Tiongkok Sebut Negara G-7 Tak Bisa Lagi Mendikte Negara Lain
![Tiongkok Sebut Negara G-7 Tak Bisa Lagi Mendikte Negara Lain](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/06/7f1724a0a5ce01286381f2e003ebf00b.jpg)
TIONGKOK dengan tegas memperingatkan para pemimpin Kelompok Tujuh (G-7) bahwa kini kewenangan G-7 untuk memtuskan nasib dunia sudah lama berlalu.
Pertnyataan disampaikan Tiongkok dalam merespons sikap negara-negara demokrasi terkaya di dunia yang tengah berupaya untuk menandingi Tiongkok.
"Hari-hari ketika keputusan global didikte oleh sekelompok kecil negara sudah lama berlalu," kata Juru Bicara Kedutaan Besar (Kedubes)Tiongkok di London. Inggris, Minggu (13/6).
"Kami selalu percaya bahwa negara, besar atau kecil, kuat atau lemah, miskin atau kaya, adalah sama, dan bahwa urusan dunia harus ditangani melalui konsultasi oleh semua negara," tambahnya.
Kebangkitan kembali Tiongkok sebagai kekuatan global terkemuka dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan akhir-akhir ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 yang mengakhiri Perang Dingin.
Para pemimpin G-7 telah menggelar pertemuan di Inggris. Mereka tengah membahas untuk merespons terkait sikap tegas Presiden Tiongkok Xi Jinping seiring kembangkitan ekonomi dan kekuatan militer Tiongkok yang luar biasa dalam 40 tahun terakhir.
Para pemimpin G7 – Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, dan Jepang – ingin menggunakan pertemuan mereka di Inggris untuk menunjukkan kepada dunia bahwa negara-negara demokrasi terkaya tersebut dapat menawarkan alternatif bagi pengaruh Tiongkok yang semakin besar.
Menurut sebuah sumber, Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau memimpin diskusi G-7 tengah membahas berbagai hal terkait Tiongkok pada Sabtu (12/6).
PM Kanada meminta para pemimpin G-7 untuk bangkit dengan pendekatan terpadu dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan Beijing.
G-7 berencana untuk menawarkan skema infrastruktur kepada negara-negara berkembang yang dapat menyaingi "Belt and Road Initiative" milik Tiongkok yang bernilai triliun dolar. (Straits Times/Nur/OL-09)
Terkini Lainnya
Rupiah Menguat Seiring Pasar Tunggu Data NFP AS
Vonis Trump Terkait Kasus Uang Tutup Mulut Ditunda September
Empat Siswa asal Banyumas Tembus Perguruan Tinggi Top Luar Negeri
IHSG Ditutup Melemah di tengah Bursa Asia Menguat
Rupiah Merosot saat Pasar Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Cara Hindari Stereotipe 'Orang Amerika Bodoh' Saat Keluar Negeri
Tereza Fahlevi Bersinar di Youtube Music Night
Jepang Umumkan Prinsip-prinsip Dasar Kecerdasan Buatan
Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan
Kemnaker dan ZENRYO-REN Gelar Business Matching untuk Pekerja Migran Indonesia
IHSG Ditutup makin Menguat di Atas 7.000
Indonesia Hadapi Jepang di Perempat Final Kejuaraan Asia Junior
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap