Pemanasan Naik 1 Derajat Celsius, Hujan Ekstrem Lebih Besar
![Pemanasan Naik 1 Derajat Celsius, Hujan Ekstrem Lebih Besar](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/ef8909adcc92f2197fe8d0248e831269.jpg)
PEMANASAN global secara bertahap meningkatkan intensitas curah hujan ekstrem di tempat yang lebih tinggi. Ini membuat dua miliar orang yang tinggal di atau hilir pegunungan berisiko lebih besar terkena banjir dan tanah longsor. Ini dikatakan para peneliti, Rabu (28/6).
Setiap derajat celsius pemanasan meningkatkan kepadatan hujan besar sebesar 15% pada ketinggian di atas 2.000 meter. Mereka melaporkan itu dalam jurnal Nature.
Selain itu, setiap tambahan ketinggian 1.000 meter menambah 1% lagi curah hujan. Dunia dengan sekitar 3 derajat celsius lebih panas dari tingkat praindustri akan melihat kemungkinan banjir yang berpotensi menghancurkan berlipat ganda hampir setengahnya.
Baca juga: Seperti Anjing, Serigala Kenali Suara Manusia yang Familiar
Temuan itu menggarisbawahi kerentanan infrastruktur tidak dirancang untuk menahan peristiwa banjir ekstrem, penulis memperingatkan. Permukaan bumi telah menghangat 1,2 derajat celsius. Ini cukup untuk memperkuat hujan yang memecahkan rekor yang membuat sebagian besar Pakistan terendam air musim panas lalu dan sebagian California awal tahun ini.
Pada tren kebijakan saat ini, planet ini akan menghangat 2,8 derajat celsius pada akhir abad ini, menurut panel penasihat ilmu iklim IPCC PBB. Studi baru--berdasarkan data yang mencakup 70 tahun terakhir dan proyeksi model iklim--menemukan dua pendorong utama di balik peningkatan kejadian curah hujan ekstrem di ketinggian di dunia yang memanas.
Baca juga: Kutub Utara Menghangat, Karibu dan Muskoxen Perlambat Hilangnya Keanekaragaman
Yang pertama ialah lebih banyak air. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa setiap kenaikan 1 derajat celsius meningkatkan jumlah kelembapan di atmosfer hingga tujuh persen.
Dari salju menjadi hujan
Sejak 1950-an, hujan deras menjadi lebih sering dan intens di sebagian besar dunia. Ini menurut konsorsium World Weather Attribution (WWA) yang mengungkap dampak perubahan iklim pada peristiwa cuaca ekstrem tertentu, termasuk gelombang panas, kekeringan, dan badai tropis.
Curah hujan ekstrem lebih umum dan intens karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia di Eropa, sebagian besar Asia, Amerika Utara bagian tengah dan timur, dan sebagian Amerika Selatan, Afrika, dan Australia.
Faktor kedua yang diungkap peneliti lebih mengejutkan. "Ini pertama kali seseorang melihat peristiwa curah hujan yang intens itu jatuh sebagai hujan atau salju," kata penulis utama Mohammed Ombadi, seorang peneliti di Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley di California, kepada AFP.
"Tidak seperti hujan salju, curah hujan memicu limpasan lebih cepat, menyebabkan risiko banjir, bahaya tanah longsor, dan erosi tanah yang lebih tinggi." Ombadi berspekulasi bahwa tingkat yang lebih tinggi dari salju berubah menjadi hujan yang diamati antara 2.500 dan 3.000 meter disebabkan oleh curah hujan di ketinggian itu yang terjadi tepat di bawah titik beku.
Daerah pegunungan dan dataran banjir yang berdekatan kemungkinan akan mengalami dampak terbesar dari peristiwa curah hujan ekstrrm di dalam dan sekitar pegunungan Himalaya dan Pasifik Amerika Utara, menurut penelitian tersebut. Temuan hanya terfokus pada belahan bumi utara karena kurangnya data pengamatan dari bawah khatulistiwa.
Daerah yang paling terkena dampak harus menyiapkan rencana adaptasi iklim yang kuat. "Kita perlu mempertimbangkan peningkatan curah hujan ekstrem dalam desain dan pembangunan bendungan, jalan raya, rel kereta api, dan infrastruktur lain jika kita ingin memastikannya tetap berkelanjutan dalam iklim lebih hangat," kata Ombadi.
Daerah berisiko tinggi perlu dihindari sama sekali, tambahnya, atau dibangun dengan solusi teknik yang dapat melindungi masyarakat yang tinggal di sana. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Dari salju menjadi hujan
Prakiraan Cuaca Jawa Tengah: Hujan Lebat Disertai Angin Kencang
Tebing Setinggi 10 Meter Longsor Tutupi Jalan Alternatif Tasikmalaya-Garut
Jalan Taraju Ambles Sepanjang 30 Meter, Arus Kendaraan Dialihkan
Cek Prakiraan Cuaca (30/6) untuk Merencanakan Aktivitas Anda
Hujan Lebat dan Debit Air Sungai Naik, 138 Warga Pabalutan Mengungsi
Siapkan Payung, Jakarta Diprediksi Hujan pada Jumat 28 Juni 2024
Cuaca Buruk Selat Malaka Pengaruhi Harga Ikan di Aceh
Awas Longsor, 6 Daerah di Jawa Tengah Berpotensi Diguyur Hujan Lebat
83 Persen Jemaah Haji Meninggal pada 2024 Tidak Miliki Izin Resmi
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Prakiraan Cuaca Selasa 11 Juni 2024, BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah
Bumi Sedang Tidak Baik, Transisi Energi Diminta Segera Dilakukan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap