visitaaponce.com

Konflik Prancis-Jerman Bayangi KTT Para Pemimpin UE di Brussels

Konflik Prancis-Jerman Bayangi KTT Para Pemimpin UE di Brussels
Ilustrasi(Pexels)

PERSELISIHAN antara Prancis dan Jerman yang dipicu oleh perbedaan pendapat mengenai energi nuklir dan mesin pembakaran dinilai akan meluas ke pertemuan 27 pemimpin Uni Eropa pada hari Kamis (23/3).

Perselisihan terjadi antara dua negara dengan ekonomi terbesar di Uni Eropa setelah Berlin membuat beberapa mitranya, terutama Prancis, kecewa dengan memblokir kesepakatan penting untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil mulai tahun 2035.

Larangan ini merupakan kunci dari rencana ambisius Brussel untuk menjadi ekonomi netral iklim pada tahun 2050, dengan emisi gas rumah kaca nol nol.

Baca juga : Prancis Ingin Bangun Reaktor Nuklir Baru akibat Perang Ukraina

Dalam sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya bulan ini, Jerman melakukan intervensi setelah larangan mobil tersebut telah disetujui dalam proses legislatif Uni Eropa. Jerman menuntut agar Brussel memberikan jaminan bahwa undang-undang tersebut akan mengizinkan penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran yang menggunakan bahan bakar sintetis.

Sementara blokade di menit-menit terakhir membuat Prancis frustrasi, Paris pada gilirannya membuat Berlin jengkel dengan bersikeras memberikan energi nuklir yang lebih besar dalam proposal Uni Eropa untuk menghasilkan lebih banyak teknologi ramah lingkungan di Eropa.

Baca juga : All Quite on The Western Front Film Internasional Terbaik di Oscar 2023

Paris dan Berlin secara tradisional telah bekerja sama untuk mendorong agenda Uni Eropa. Namun perpecahan ini membayangi KTT ini karena para pemimpin bertemu untuk membahas dukungan Uni Eropa untuk Ukraina dan bagaimana meningkatkan daya saing ekonomi dalam menghadapi ancaman dari subsidi AS dan Cina yang secara resmi ada dalam agenda.

Komisi Eropa, Badan Eksekutif Uni Eropa telah mengadakan pembicaraan dengan kementerian transportasi Jerman untuk menyelesaikan perselisihan mengenai mobil. Meskipun belum ada kesepakatan yang dicapai, Para Diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa mungkin akan ada proposal terpisah dalam beberapa hari ke depan.

Jerman, yang memiliki salah satu industri manufaktur mobil terbesar di dunia, memblokir kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai produk politik domestik. Kanselir Olaf Scholz mengepalai sebuah koalisi yang terdiri dari partai-partai sosial demokrat dan partai-partai Hijau dan liberal.

"Ini adalah urusan Jerman dan perdebatan internal dalam politik Jerman yang telah mencapai Eropa,” kata seorang diplomat senior Uni Eropa mengeluh.

"Bukanlah hal yang baik untuk kembali berdebat ketika Parlemen Eropa dan Dewan Eropa telah menyetujui sebuah kesepakatan. Kita tidak bisa menjalankan hal-hal seperti ini," tambah diplomat tersebut.

Bahan bakar sintetis yang diinginkan Jerman untuk dikecualikan masih dalam tahap pengembangan, diproduksi dengan menggunakan listrik rendah karbon. Teknologi ini belum terbukti, tetapi produsen Jerman berharap teknologi ini akan mengarah pada penggunaan mesin pembakaran yang lebih luas.

Aliansi kecil Jerman

Meskipun Jerman memimpin pemberontakan terhadap larangan mesin pembakaran, Jerman tidak sendirian. Jerman telah membentuk aliansi kecil dengan negara-negara termasuk Italia, produsen mobil besar lainnya, dan negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Hongaria.

Prancis tidak menahan diri untuk tidak memilih Jerman sebagai sasaran kritik.

Awal bulan ini, Menteri Transportasi Prancis Clement Beaune menuduh mitranya dari Jerman memimpin pemberontakan terhadap larangan mobil bermesin bensin atau diesel.

Dengan latar belakang ketegangan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron akan bertemu dengan Scholz secara empat mata pada hari Jumat. (AFP/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat