Gempa Membelah Desa Demirkopru Menjadi Dua Bagian
![Gempa Membelah Desa Demirkopru Menjadi Dua Bagian](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/be7f4b9206f2479e0f7174c0f6a67adf.jpg)
Di sekeliling bangunan di Desa Demirkopru, area hunian bagi sekitar 1.000 warga, terdapat puing-puing yang mengapung di air keruh, trotoar rusak, dan rumah yang miring.
Gempa bumi berskala 7,3 SR pada 6 Februari 2023 yang diikuti gempa susulan dan merusak sebagian besar wilayah Turki dan Suriah serta menewaskan lebih dari 44.000 orang itu, telah membelah desa itu menjadi dua bagian.
"Rumah-rumah itu tenggelam empat meter (13 kaki)," kata Mahir Karatas, seorang petani berusia 42 tahun dan pemilik salah satu rumah di desa itu. "Tanah naik-turun," imbuhnya.
Puluhan bangunan, dekat rumah Karatas, tampaknya mengalami murka alam. Beberapa ekor sapi terjebak dalam lumpur kering di dalam sisa-sisa kandang peternakan.
Untungnya, meski porak-poranda dan beberapa terluka, tidak ada warga yang meninggal di desa tersebut.
Upaya penyelamatan di Provinsi Hatay sebagian besar difokuskan pada Antakya, sebuah kota kuno yang hancur akibat gempa, berjarak 20 kilometer (12,5 mil) dari Demirkopru.
Menurut penuturan warga, saat gempa terjadi, air naik dari bawah tanah kemudian menggenangi permukiman.
Jalan beraspal berornamen sudah tidak ada lagi. Beberapa bangunan sekarang satu meter lebih tinggi dari yang lain lantaran jalan ambles. "Di sini menjadi seperti sebuah pulau," kata Murat Yar, seorang warga berusia 38 tahun.
"Naik, turun, naik, turun, lalu meluncur turun sejauh 30 meter. Kami melihat air dan pasir menyembur keluar," tambahnya.
“Warga bisa melompat keluar dari jendela lantai satu dan dua rumah mereka", kata Yar. Tidak seperti di Antakya di mana orang tinggal di banyak -rumah bertingkat, di Desa Demirkopru umumnya warga menghuni rumah tapak sederhana.
Ketika musibah itu terjadi, penduduk desa bergegas menyelamatkan diri di area yang telah ditentukan oleh pihak berwenang jika terjadi gempa. Tapi, lantaran kekuatannya begitu besar, banyak bangunan yang retak.
Di depan sebuah sekolah yang gerbangnya terlempar sejauh 20 meter terdapat celah menganga yang zig zag namun tidak terlihat kerusakan pada fasad bangunan.
Akan tetapi, empat bangunan milik sekolah lain tampak seperti kartu domino yang ditumpuk di atas gundukan tanah yang besar. "Saya berkata pada diri sendiri, 'kami sudah mati, kami sudah tamat'," kata Yar. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Laba Raksasa Reasuransi Jerman Munich Re Jatuh akibat Gempa
Kemenkes Berikan Penghargaan Kepada Tim RDK Dompet Dhuafa
Perjuangan Erdogan untuk Tetap Berkuasa setelah 20 Tahun
Makin Agresif, Tiongkok juga Perkuat Hubungan Bilateral dengan Suriah
Kasau Apresiasi Satgas TNI AU Misi Kemanusian Gempa Turki
Erdogan Beri Nama Bayi Korban Gempa Turki
Ashabul Kahfi Ajak Mendoakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina
Maarif Institute Ingin Teruskan Pemikiran Keislaman yang Progresif dan Mencerahkan
Jokowi Dukung Program Kemanusiaan Prabowo di Gaza, Termasuk Bangun Rumah Sakit
Ivan Gunawan Dapat Apresiasi dari Baznas
Menghidupkan Nilai Kemanusiaan dalam Sila Kedua Pancasila
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap