visitaaponce.com

Biden Kunjungi Timur Tengah Bulan Depan, Temui MBS yang Kontroversial

Biden Kunjungi Timur Tengah Bulan Depan, Temui MBS yang Kontroversial
Joe Biden, Jamal Khashoggi, dan Mohammed bin Salman.(AFP/Berbagai sumber.)

PRESIDEN Amerika Serikat Joe Biden akan membuat sejarah PADA bulan depan dengan penerbangan langsung antara Israel dan Arab Saudi. Ia akan bertemu Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan mengabaikan upaya mengucilkan pemimpin de facto kerajaan minyak itu atas pembunuhan seorang oposan.

Gedung Putih mengakhiri spekulasi berminggu-minggu pada Selasa (14/6) dengan mengumumkan bahwa Biden akan melakukan perjalanan ke Israel, Tepi Barat Palestina, dan Arab Saudi mulai 13-16 Juli. Ini akan menjadi perjalanan pertama Biden ke Timur Tengah sebagai presiden. Selain pertemuan dengan para pemimpin di ketiga tempat, dia akan menghadiri pertemuan puncak Dewan Kerja Sama Teluk regional di Arab Saudi.

Ada keinginan luas bahwa Biden dapat mengamankan dorongan produksi minyak Saudi dalam upaya menjinakkan biaya bahan bakar yang melonjak dan inflasi di dalam negeri menjelang pemilihan kongres paruh waktu saat Partai Demokratnya berisiko kalah. Apa pun hasilnya, pertemuannya dengan putra mahkota, yang sering disebut sebagai MBS, akan menandai perubahan kebijakan yang kontroversial.

Sebagai kandidat presiden, Biden mengatakan pembunuhan dan mutilasi Jamal Khashoggi--seorang warga AS kelahiran Saudi yang dikenal karena menulis artikel kritis tentang penguasa Saudi di The Washington Post--pada 208 telah menjadikan negara itu pariah. Temuan intelijen AS yang dirilis oleh pemerintahan Biden mengidentifikasi MBS sebagai dalang operasi tersebut.

Baca juga: Biden akan Kunjungi Saudi yang Ingin Dijadikan Paria

Gedung Putih menegaskan bahwa keamanan energi akan menjadi topik di Arab Saudi. Para pejabat menekankan bahwa seluruh perjalanan memiliki tujuan diplomatik yang lebih luas.

Sekretaris Pers Karine Jean-Pierre menekankan bahwa kunjungan ke kawasan Timur Tengah merupakan puncak dari diplomasi selama berbulan-bulan alias bukan didorong oleh masalah politik domestik baru-baru ini. Biden akan terlibat dengan hampir selusin pemimpin selama perjalanan singkat tetapi intens. Ini menunjukkan, "Kembalinya kepemimpinan Amerika," kata seorang pejabat senior AS kepada wartawan.

Palestina 

Tur dimulai dengan bertemu Perdana Menteri Naftali Bennett di Israel. Negara ini menjadi yang pertama kali dikunjungi Biden setelah hampir 50 tahun lalu sebagai senator muda.

Akan ada penekanan pada dukungan AS yang melimpah untuk angkatan bersenjata Israel, termasuk sistem pertahanan antirudal Iron Dome. Di saat yang sama ada ketegangan atas kegagalan yang sedang berlangsung untuk menghidupkan kembali pakta internasional yang membatasi pengembangan nuklir Iran.

"Saat berada di Israel, presiden kemungkinan akan mengunjungi area sistem pertahanan ini digunakan serta mendiskusikan inovasi baru antara negara kita yang menggunakan teknologi laser untuk mengalahkan rudal dan ancaman udara lain," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama. "Presiden akan menegaskan kembali komitmen kuat terhadap keamanan Israel."

Baca juga: Iran Sebut Zionis Kontrol Kebijakan AS terkait Kesepakatan Nuklir

Biden akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, kemungkinan di Betlehem, kata pejabat AS itu. Biden akan menekankan komitmen seumur hidupnya untuk solusi dua negara untuk Palestina dan Israel serta memulihkan hubungan AS dengan Palestina yang hampir terputus di bawah pendahulunya Donald Trump.

Sejarah 

Bagian dari perjalanan yang akan membuat sejarah--dan menghasilkan obrolan terbanyak--datang di akhir kunjungan.
Penerbangan Biden dari Israel ke Jeddah akan menjadi yang pertama dilakukan seorang presiden AS dari Israel ke negara Arab yang tidak mengakui negara itu. Pada 2017, Trump melakukan perjalanan terbalik.

Sesampai di sana, Biden akan menghadiri Dewan Kerja Sama Teluk dengan para pemimpin dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Turut bergabung pada ajang itu ialah para pemimpin Mesir, Irak, dan Yordania, kata pejabat AS. 

Prioritas bagi Biden yaitu mempertahankan gencatan senjata yang baru-baru ini diperpanjang di Yaman, menekan Iran, memajukan hak asasi manusia, serta memastikan energi global dan ketahanan pangan.

Biden juga akan bergabung dengan pertemuan puncak virtual yang disebut kelompok diplomatik I2-U2 India, Israel, UEA, dan Amerika Serikat. Fokus mereka pada krisis keamanan pangan yang dipicu oleh invasi Rusia ke eksportir pertanian utama, Ukraina.

Namun, pertemuan yang paling dipelototi dunia yaitu antara Biden dan MBS. "Kita dapat mengharapkan presiden untuk melihat putra mahkota," kata pejabat AS itu sambil menolak anggapan bahwa Biden mundur dari prinsipnya.

Baca juga: Turki Jamin Keamanan setelah Israel Desak Warganya Angkat Kaki

"Kebijakan AS menuntut kalibrasi ulang hubungan," setelah pembunuhan Khashoggi, "Bukan perpecahan," kata pejabat itu. Pejabat itu menunjukkan bahwa Arab Saudi menjadi mitra strategis AS selama delapan dekade dan merupakan rumah bagi sekitar 70.000 orang Amerika.

Kunjungan tersebut, menurut pejabat tersebut, disebut, "Hal cerdas untuk dilakukan pada waktu yang tepat dan menawarkan kesempatan keuntungan yang signifikan bagi Amerika Serikat, Arab Saudi, dan kawasan Timur Tengah." (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat