visitaaponce.com

Militer Rusia Kuasai Desa Dekat Bakhmut di Donetsk

Militer Rusia Kuasai Desa Dekat Bakhmut di Donetsk
Tenttara Ukraina yang berada di luar Kota Bakhmut, Donestk, Ukraina menembakkan mortir ke arah posisi militer Rusia.(Bulent Kilic/AFP)

RUSIA mengatakan telah merebut sebuah desa di pinggiran utara Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina. Desa Blahodatne, yang berjarak sekitar lima kilometer utara Bakhmut, direbut dengan bantuan dukungan serangan udara.

Pengumuman itu datang tiga hari setelah kepala Grup Wagner, tentara bayaran Rusia, mengatakan telah merebut Blahodatne. Kala itu Ukraina mengklaim telah berhasil memukul mundur mereka.

Penguasaan Bakhmut, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 75.000 orang, akan menjadi pencapaian medan pertempuran besar pertama Rusia sejak merebut kota Severodonetsk dan Lysychansk pada Juli.

Gubernur Regional Pavlo Kyrylenko mengatakan dua warga sipil, termasuk seorang anak laki-laki, tewas dalam serangan artileri Rusia di Bakhmut pada Selasa (31/1).

Secara terpisah, Ukraina mengatakan pasukannya telah memukul mundur serangan Rusia di jalan dekat Bakhmut, mencegah Moskow menguasai jalur pasokan penting Ukraina.

"Pasukan Rusia tidak dapat memotong jalan yang mengarah dari kota Chasiv Yar ke Bakhmut," kata juru bicara militer Serhiy Cherevaty.

Baca juga: Jerman Tolak Permintaan Ukraina untuk Kirim Jet Tempur

Pasukan Rusia telah membuat beberapa kemajuan di daerah tersebut dalam beberapa minggu terakhir, terutama merebut kota tambang garam Soledar di sebelah utara Bakhmut.

Awal bulan ini, Rusia juga mengklaim telah merebut Klishchiivka, sebuah desa di wilayah Donetsk Ukraina, yang memiliki populasi sekitar 400 orang sebelum perang. Desa itu terletak sekitar sembilan kilometer (enam mil) di selatan Bakhmut.

Minggu ini, pasukan besar Rusia melancarkan serangan terhadap benteng Vuhledar yang dikuasai Ukraina, lebih jauh ke selatan di sepanjang front timur. Pejabat Rusia mengklaim telah mendapatkan pijakan di sana, tetapi Kyiv mengatakan telah berhasil menghalau serangan itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung rencana untuk mendirikan pusat pelatihan militer bersama dengan Belarus, menghidupkan kembali spekulasi bahwa pasukan dari negara tetangga dapat bergabung dengan pasukannya di Ukraina.

Dalam sebuah dekrit, Putin menugaskan Menteri Pertahanan dan Luar Negeri Rusia untuk melakukan pembicaraan dengan Belarusia dan menandatangani perjanjian untuk membangun fasilitas tersebut.

Dokumen itu tidak menentukan di mana pusat-pusat itu akan bermarkas. Minsk mengizinkan Moskow untuk menggunakan wilayah Belarusia sebagai landasan peluncuran serangan Ukraina yang dimulai pada 24 Februari tahun lalu.

Selama berbulan-bulan, pemimpin lama Belarus Alexander Lukashenko bersikeras bahwa dia tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina meskipun ada peningkatan kerja sama militer dengan Rusia.

Awal bulan ini, kedua negara meluncurkan latihan angkatan udara bersama di Belarus yang dijadwalkan berlangsung hingga 1 Februari.

Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu mengatakan Prancis akan mengirim 12 howitzer yang dipasang di truk Caesar ke Ukraina untuk membantu perang melawan Rusia.

Kekuatan artileri Ukraina sebelumnya telah mendapat18 howitzer  dan akan dibiayai dari dana US$ 217 juta yang disiapkan oleh Prancis setelah invasi Rusia.

Bersamaan dengan meriam bergerak yang dipasok Barat seperti Panzerhaubitze 2000 Jerman, Caesar tahun lalu dipuji karena membantu Ukraina menyerang target jauh di belakang garis Rusia.

Senjata dengan kaliber 155mm yang dipasang di truk dengan arahnya dapat diatur. Lecornu mengatakan batch baru howitzer akan dikirimkan dalam beberapa minggu mendatang.

Denmark juga telah menjanjikan seluruh armada howitzer buatan Prancis yang berkekuatan 19 orang untuk upaya perang Ukraina.(Aljazeera/Cah/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat