AS Berikan Ukraina Rudal Nuklir yang dapat Memicu Kanker
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pertama kalinya akan mengirim amunisi penembus lapis baja kontroversial yang mengandung uranium terdeplesi (depleted uranium) ke Ukraina.
Uranium terdeplesi merupakan produk sampingan pengayaan nuklir untuk pembangkit listrik atau senjata nuklir.
Peluru-peluru tersebut, yang dapat membantu menghancurkan tank-tank Rusia, merupakan bagian dari paket bantuan militer baru untuk Ukraina yang akan diumumkan AS dalam satu minggu mendatang.
Baca juga : Rusia Menuduh Informan Kedutaan AS Terlibat dalam Konflik Ukraina
Disebutkan jika amunisi tersebut dapat ditembakkan dari tank-tank Abrams AS dan akan dikirimkan ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang.
Salah satu pejabat mengatakan bahwa paket bantuan yang akan datang diperkirakan bernilai antara $240 juta (sekitar Rp3,65 triliun pada kurs saat ini) dan $375 juta (Rp5,7 triliun).
Baca juga : AS Akan Memulai Pelatihan Pilot F-16 Ukraina pada September
Nilai dan isi paket tersebut masih dalam tahap penyelesaian, kata para pejabat. Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Meskipun Inggris mengirim amunisi uranium ke Ukraina pada awal tahun ini, rencana Washington tersebut akan menjadi pengiriman amunisi pertama AS.
Timbulkan kontroversi
Pengiriman bantuan itu juga kemungkinan besar akan menimbulkan kontroversi menyusul keputusan pemerintahan Biden sebelumnya untuk memasok munisi tandan atau bom klaster ke Ukraina. Pasalnya munisi tersebut dikhawatirkan akan berdampak terhadap warga sipil.
Penggunaan amunisi uranium terdeplesi mengundang perdebatan sengit. Pihak-pihak yang kontra dengan penggunaannya, seperti Koalisi Internasional Pelarangan Senjata Uranium, mengatakan ada risiko kesehatan yang berbahaya dari menelan atau menghirup debu uranium itu, termasuk di antaranya kanker dan cacat lahir.
Sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium, uranium terdeplesi digunakan untuk amunisi karena kepadatannya yang ekstrem dapat membuat peluru dengan mudah menembus lapisan baja dan terbakar sendiri dalam awan debu dan logam yang membakar.
Meskipun uranium terdeplesi bersifat radioaktif, tetapi kandungannya jauh lebih sedikit dibandingkan uranium yang dihasilkan secara alami. Namun, partikel-partikelnya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
AS menggunakan amunisi tersebut dalam volume besar pada Perang Teluk 1990 dan 2003 serta pemboman Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO di bekas Yugoslavia pada 1999.
Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), mengatakan bahwa penelitian di bekas Yugoslavia, Kuwait, Irak dan Lebanon menunjukkan bahwa keberadaan residu uranium yang tersebar di lingkungan tidak menimbulkan bahaya radiologis bagi penduduk di wilayah yang terkena dampak.
Namun, bahan radioaktif dapat menambah tantangan pembersihan besar-besaran pasca-perang di Ukraina. Beberapa bagian negara tersebut sudah dipenuhi dengan persenjataan yang belum meledak yang berasal dari bom curah dan amunisi lainnya serta ratusan ribu ranjau anti-personel.
Bantuan keamanan untuk Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022 berjumlah lebih dari $43 miliar atau sekitar Rp655 triliun. (VoA/Z-4)
Terkini Lainnya
Timbulkan kontroversi
IHSG Ditutup Naik Ikuti Bursa Asia Menguat
Rupiah Menguat Seiring Pasar Tunggu Data NFP AS
Vonis Trump Terkait Kasus Uang Tutup Mulut Ditunda September
Empat Siswa asal Banyumas Tembus Perguruan Tinggi Top Luar Negeri
IHSG Ditutup Melemah di tengah Bursa Asia Menguat
Rupiah Merosot saat Pasar Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Rusia Serang Pangkalan Udara Ukraina Tempat Pasokan Pesawat Barat
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
Guru Besar Unas Yuddy Chrisnandi Luncurkan Buku ke-17, Tekankan Pentingnya Perdamaian Dunia
Ukraina vs Belgia: Duel Penentuan Tiket ke Babak 16 Besar Euro 2024
Rusia Salahkan AS Akibat Serangan Rudal Ukraina di Krimea
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap