visitaaponce.com

Karya Jon Fosse Paling Banyak Dipentaskan di Benua Biru

Karya Jon Fosse Paling Banyak Dipentaskan di Benua Biru
Penulis drama asal Norwegia Jon Fosse(Ali Zare / NTB / AFP)

HADIAH Nobel Sastra 2023 dimenangkan oleh penulis drama asal Norwegia Jon Fosse. Karyanya termasuk yang paling banyak dipentaskan dibandingkan penulis drama kontemporer mana pun di Eropa.

"Dia (Fosse) mendapat penghargaan atas drama dan prosa inovatifnya yang menyuarakan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan," kata pernyataan Akademi Swedia yang dibacakan Sekretaris yayasan tersebut, Horace Engdahl, di Stockholm, Swedia, Kamis (5/10).

Karyanya lebih ditentukan oleh bentuk daripada isi dan didominasi oleh pesan yang kuat. Sering dibandingkan dengan Samuel Beckett, karya Fosse bersifat minimalis, mengandalkan bahasa sederhana yang menyampaikan pesannya melalui ritme, melodi, dan keheningan.

Baca juga: Peraih Nobel Annie Ernaux Kutuk Pelecehan Polisi Prancis kepada Demonstran Macron

Karya utamanya termasuk Boathouse (1989), yang diterima dengan baik oleh para kritikus, dan Melancholy I dan II (1995-1996). Fosse, 64, telah banyak ditampilkan dalam spekulasi Nobel selama beberapa tahun lalu.

“Karyanya yang luar biasa ditulis dalam bahasa Nynorsk Norwegia (salah satu bahasa di Norwegia ) dan mencakup berbagai genre, terdiri dari banyak drama, novel, kumpulan puisi, esai, buku anak-anak, dan terjemahan”, kata juri.

Baca juga: Jon Fosse, Sastrawan Berani Asal Swedia

Meskipun saat ini dia adalah salah satu penulis drama yang paling banyak tampil di dunia, dia juga semakin dikenal karena prosanya.

Hadiah Nobel ditandai dengan plakat berikut uang sebesar 11 juta kronor Swedia sekitar Rp.15,9 miliar. Tahun lalu, penghargaan tersebut diberikan kepada ikon feminis Prancis Annie Ernaux, yang dikenal karena novel-novelnya yang sederhana dan menggambarkan pengalaman pribadi tentang kelas dan gender.

Akademi ini telah lama dikritik karena terlalu banyaknya memenangkan penulis laki-laki kulit putih Barat yang dipilih. Akademi Swedia telah mengalami reformasi besar-besaran sejak skandal #MeToo yang menghancurkan pada 2018, dan menjanjikan penghargaan sastra yang lebih global dan setara gender.

Sejak skandal tersebut, penghargaan ini diberikan kepada tiga perempuan yaitu Annie Ernaux, Louise Gluck, dan Olga Tokarczuk dan tiga laki-laki yakni Peter Handke, Tanzania Abdulrazak Gurnah, dan Fosse.

Fosse akan menerima Nobel dari Raja Carl XVI Gustaf pada upacara resmi di Stockholm pada 10 Desember, peringatan kematian ilmuwan Alfred Nobel pada 1896. Fosse lahir di Haugesund, Norwegia.

Dia memiliki pengalaman saat kecil yang kerap menjadi salah satu karakter yang memperkaya karya-karyanya yaitu kecelakaan serius yang mengancam nyawanya.

Lulusan Universitas Bergen ini mengeluarkan karya perdana berupa novel bertajuk Raudt, Svart pada 1983, dalam bahasa Nynorsk, salah satu dari dua bahasa resmi Norwegia. (AFP/Cah/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat