visitaaponce.com

Usai Dikuasai Rusia, Berdyansk dan Mariupol Bangkit

Usai Dikuasai Rusia, Berdyansk dan Mariupol Bangkit
Warga dan keluarga dari pasukan batalion Azov meminta pemerintah Ukraina selamatkan pasukan Azov yang terkepung pasukan Rusia di Mariupol.(Sergei SUPINSKY / AFP)

SEBUAH pesawat militer Rusia terbang di langit di atas Berdyansk, sebuah kota di Ukraina selatan.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata seorang wanita tua yang duduk di bangku di alun-alun kecil di sore akhir pekan yang cerah. "Itu salah satu milik kita," sambungnya.

Pasukan Rusia mengambil alih kota pelabuhan di Laut Azov ini pada hari-hari pertama kampanye militer yang mereka luncurkan di Ukraina pada akhir Februari, hampir tanpa perlawanan.

Setelah itu pasukan Moskow dan separatis pro-Rusia menyerang daerah untuk menghubungkan Ukraina timur dan selatan. Wilayah Berdyansk dan Melitopol menjadi bagian penting dan strategis bagi Rusia karena menghubungkan ke Krimea.

Baca juga: 100 Ribu Warga Mariupol Masih Terperangkap Konflik

Di kedua kota tersebut, Moskow telah membentuk pemerintahan lokal yang bertugas mengembalikan kehidupan normal.

 "Kami berada dalam fase transisi, dari Ukraina ke Rusia," kata kepala pemerintahan baru di Berdyansk, Alexander Saulenko, kepada wartawan di kota itu.

"Kami melihat masa depan kami dengan Rusia," sambungnya.

Beberapa langkah sudah diambil, dengan rencana mulai membayar gaji dan pensiun sektor publik dalam rubel Rusia, bukan hryvnia Ukraina. Kekurangan dana untuk menjaga kota tetap berjalan, Saulenko mengatakan "kami akan meminta bantuan Rusia".

Kota yang terbagi

Wilayah Melitopol, sebuah spanduk komunis berkibar di atas Lapangan Kemenangan pusat dan lagu-lagu patriotik era soviet dikumandangkan dari pengeras suara truk militer. Di tempat lain di kota, itu adalah bendera tiga warna Rusia yang dipajang.

Situasi di keduankota itu tidak terlihat jejak pertempuran atau kehancuran akibat peperangan. Itu kontras dengan Mariupol yang hanya 70 kilometer (40 mil) timur Berdyansk.

"Semua pasukan (Ukraina) meninggalkan kota" sebelum kedatangan pasukan Rusia, kata Svetlana Klimova, seorang mantan pekerja pompa bensin berusia 38 tahun di Berdyansk. "Jika mereka tetap tinggal, itu akan seperti Mariupol."

Beberapa warga di kota itu mengungkapkan kelegaan mereka karena telah lolos dari nasib Mariupol, dan beberapa antusias dengan kehadiran Rusia.

"Ketika saya mendengar (tentang kedatangan Rusia), saya sangat senang hingga air mata saya berlinang," kata Valery Berdnik, seorang mantan buruh pelabuhan berusia 72 tahun dengan kumis besar berwarna abu-abu.

Dia mengatakan kota-kota lain di Ukraina, seperti Zaporizhzhia atau Kharkiv akan dikuasai Rusia. Tentara Rusia sudah berpatroli di jalan-jalan.

Tidak semua orang di Berdyansk memiliki antusiasme yang sama dengan Berdnik, dengan Saulenko mengakui bahwa populasi kota telah turun menjadi antara 60.000 dan 70.000, dari sebelumnya 100.000.

"Di Melitopol kota ini terbagi," kata Elena, seorang guru sekolah berusia 38 tahun yang berjalan di jalan dengan kacamata hitam besar, anting berbentuk salib di satu telinga.

"Ada yang senang, ada juga yang mengkritisi keadaan tersebut,” ujarnya.

Wali Kota Melitopol Ivan Fedorov sempat ditahan selama beberapa hari oleh pasukan Rusia pada bulan Maret, dan akhirnya meninggalkan kota.

Beberapa demonstrasi terjadi sejak awal menentang kehadiran Rusia, tetapi sekarang telah berhenti, kata seorang warga Melitopol lainnya.

Olga Chernenko, 50, penduduk Mariupol yang memilih untuk berada di Berdyansk. Ia mengatakan Ukraina menyerahkan Berdyansk merupakan pilihan yang tepat.

"Jika kita ingin menyelamatkan nyawa, kita tidak bisa bertarung di kota," katanya.

Berdyansk dan Melitopol mungkin tampak tenang, tetapi antrian di depan bank dan kantor penukaran mata uang mengingatkan bahwa situasinya jauh dari normal.

"Tidak ada uang tunai, mesin bank tidak berfungsi," kata Klimova, yang berharap rusia akan membantu dengan membayar tunjangan dan pensiun.

Pihak berwenang di kedua kota ingin membawa penduduk berpihak dengan mengembalikan kehidupan normal sesegera mungkin.

Di Melitopol, wartawan dibawa ke peresmian arena skating, di mana beberapa orang berseluncur sebentar, lalu menghilang saat kamera dimatikan. Di Berdyansk, terdapat kantor pernikahan lokal yang kembali dioperasikan. (France24/Cah/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat