visitaaponce.com

Perjalanan Berliku Perjanjian Nuklir Iran pada 2015

Perjalanan Berliku Perjanjian Nuklir Iran pada 2015
Reaktor air nuklir Arak, selatan ibu kota Iran, Teheran.(AFP/Organisasi Energi Atom Iran.)

IRAN setuju dengan negara-negara besar dunia pada 2015 untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi hukuman. Akan tetapi pada 2018, Presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump keluar dari perjanjian dan menerapkan kembali sanksi.

Itu mendorong Iran untuk membatalkan komitmennya. AS dan Israel terus menuduh Iran berusaha membangun senjata nuklir. Iran membantah tuduhan itu. Dengan pembicaraan tentang pemulihan kesepakatan yang akan dimulai di Wina pada Senin (29/11), mari kita lihat kembali sejarahnya yang panjang berliku.

Pembicaraan alot 

Negosiasi dimulai pada Juni 2013 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan AS, serta ditambah Jerman. Kesepakatan akhir dicapai pada Juli 2015. Ini mengakhiri perselisihan 12 tahun atas masalah nuklir Iran.

Baca juga: Inggris dan Israel Berupaya Keras Mencegah Iran Jadi Kekuatan Nuklir

Menghentikan bom 

Tujuan kesepakatan tersebut yaitu membuat Iran hampir mustahil memproduksi bom atom, tetapi memungkinkan untuk mengejar program nuklir sipil. Teheran berjanji mengurangi kapasitas nuklirnya selama beberapa tahun, membatasi pengayaan uraniumnya pada 3,67%. Ini cukup untuk pembangkit listrik, tetapi jauh di bawah lebih dari 90% yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.

Iran setuju untuk memangkas jumlah sentrifugal pengayaannya dari lebih dari 19.000 menjadi 5.060 selama satu dekade. Ia juga setuju untuk memodifikasi reaktor air beratnya di Arak untuk mencegahnya menggunakan plutonium untuk keperluan militer. Kesepakatan itu mulai berlaku pada Januari 2016.

Inspeksi 

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan melakukan inspeksi untuk memastikan Iran memenuhi komitmennya. Kesepakatan itu membuka jalan bagi pencabutan sebagian sanksi internasional terhadap Teheran dan membuka pintu bagi investor asing.

Baca juga: Israel Prihatin Amerika Serikat akan Cabut Sanksi terhadap Iran

Namun, embargo PBB atas penjualan senjata konvensional dan rudal balistik ke Iran dipertahankan masing-masing hingga Oktober 2020 dan 2023. Tiga penanda tangan Eropa--Inggris, Prancis, dan Jerman--seperti AS menentang pencabutan embargo senjata konvensional. Tetapi kekuatan itu berkeras mereka berkomitmen pada kesepakatan nuklir 2015 dan mengatakan sanksi PBB tidak boleh diterapkan kembali.

Keluarnya AS 

Investasi mulai mengalir ke Iran setelah kesepakatan nuklir. Tetapi pada Mei 2018, Trump menarik AS keluar dari perjanjian itu dan menyebutnya, "Busuk". Sanksi menyusul dengan Washington yang secara khusus menargetkan sektor minyak dan keuangan Iran.

Baca juga: Kala Perang Siber Iran-Israel Meluas ke Warga Sipil

Pada Mei 2019, Teheran mulai mundur dari kesepakatan itu. Ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan itu mungkin akan hancur. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat