup akademis, hubungan sosial, dan kehidupan pribadi. 

“Kesejahteraan kunci untuk membantu para murid capai potensi meraih keberhasilan akademis hingga hubungan sosial dan pribadi,” ujar Urip. 

Baca juga : Contoh Catatan Wali Kelas di Rapor yang Memotivasi

Pertanyaan Urip diperkuat  juga dari hasil studi yang dilakukan  Principal Research Fellow ACER, Dr Katherine Dix, yang menjelaskan bahwa fokus program kesejahteraan murid berbasis sekolah telah bergeser dari klinis ke psikologis.  Hal ini berarti program kesejahteraan kini dirancang untuk membantu murid berkembang dan bukan sekadar memperbaiki individu. 

“Sekolah pun dihadapkan dengan berbagai program untuk mendorong tercapainya situasi di mana murid dapat merasa nyaman dan sejahtera dalam lingkungan belajarnya yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan mereka,” ungkap Katherine. 

Senior Research Fellow ACER Julie Murkins,  pada webinar itu juga turut memperkenalkan “School Improvement Tool Elaborations: Student engagement and wellbeing” sebagai suatu kerangka kerja yang dapat membantu sekolah mengoptimalkan kesejahteraan murid di berbagai tahap pendidikan. 

Baca juga : Reformasi Sistem Diperlukan untuk Optimalkan Target Beasiswa

Laporan terakhir dari lembaga yang berfokus pada monitoring kualitas pendidikan global, GEM Centre , menunjukkan bagaimana negara berpenghasilan menengah ke bawah (NPMB) akan lebih banyak diuntungkan oleh bentuk-bentuk intervensi peningkatan kesejahteraan murid karena efek positif terhadap peningkatan prestasi murid akan lebih dirasa signifikan dalam upaya pembangunan negara dibandingkan di Negara Berpendapatan Tinggi (NPT). 

“Sedangkan, baik di NPMB maupun NPT, korelasi antara peningkatan prestasi dengan level kesejahteraan tercatat lebih lebih signifikan dalam kategori murid sekolah dasar dibandingkan murid sekolah menengah,” tambahnya. 

Dengan kondisi sosio-ekonomi Indonesia di mana tercatat 69 juta keluarga termasuk dalam kelompok berpenghasilan menengah ke bawah dengan pengeluaran rumah tangga di bawah Rp 5 juta per bula per tahun 2021, pengadaan program-program untuk memastikan kesejahteraan di sekolah menjadi semakin penting untuk meningkatkan prestasi murid. 

Baca juga : SGM Eksplor dan Indomaret Kolaborasi Beri Bantuan Pendidikan dan Beasiswa

“Sekolah membutuhkan sebuah instrumen asesmen yang dapat diandalkan, untuk memantau tingkat kesejahteraan murid dan memberikan inspirasi bagi pengembangan program yang tepat untuk membantu perkembangan kesejahteraan murid,” jelas Katherine lebih lanjut.   

Saat ini, ACER Indonesia juga tengah mengembangkan instrumen penilaian kesejahteraan siswa yang terstandar dan disesuaikan dengan nilai-nilai sosial- budaya sekolah Indonesia.  

Pengembangan instrumen ini melibatkan sejumlah ahli di bidang psikologi serta pengukuran dan pembuatan assesmen, serta melalui proses adaptasi dari berbagai tinjauan literatur penelitian untuk memastikan validnya perhitungan terhadap hal-hal yang sekilas sifatnya sulit diukur seperti misalnya tingkat kebahagiaan murid, atau bahkan tingkat depresi yang dialami di sekolah ataupun rumah. 

Baca juga : Sinar Mas Land Gelar Festival Pendidikan Ke-7 Dorong Lingkungan Sekolah Ciptakan Merdeka Belajar

Mengutip dari buletin Australian Wellbeing yang ditulis Dr    Park & Dr Haene, Urip Purwono mmengutarakan kebahagiaan hanyalah salah satu bagian dari kesejahteraan yang memang berkontribusi pada kepuasan hidup, namun tidak cukup untuk membantu murid berkembang. 

Dengan semakin besarnya perhatian yang diberikan pada pentingnya menjaga kesehatan mental di segala domain kehidupan termasuk di sekolah, muncul pertanyaan guru kerap menghadapi dilema dalam menerapkan disiplin yang terkadang dianggap “keras” dan berpotensi mengganggu kesejahteraan murid. 

Katherine Dix menilai  dengan menggarisbawahi pentingnya bagi guru untuk menetapkan batasan yang jelas tentang apa saja tingkah laku murid yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Ia menjelaskan bahwa murid justru akan berkembang lebih baik ketika mereka mengetahui bahwa semua jenis tindakan memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif. 

Sekolah perlu beralih dari sistem hukuman kepada konsep kesepakatan, konsekuensi, dan penghargaan dalam ruang kelas.   Hal ini dinilai akan menciptakan ruang yang aman bagi murid untuk belajar dari kesalahannya serta dihargai ketika murid bersikap positif dan meraih pencapaian. Lebih jauh, hal ini dapat membangun budaya sekolah yang positif yang berekspektasi pada meningkatnya perilaku baik, kesejahteraan, dan pembelajaran berkualitas,” ungkapnya. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat