visitaaponce.com

Lima Reformasi Sosial Utama oleh Putra Mahkota Saudi MBS

Lima Reformasi Sosial Utama oleh Putra Mahkota Saudi MBS
Festival Internasional Laut Merah (RSFF), aktris Saudi Shaimaa Al Tayeb berpose di Karpet Merah, Jeddah, pada 4 November 2023.(AFP/Patrick Baz/Laut Merah Festifal Film.)

KEPUTUSAN Arab Saudi mengizinkan penjualan alkohol kepada diplomat non-Muslim, menurut dua sumber, merupakan yang terbaru dari serangkaian reformasi yang bertujuan menampilkan citra yang lebih terbuka dan moderat.

Berikut lima perubahan menarik lain yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Reputasinya mendapat pukulan besar akibat pembunuhan jurnalis pembangkang Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018.

Bioskop dibuka kembali 

Pada April 2018, Black Panther ialah film pertama yang diputar di Arab Saudi dalam 35 tahun ketika negara tersebut mencabut larangan yang dikenakan pada bioskop oleh ulama pada 1970-an. Riyadh mengatakan pihaknya berencana membuka lebih dari 300 bioskop pada 2030.

Baca juga : Pro-Kontra Arab Saudi Buka Toko Alkohol

Seperti program TV, film harus melalui seleksi dan sensor yang ketat untuk menghindari penggambaran seks, agama, atau politik.

Perempuan mengemudikan mobil 

Pada Juni 2018, Arab Saudi mencabut larangan mengemudi bagi perempuan yang telah berlaku selama puluhan tahun. Ini merupakan satu-satunya larangan yang pernah ada di negara ini. Hal itu yang membuat perempuan bergantung pada laki-laki untuk mobilitas.

Sejak 2018, ribuan perempuan telah menjadi pengemudi mobil. Beberapa di antara mereka menjadi mekanik dan sopir taksi.

Baca juga : Festival Kontroversial Balad Beast Guncang Sejarah Jeddah

Namun, euforia yang tercipta akibat tindakan tersebut terhambat oleh tindakan keras terhadap banyak aktivis perempuan yang sebelumnya berkampanye untuk mencabut larangan tersebut.

Bepergian tanpa wali laki-laki 

Pada 2019, perempuan Saudi yang berusia 21 tahun ke atas diperbolehkan mengajukan paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan laki-laki yang menjadi walinya, seperti suami, ayah, atau kerabat laki-laki lain.

Langkah ini menandai pelonggaran sistem perwalian yang kontroversial. Sistem tersebut membuat laki-laki menjalankan otoritas hampir total atas perempuan.

Baca juga : Saudi akan Buka Toko Jual Alkohol ke Diplomat Non-Muslim

Sambut wisatawan 

Dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak dan mendiversifikasi perekonomian, Arab Saudi pada September 2019 mulai membuka diri terhadap pariwisata--disebut minyak putih--untuk pertama kali.

Hingga saat itu, Arab Saudi hanya mengeluarkan visa bagi peziarah Muslim, pekerja asing, atau mulai 2018, bagi orang-orang yang menghadiri acara olahraga dan kebudayaan.

Pangeran Mohammed setahun sebelumnya mengumumkan proyek pariwisata besar-besaran untuk mengubah 50 pulau dan serangkaian situs di Laut Merah menjadi resor mewah. Namun wisatawan yang melanggar peraturan negara mengenai pakaian sopan berisiko terkena denda besar.

Baca juga : Saudi dan Spanyol Tekankan Kemerdekaan Palestina

Campur gender 

Sudah lama dilarang dalam beberapa tahun terakhir, sekarang laki-laki dan perempuan diperbolehkan berbaur di depan umum. Perempuan diizinkan memasuki stadion sepak bola untuk menonton pertandingan untuk pertama kali pada 2018 dan sekarang juga dapat menghadiri konser bersama laki-laki.

Mereka juga tidak perlu lagi takut dengan penjaga moralitas masyarakat yang memegang tongkat untuk mandi bersama di beberapa pantai. Aturan penggunaan jubah abaya telah dilonggarkan.

Perempuan, yang sebelumnya hanya memiliki sedikit karier, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, kini juga bekerja sama dengan laki-laki. Jutaan perempuan telah memasuki pasar kerja sejak 2016, antara lain menjadi bankir, penjual sepatu, pemilik bisnis, petugas perbatasan, dan profesi lain. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat