visitaaponce.com

Perlu Strategi Komunikasi yang Efektif untuk Atasi Masalah Merokok

Perlu Strategi Komunikasi yang Efektif untuk Atasi Masalah Merokok
Poster dilarang merokok terpasang di kawasan Pasar Senen, Jakarta, Jumat (2/10/2014).(MI/ARYA MANGGALA)

PENELITI dari Universitas Sahid Jakarta Prof Kholil mengatakan diperlukan strategi komunikasi persuasif untuk membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok sebagai upaya mengatasi masalah merokok di Indonesia.

"Kami menemukan bahwa demografi, ekonomi, dan sosial budaya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya mengatasi masalah merokok, namun menjadi signifikan setelah melalui variabel mediasi atau intervening strategi komunikasi. Oleh sebab itu, strategi komunikasi yang efektif adalah kunci untuk membangun kesadaran tentang masalah merokok dan upaya pengurangan risikonya," kata Kholil seperti dilansir dari Antara, Senin (27/5).

Hal itu disampaikan Kholil dalam acara "The 15th Asian Conference on The Social Sciences (ACSS 2024)" yang digelar International Academic Forum (IAFOR) di Tokyo, Jepang.

Baca juga : Meski Hasil MCU Bagus, tidak Berarti Perokok Itu Sehat

Menurut dia, aspek kesehatan, kebijakan pemerintah, dan ekonomi merupakan kontributor terbesar terhadap strategi komunikasi dengan model pengurangan risiko ini.

Strategi komunikasi ini melibatkan akademisi, masyarakat umum, pemerintah, pelaku usaha, media, dan organisasi masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.

"Komitmen dan kebijakan yang tepat sasaran dari pemerintah diperlukan untuk mengatasi masalah merokok secara tersegmentasi, yakni membedakan strategi untuk non-perokok agar tidak mulai merokok, perokok aktif yang ingin berhenti merokok, dan perokok aktif yang sulit berhenti merokok," ujarnya.

Baca juga : Kurangi Risiko Merokok Butuh Strategi Komunikasi untuk Tiga Kelompok

Kholil menambahkan bahwa kunci keberhasilan untuk mengatasi masalah merokok adalah membangun strategi komunikasi yang efektif, baik langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan peran media sosial, teknologi digital, dan kolaborasi dengan figur publik agar pesan yang disampaikan tepat sasaran pada tiga target, yaitu non-perokok, perokok berhenti (quitter), dan perokok beralih (switcher).

"Untuk membangun strategi komunikasi tersebut, narasi harus memuat faktor kesehatan, sosial budaya, dan ekonomi," katanya.

Ia mengatakan kesehatan adalah prioritas utama karena semua perokok sadar bahwa merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka, dan pengobatan penyakit akibat merokok memerlukan biaya yang mahal.

Baca juga : Tips Efektif untuk Mengatasi Kebiasaan Merokok dan Penggantinya

"Pendekatan pengurangan risiko menjadi salah satu narasi yang diperlukan untuk membantu perokok yang sulit berhenti merokok agar beralih ke produk alternatif," ujarnya.

Senada, Hifni Alifahmi, salah satu peneliti dari Universitas Sahid Jakarta, mengatakan pemaparan hasil studi pada acara tersebut menjadi kesempatan bertukar ilmu dan pengalaman dalam mengkaji strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasi masalah merokok.

"Segmentasi dalam strategi komunikasi berperan penting untuk menentukan narasi yang tepat agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens yang dituju. Usia, latar belakang pendidikan, budaya, dan kondisi ekonomi dari audiens juga berpengaruh," ujar Hifni.

Menurut dia, kajian strategi komunikasi untuk mengatasi masalah merokok ini harapannya dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat sasaran dan solutif.

"Kami siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengembangkan strategi komunikasi persuasif tersegmentasi dan melakukan kajian lebih lanjut," kata Hifni. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat