Tiga Tahun Derita Keluarga Warga Jerman di Iran Menanti Kebenaran dan Kebebasan
![Tiga Tahun Derita: Keluarga Warga Jerman di Iran Menanti Kebenaran dan Kebebasan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/f7370701add9136a32c09c5d1dd92738.jpg)
FRUSTASI karena warga negara asing lainnya dibebaskan. Panggilan telepon sesekali, berbulan-bulan terpisah. Ketakutan yang selalu ada bahwa eksekusi bisa terjadi setiap hari.
Sudah tiga tahun keluarga Jamshid Sharmahd menunggu terobosan, selalu mengkhawatirkan kemungkinan terburuk, bagi warga negara Jerman yang dijatuhi hukuman mati di Iran.
Sharmahd diculik pada akhir Juli 2020 oleh otoritas Iran dan awal tahun ini dijatuhi hukuman mati karena "korupsi di bumi". Mahkamah Agung Iran pada April mengonfirmasi hukuman mati tersebut.
Baca juga: Lawan Transaksi Ilegal, UEA akan Bentuk Badan Antipencucian Uang
Aktivis menganggapnya sebagai salah satu dari lebih dari selusin pemegang paspor asing yang ditahan Iran sebagai sandera untuk mendapatkan konsesi dari Barat. Keluarganya mengatakan Sharmahd, 68, yang lahir di Tehran, seorang pengembang perangkat lunak yang berimigrasi ke Jerman pada 1980-an tetapi kemudian pindah ke Amerika Serikat. Ia diculik layanan keamanan Iran di Uni Emirat Arab pada Juli 2020, dibawa ke Oman melintasi perbatasan, dan kemudian dibawa ke Iran untuk diadili.
Iran tidak pernah mengonfirmasi bagaimana Sharmahd ditahan, hanya mengatakan dia ditangkap dalam "operasi kompleks".
Baca juga: Iran Tuntut Hak Ladang Gas Sengketa dengan Kuwait dan Saudi
Amnesty International menyatakan dia mengalami "penculikan paksa" diikuti oleh "sidang palsu" dan penyiksaan selama penahanan. Kelompok Kerja PBB tentang Penahanan Sewenang-wenang telah mengklasifikasikan penahannya sebagai sewenang-wenang dan mengonfirmasi rincian keluarga tentang penculikannya.
Keluarganya, mengatakan dia hanya memegang paspor Jerman, mendesak tindakan lebih kuat dari pemerintah Jerman dan Barat lainnya untuk membebaskannya. Berlin mengusir dua diplomat Iran sebagai tanggapan atas hukuman mati tersebut, yang disebutnya "tidak dapat diterima".
Sekitar 20 orang berkumpul di luar kementerian luar negeri di Berlin pada hari Senin untuk memperingati tiga tahun sejak Iran mengumumkan penangkapan Sharmahd, kata seorang koresponden AFP.
Para demonstran memegang spanduk bertuliskan "Bebaskan Jamshid" dan "Hentikan eksekusi".
Perpisahan
"Tidak ada tekanan. Seorang warga negara Jerman diculik dan tidak ada yang terjadi," kata putrinya, Gazelle Sharmahd, yang tinggal di Amerika Serikat, kepada AFP.
"Ini adalah permainan - mereka mendorong dan Anda mendorong. Dorongan bagi mereka adalah untuk menggantung ayah saya," katanya.
Pada awal Juli, Sharmahd diizinkan menelepon istrinya untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Dia juga diizinkan berbicara dengan Gazelle Sharmahd, pertama kalinya dia berbicara dengan ayahnya dalam dua tahun. Gazelle Sharmahd mengatakan dalam percakapan satu jam itu, ayahnya terdengar lelah, sehingga menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
"Panggilan telepon memang bagus tetapi juga alasan untuk khawatir," katanya. "Mereka selalu memiliki tujuan. Ini bisa menjadi kesempatan untuk menyelamatkan nyawanya atau panggilan perpisahan."
"Apakah ini untuk membuat kami diam sebelum mereka menjalankannya? Apakah ini perpisahan?" katanya.
Kantor berita online Mizan dari kehakiman Iran melaporkan pada Februari pengadilan Tehran menjatuhkan hukuman pada Sharmahd "atas tuduhan korupsi di bumi melalui perencanaan dan pengarahan aksi-aksi teroris", termasuk pemboman di Shiraz tahun 2008 yang menewaskan 14 orang. Keluarganya mengejek tuduhan-tuduhan ini, mengatakan serangkaian tuduhan tidak berdasar telah diajukan terhadapnya selain dari pemboman di masjid.
Di Berlin, seorang juru bicara kementerian luar negeri Jerman mengatakan kepada AFP, pemerintah menggunakan "semua saluran" untuk memastikan Sharmahd tidak dieksekusi. Sambil mengakui bahwa keluarganya sedang "melewati sesuatu yang tak terbayangkan dan tak tertahankan".
Tidak berperikemanusiaan
Ketakutan atas risiko kehidupan Sharmahd semakin meningkat setelah Iran pada Mei mengeksekusi pembangkang Iran-Swedia, Habib Chaab. Dia juga dihukum karena "korupsi di bumi". Mizan mengatakan Chaab memimpin "kelompok teroris Harakat al-Nidal" yang Iran tuduh melakukan serangan di provinsi Khuzestan. Menurut Amnesty, Chaab diculik di Turki pada Oktober 2020 untuk diadili di Iran.
Warga negara Iran-Swedia lainnya, akademisi Ahmadreza Djalali, berisiko digantung setelah divonis atas tuduhan "korupsi di bumi". Dia dihukum mati pada 2017 atas tuduhan mata-mata untuk Israel yang sangat ditolak keluarganya.
Gazelle Sharmahd mengatakan dia senang bagi keluarga pekerja bantuan Belgia, Olivier Vandecasteele, yang dibebaskan Iran dalam sebuah kesepakatan yang menyebabkan pembebasan Asadollah Assadi, seorang diplomat Iran yang dihukum atas tuduhan terorisme atas rencana pemboman pertemuan oposisi di luar Paris.
Dua warga Austria dan satu warga Denmark juga dibebaskan oleh Iran beberapa hari setelahnya dalam gerakan terkait di bawah kesepakatan yang dibantu oleh Oman. Tetapi Gazelle Sharmahd mengatakan pembebasan empat pria tersebut dengan jelas sebagai pertukaran untuk Assadi. (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
Perpisahan
Tidak berperikemanusiaan
Mengenal Masoud Pezeshkian, Pemimpin Baru Iran yang Siap Mengubah Arah Bangsa
Masoud Pezeshkian Dapat Ucapan Selamat dari Para Pemimpin Dunia
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Pilpres Iran Tanpa Pemenang
AS Ingatkan Konsekuensi Israel jika Serang Hizbullah
Iran Nyatakan Israel Pecundang Terbesar Jika Perangi Hizbullah
Kamila Batavia Rilis Single Berbahasa Jerman
Jerman Diharapkan Manfaatkan Status Tuan Rumah saat Jumpa Spanyol
Hadapi Jerman, Rodri: Kami Datang untuk Menang
Enea Bastianini Jagokan Marc Marquez di GP Sachsenring Jerman
Taylor Swift Jadi Nama Sementara Sebuah Kota di Jerman
Spanyol vs Jerman: Joselu Yakin Bisa Pulangkan Toni Kroos di Perempat Final Euro 2024
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap