visitaaponce.com

Selain Jepang, Krisis Demografi Juga Hantam Italia

Selain Jepang, Krisis Demografi Juga Hantam Italia
Ilustrasi - Italia menghadapi krisis demografi, simana angka kelahiran berada di level terendah di bawah 400 ribu.(AFP)

TERNYATA tidak hanya Jepang yang mengalami krisis populasi anak usia sekolah. Kondisi yang sama juga melanda Italia, karena penurunan angka kelahiran. 

Biro statistik nasional Italia atau ISTAT mengungkapkan data kelahiran turun ke level terendah dalam sejarah di bawah 400 ribu pada 2022. Ini menjadi penurunan ke-14 berturut, dengan populasi keseluruhan menurun 179 ribu menjadi 58,85 juta orang.

Populasi yang menyusut dan menua merupakan kekhawatiran utama bagi negara terbesar ketiga di zona euro. Dampaknya dapat menyebabkan penurunan produktivitas ekonomi dan biaya kesejahteraan yang lebih tinggi di negara. Di mana tagihan pensiun tertinggi di benua biru itu.

Baca juga: Sia Menikah dengan Dan Bernad di Italia

Perdana Menteri Giorgia Meloni telah menjadikan masalah ini sebagai prioritas sejak mengambil alih kekuasaan tahun lalu. Dia berjanji untuk memberikan dukungan kepada keluarga untuk meningkatkan angka kelahiran.

Menteri Pendidikan Giuseppe Valditara mengatakan jumlah murid akan turun menjadi enam juta pada tahun akademik 2033 dan 2034 dari 7,4 juta pada 2021, dengan 110 ribu hingga 120 ribu, lebih sedikit siswa yang memasuki ruang kelas setiap tahun.

Baca juga: Italia Perintahkan Warganya Segera Tinggalkan Ukraina

"Fokus pada hak reproduksi daripada jumlah populasi. Skenarionya mengkhawatirkan," kata Valditara dalam pesan video ke konferensi tentang krisis tersebut.

Paus Fransiskus juga telah memperingatkan Italia menghadapi ancaman demografi. Krisis jumlah siswa juga dapat menyebabkan penurunan guru menjadi 558 ribu pada 2033 dan 2034 dari lebih dari 684 ribu saat ini, tambah Valditara.

Untuk membantu keluarga, pemerintah pekan lalu mengesahkan paket tenaga kerja yang mencakup pembebasan pajak tahun ini atas tunjangan bagi karyawan yang memiliki anak, hingga maksimum 3.000 euro atau sekitar Rp43 juta.

Valditara memperingatkan penurunan itu juga akibat para pekerja profesional meninggalkan negara itu untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di luar negeri. "Jika tren demografis tetap seperti sekarang ini, dalam 30 tahun akan ada lima juta lebih sedikit (Italia) dan kita akan kehilangan dua juta anak muda," katanya. (CNA/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat