visitaaponce.com

Massa Aksi Protes Presiden Boluarte Berkumpul di Ibu Kota Peru

Massa Aksi Protes Presiden Boluarte Berkumpul di Ibu Kota Peru
Aksi protes terhadap kepemimpinan Dina Boluarte yang terjadi di wilayah Lima, Peru.(AFP)

SEJUMLAH wilayah Peru berada di bawah keadaan darurat terbaru, bahkan ketika aksi protes terhada Presiden Dina Boluarte mulai bergerak menuju Ibu Kota, Lima, jelang demonstrasi besar pada Senin (16/1) waktu setempat. 

Dilaporkan, kerusuhan mematik tindak kekerasan terbaru dalam beberapa minggu. Otoritas Hak Asasi Manusia Peru mengatakan setidaknya 42 orang telah tewas dalam lima minggu bentrokan. Massa diketahui menuntut pemilihan umum yang baru, serta pengunduran diri Boluarte.

Sebagai presiden wanita pertama di negara Amerika Selatan, Boluarte menjabat sebagai presiden pada 7 Desember. Tepatnya, setelah pemakzulan dan penangkapan Pedro Castillo yang berhaluan kiri karena gagal membubarkan Kongres dan memerintah melalui dekrit.

Pada hari Minggu, sekitar 3.000 pengunjuk rasa berkumpul di Andahuaylas di tenggara Peru mulai menaiki truk dan bus menuju ke Lima, radio RPP melaporkan.

Baca juga: Peru Umumkan Keadaan Darurat

Pemerintah memperpanjang 30 hari keadaan darurat dari Sabtu tengah malam untuk Lima, Cusco, Callao dan Puno, memberi wewenang kepada militer untuk mendukung tindakan polisi untuk memulihkan ketertiban umum.

Keadaan darurat juga menangguhkan hak konstitusional seperti kebebasan bergerak dan berkumpul, menurut sebuah keputusan yang diterbitkan dalam surat kabar resmi.

Di pusat protes Puno, pemerintah mengumumkan jam malam baru selama 10 hari, dari pukul 20.00 hingga 04.00. Namun demikian, para pengunjuk rasa sedang mempersiapkan perjalanan ke ibu kota.

"Kami telah membuat keputusan untuk pergi ke Lima mulai Senin," kata Julio Vilca, seorang pemimpin protes di Ilave, dekat kota Puno.

Ratusan pengunjuk rasa telah tiba di distrik Miraflores Lima Sabtu malam sebagai bagian dari mobilisasi untuk apa yang mereka sebut pengambilalihan kota. Hampir 100 ruas jalan tetap diblokir pada Minggu di 10 dari 25 wilayah Peru.

Baca juga: Presiden Peru Diselidiki Atas Tuduhan Genosida

Castillo, seorang mantan guru sekolah pedesaan dan pemimpin serikat pekerja, menghadapi tentangan keras dari Kongres selama 18 bulan masa jabatannya dan menjadi subyek dari banyak penyelidikan kriminal atas dugaan korupsi yang meluas.

Pemecatannya langsung memicu protes nasional, terutama di kalangan masyarakat miskin pedesaan, yang mereda selama masa liburan tetapi dilanjutkan kembali pada 4 Januari.

Sekitar 500 orang Peru, termasuk beberapa lusin petugas polisi, menghadiri misa Minggu di katedral pusat Lima untuk pengunjuk rasa yang tewas, serta seorang polisi yang dibakar hidup-hidup di selatan kota Juliaca.

Banyak pelayat mengenakan kaos putih untuk melambangkan perdamaian dan membawa foto orang mati.

Uskup Agung Lima Carlos Castillo, yang memimpin kebaktian dalam bahasa Spanyol dan bahasa Pribumi Quechua, menyerukan perdamaian dan diakhirinya spiral kekerasan.(AFP/OL-11)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat