visitaaponce.com

Penyelamat Asing Bergabung dalam Upaya Darurat Pascagempa Bumi di Maroko

Penyelamat Asing Bergabung dalam Upaya Darurat Pascagempa Bumi di Maroko
Otoritas Maroko mengizinkan empat negara untuk mengirimkan bantuan untuk pencarian korban pascagempa bumi.(AFP)

PARA penyelamat berlomba melawan waktu mencari korban di antara reruntuhan desa yang hancur di Pegunungan Atlas Maroko, tiga hari pascagempa bumi terjadi. 

Diketahui, gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter yang melanda Maroko pada Jumat malam di sebelah barat daya kota Marrakesh telah menelan lebih dari 2.100 nyawa dan melukai lebih dari 2.400 orang. Pemerintah Maroko mengumumkan menerima tawaran bantuan dari empat negara asing, sementara banyak negara lain juga telah menyatakan kesiapan mereka untuk mengirimkan bantuan.

Otoritas Maroko telah merespons dengan baik pada tahap ini terhadap tawaran bantuan dari Spanyol, Britania Raya, Qatar, dan Uni Emirat Arab "untuk mengirim tim pencarian dan penyelamatan," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri.

Baca juga: Baznas Siap Kirim Tim dan Bantuan untuk Korban Gempa Maroko

Kementerian tersebut mencatat tim-tim asing tersebut sudah berkoordinasi dengan otoritas Maroko untuk upaya penyelamatan. Hanya empat tawaran yang telah diterima karena kurangnya koordinasi dapat menjadi tidak produktif.

"Tawaran lainnya kemungkinan akan diterima di masa depan jika kebutuhannya berkembang," sesuai dengan pernyataan Kementerian Dalam Negeri tersebut.

Baca juga: Jumlah Kematian Akibat Gempa Bumi di Maroko Tembus 2.000

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis siap memberikan bantuan ketika Maroko memintanya.

Penerbangan bantuan dari Qatar berangkat dari pangkalan udara Al-Udeid di luar Doha pada Minggu malam.

"Spanyol telah mengirimkan 86 penyelamat dan delapan anjing pencari ke Maroko untuk membantu dalam pencarian dan penyelamatan para penyintas gempa bumi yang menghancurkan di negara tetangga kami," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Spanyol.

"Kami akan mengirimkan apa yang dibutuhkan karena semua orang tahu bahwa jam-jam pertama ini adalah kunci, terutama jika ada orang yang terkubur di bawah reruntuhan," kata Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles dalam wawancara dengan televisi publik.

Gempa bumi ini menghancurkan desa-desa di pegunungan Atlas, di mana penyelamat sipil dan anggota angkatan bersenjata Maroko telah mencari penyintas dan jenazah korban tewas. Banyak rumah di desa-desa terpencil di pegunungan tersebut dibangun dari bata lumpur.

Desa terpencil Tafeghaghte, yang berjarak 60 kilometer (40 mil) dari Marrakesh di provinsi Al-Haouz, hancur hampir seluruhnya, menurut laporan tim AFP, dengan sangat sedikit bangunan yang masih berdiri.

"Semua orang sudah pergi! Hatiku hancur. Aku tak bisa dikonsolasi," teriak Zahra Benbrik, yang mengatakan telah kehilangan 18 anggota keluarganya.

Pihak berwenang mencatat lebih dari 1.300 kematian hanya di provinsi Al-Haouz. Menurut televisi publik Maroko, lebih dari 18.000 keluarga telah terkena dampak gempa bumi di Al-Haouz, yang merupakan tempat episentrum gempa.

Kementerian Pendidikan mengumumkan kelas di desa-desa yang paling parah terkena dampak di Al-Haouz ditangguhkan, dan sekolah-sekolah tidak akan buka mulai Senin.

Warga berbondong-bondong menuju rumah sakit di Marrakesh untuk mendonorkan darah demi membantu para korban yang terluka. Sementara banyak lainnya bergerak untuk membantu mereka yang terkena dampak.

Beberapa bagian dari medina sejarah Marrakesh dan jaringan lorong-lorongnya mengalami kerusakan yang signifikan, dengan tumpukan puing dan bangunan yang runtuh. 

Kerajaan ini telah mendeklarasikan tiga hari berkabung nasional. Palang Merah memperingatkan akan memerlukan beberapa tahun untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi ini.

"Ini bukanlah masalah minggu atau dua minggu... Kami mengandalkan respons yang akan memakan waktu berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun," kata Hossam Elsharkawi, direktur Timur Tengah dan Afrika Utara dari Palang Merah.

Gempa bumi ini adalah yang paling mematikan di Maroko sejak gempa bumi pada tahun 1960 menghancurkan Agadir, menewaskan lebih dari 12.000 orang. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat