visitaaponce.com

Taiwan Tegaskan Kedaulatannya atas Tiongkok

Taiwan Tegaskan Kedaulatannya atas Tiongkok
Seorang Demonstran membentangkan bendera Taiwan(AFP)

PRESIDEN Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan negaranya berdaulat dan harus dihormati oleh seluruh penduduk dunia, termasuk Tiongkok

Tsai, menolak Taiwan jadi bagian dari Tiongkok mengatakan bahwa selama masa jabatannya, penduduk Taiwan telah menunjukkan kepada dunia tekad untuk mempertahankan diri.

"Dalam menghadapi serangan sipil dan ancaman militer Tiongkok, rakyat Taiwan bersikap tenang dan tidak agresif, rasional dan tidak provokatif," katanya saat memperingati hari tahun ketujuh masa jabatannya.

Baca juga : Taiwan Tawarkan Transportasi dan Pengolahan Air Mutakhir untuk IKN

Perang bukanlah suatu pilihan, kata dia, dan tidak ada pihak yang dapat mengubah status quo secara sepihak dengan cara yang tidak damai. 

"Kami tidak akan provokatif, agresif dan kami pasti tidak akan menyerah di bawah tekanan," tuturnya.

Baca juga : Tiongkok Tolak Pertemuan dengan Kepala Pertahanan Amerika

Pernyataan Tsai itu muncul saat Taiwan bersiap untuk pemilihan presiden berikutnya, yang akan diadakan pada Januari 2024. Tsai yang berusia 66 tahun ini menyatakan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.

Partai pengusung Tsai, DPP, telah menunjuk Wakil Presiden William Lai sebagai calon penggantinya. Dia jauh lebih keras mendorong kemerdekaan daripada Tsai. Lai mengatakan pada Januari bahwa dia menganggap Taiwan sudah menjadi negara berdaulat.

Dia akan berhadapan dengan walikota populer New Taipei City, Hou Yu-ih. Mantan kepala polisi berusia 65 tahun itu diumumkan sebagai kandidat untuk partai oposisi utama Taiwan Kuomintang (KMT) yang secara tradisional menyukai hubungan yang lebih hangat dengan Tiongkok.

Dia membalas deklarasi Lai sebelumnya bahwa pemilihan berikutnya adalah pilihan antara demokrasi dan otoritarianisme. "Saya ingin mengatakan kepada semua orang - William Lai salah," kata Hou saat rapat umum partai KMT.

Dia menuduh Wakil Presiden Taiwan itu mencoba menabur perpecahan di Taiwan melalui penyebaran rasa takut. "Kebebasan dan demokrasi sudah ada dalam DNA kita. Lebih dari sebelumnya, kita perlu melalui dialog dan interaksi, menemukan cara untuk mengurangi kemungkinan konflik dan menjaga stabilitas di kawasan," tambahnya.

Dia menentang kemerdekaan dan pengaturan satu negara, dua sistem seperti Hong Kong. Beijing telah mengusulkan pengaturan untuk Taiwan, tetapi mayoritas rakyat Taiwan telah menolak model tersebut, terutama setelah Tiongkok menghancurkan kebebasan politik di Hong Kong.

Beijing mengatakan setiap langkah Taiwan menuju deklarasi kemerdekaan resmi akan memicu tanggapan militer. (AFP/Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat