visitaaponce.com

Daftar Panjang Suram Israel dalam Selidiki Pembunuhan Wartawan

Daftar Panjang Suram Israel dalam Selidiki Pembunuhan Wartawan
Keluarga melintas di depan pameran seni untuk menghormati mendiang jurnalis Al-Jazeera Palestina Shireen Abu Akleh di kota Jenin.(AFP/Ronaldo Schemidt.)

MENYUSUL penembakan fatal reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh selama serangan di Tepi Barat yang diduduki, AFP melihat daftar panjang tentara Israel dalam menyelidiki kematian jurnalis sebelumnya. Saluran TV yang berbasis di Qatar itu menuduh bahwa Abu Akleh, 51, warga Palestina-Amerika, yang mengenakan rompi antipeluru biru bertanda Press dibunuh dengan sengaja oleh seorang tentara Israel pada 11 Mei.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan penyelidikan awal belum menentukan dia terbunuh oleh tembakan nyasar kelompok Palestina atau peluru Israel yang ditujukan pada seorang militan. Namun tentara mengatakan bahwa jika seorang tentara Israel menembakkan peluru mematikan itu, tampaknya tentara itu tidak bersalah melakukan pelanggaran pidana.

Beberapa kelompok hak asasi manusia yang merupakan kritikus terkemuka Israel mengatakan kepada AFP bahwa catatan akuntabilitas IDF dalam kasus serupa tergolong suram. Roy Yellin dari B'Tselem--kelompok Israel pertama yang secara terbuka menuduh bahwa perlakuan Israel terhadap warga Palestina sama dengan apartheid--menuduh bahwa penyelidikan biasanya merupakan penutupan terorganisasi yang bertujuan, "Tidak membawa kebenaran dan akuntabilitas tetapi, sebaliknya, untuk mencegahnya."

Militer Israel menganggap proses peradilan internalnya cukup kuat.

Bagaimana sejarah terkini? 

Menurut Reporters Without Borders (RSF) yang berbasis di Paris, setidaknya 30 jurnalis, sebagian besar warga Palestina, telah tewas oleh tembakan Israel di Tepi Barat dan Gaza sejak 2000. Sebagian besar kejadian itu saat meliput berita.

Kelompok itu tidak mencatat kematian seperti itu di Israel selama periode yang sama. Kecuali empat kasus yang dikutip oleh RSF melibatkan jurnalis Palestina, jurnalis asing yang tewas itu ialah 1 warga Inggris, 2 orang Italia, dan 1 warga Turki.

Baca juga: Tuding AS-Israel, Ribuan Orang Iran Hadiri Pemakaman Kolonel yang Dibunuh

Diminta untuk mengidentifikasi kasus abad ini terkait kasus seorang tentara menghadapi dakwaan setelah kematian seorang jurnalis, juru bicara militer tidak memberikan contoh. AFP telah membagikan daftar RSF kepada militer.

Seorang juru bicara militer mengatakan kepada AFP bahwa dalam kasus saat klaim dibuat mengenai penggunaan kekuatan berlebihan terhadap individu mana pun dan terhadap jurnalis pada khususnya, IDF meluncurkan prosedur investigasi.
Dalam beberapa kasus, "Mereka yang bertanggung jawab diadili secara pidana atau diambil langkah-langkah perintah terhadap mereka," katanya.

Bagaimana investigasi Israel? 

Tentara Israel mengatakan bahwa mereka biasanya membuka penyelidikan awal dalam kasus-kasus tampaknya seorang warga sipil tewas oleh tembakan tentara di Tepi Barat. Berdasarkan temuan tersebut, Advokat Militer menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan tambahan oleh Divisi Investigasi Kriminal Polisi Militer.

Baca juga: Menlu Turki Sepakati Sembilan Paket Ekonomi dengan Palestina

Dalam pernyataan militer, Senin, mengutip Advokat Militer Yifat Tomer-Yerushalmi mengatakan, "Mengingat bahwa Abu Akleh tewas di tengah-tengah zona pertempuran aktif, tidak ada kecurigaan langsung kegiatan kriminal tanpa bukti lebih lanjut." Tomer-Yerushalmi menekankan bahwa tentara tidak membuat keputusan tentang penyelidikan kriminal akan diperlukan dalam kasus ini.

Shireen Khatib dari Pusat Pengembangan dan Kebebasan Media Palestina mengatakan kepada AFP bahwa sejak 2000 tidak ada tentara Israel yang dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jurnalis.

Apa kasus sebelumnya? 

Fotografer Palestina Yasser Murtaja, 30, tewas oleh tembakan penembak jitu Israel saat meliput protes di sepanjang perbatasan Gaza pada 6 April 2018. Dia bekerja dengan Ain Media yang berbasis di Gaza dan telah berkontribusi untuk Al Jazeera.

Fota AFP yang diambil setelah dia terluka menunjukkan Murtaja mengenakan rompi pers. Israel kemudian menuduhnya sebagai anggota kelompok Islam Hamas. 

Klaim itu dibantah oleh keluarga dan rekan-rekannya. Departemen Luar Negeri AS kemudian mengatakan Murtaja telah diperiksa sebelum menerima hibah AS.

Tentara mengatakan pemeriksaan awal menemukan, "Tidak ada kecurigaan yang akan membenarkan pembukaan penyelidikan kriminal. Dari awal kerusuhan kekerasan, (tentara) meminta warga sipil untuk menghindari mendekati daerah pertempuran aktif dan kerusuhan kekerasan yang dipimpin oleh Hamas."

Baca juga: Israel Klaim Gagalkan Rencana Hamas Bunuh Anggota Parlemen Yahudi

Seminggu setelah kematian Murtaja, jurnalis Palestina Ahmed Abu Hussein, 25, ditembak di perut oleh pasukan Israel saat meliput protes serupa. Dia meninggal dua minggu kemudian, setelah menerima perawatan di suatu rumah sakit Israel.

Abu Hussein bekerja untuk Radio Shaab, yang dianggap dekat dengan Front Populer sayap kiri untuk Pembebasan Palestina, dan mengambil foto untuk kantor berita lokal. Tentara mengatakan, "Tidak ditemukan kecurigaan yang akan membenarkan pembukaan penyelidikan kriminal," dalam kasus tersebut.

Fotografer Palestina Fadel Shana, 24, yang bekerja untuk Reuters, tewas di Gaza pada 16 April 2008 bersama dengan delapan warga sipil lain ketika tank Israel menembak. Saat itu dia merekamnya dari jarak sekitar 1,5 kilometer (satu mil).

Penyelidikan dan saksi mata Reuters sendiri mengatakan jaket antipeluru biru dan kendaraan Shana ditandai dengan jelas dengan label pers dan TV serta tidak ada dari mereka yang tewas atau terluka ialah militan. Penyelidikan militer membersihkan pasukan dari kesalahan dan menyebut keputusan untuk menembakkan tank ke arah mereka itu masuk akal. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat