Junta Niger Usir Utusan PBB
![Junta Niger Usir Utusan PBB](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/49075b45456647f697956e811f8e0d8e.jpg)
PARA pemimpin militer Niger telah memerintahkan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 72 jam. Junta Niger menyalahkan badan dunia tersebut karena menghalangi pengakuan internasional setelah kudeta.
Perintah pengusiran itu dikeluarkan sehari setelah Amerika Serikat (AS) menghentikan bantuan lebih dari US$500 juta kepada Niger. Sementara Prancis telah menarik pasukannya setelah mereka juga diperintahkan keluar.
Kementerian luar negeri Niger mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (10/10), yang memerintahkan Koordinator Kemanusiaan Dan Residen PBB Louise Aubin untuk meninggalkan Niamey dalam waktu 72 jam.
Baca juga: AS Hentikan Bantuan ke Niger Saat Prancis Memulai Penarikan Pasukan
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sangat menyesali perintah tersebut, kata juru bicaranya Stephane Dujarric. Dia juga membenarkan Aubin telah diberi waktu 72 jam untuk pergi dari Niger.
Dujarric mengatakan keputusan tersebut akan mengganggu pekerjaan badan dunia tersebut di Niger. Namun dia menegaskan kembali komitmen PBB yang tak tergoyahkan untuk tetap tinggal dan memberikan bantuan bagi masyarakat di Niger melalui operasi kemanusiaan yang berkelanjutan.
Baca juga: Niger Umumkan Tiga Hari Berkabung Nasional
Aubin, seorang warga Kanada, diangkat untuk pekerjaan itu pada Januari 2021. Pada Sidang Umum PBB bulan lalu di New York, para pemimpin militer Niger merasa dihalang-halangi untuk berpartisipasi penuh dan menyeluruh dalam pertemuan tersebut.
Bakary Yaou Sangare, yang sebelum kudeta menjabat duta besar Niger untuk PBB dan sekarang menjadi menteri luar negeri itu diperintahkan mewakil junta di majelis tersebut. Namun, menurut sumber lain, dia juga menjadi perwakilan pemerintah terguling.
Karena persaingan kredensial, masalah tersebut ditunda dan tidak ada perwakilan dari Niger yang diakui di forum tersebut. Sebelumnya, para pemimpin kudeta di Niger mengatakan penjegalan tersebut merupakan tindakan durhaka yang dikomandoi Guterres PBB.
Secara terpisah, rezim militer Niger mengatakan pihaknya telah mengawal konvoi pertama tentara Prancis dari pangkalan mereka di kota barat Ouallam menuju Chad.
Menurut laporan di televisi nasional Niger pada Rabu malam, total 116 tentara dan perlengkapan Prancis meninggalkan Niamey menuju N'Djamena di Chad pada Senin dan Selasa (10/10).
Sebuah pesawat dengan kontingen pertama yang terdiri dari 49 tentara lepas landas dari Niamey. Keesokan harinya, dilaporkan ada tiga penerbangan dari Niamey, dan pada Rabu (11/10), pesawat lain lepas landas dengan 14 tentara di dalamnya.
Evakuasi dikatakan dilakukan dengan pesawat angkut militer A400M yang melakukan perjalanan dari bandara Diori Hamani di Niamey ke ibu kota Chad, N'Djamena.
N'Djaména, sekitar 1.600 kilometer dari Niamey, adalah pangkalan pasukan Prancis di komando Sahel. Sekitar seribu tentara Prancis ditempatkan di Niamey, dan 400 lainnya dikerahkan di dua pangkalan depan di barat laut, dekat Mali dan Burkina Faso, sebuah wilayah yang dikenal sebagai sarang aktivitas pemberontak.
Para pemimpin militer Niger, yang memerintahkan penarikan pasukan dan menjamin operasi tersebut akan dilakukan dengan keamanan penuh, mengatakan penarikan pasukan akan dilanjutkan sesuai jadwal yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Ini adalah ketiga kalinya dalam 18 bulan pasukan Prancis dikirim ke bekas jajahan Afrika, sehingga memberikan pukulan telak terhadap pengaruh Prancis di benua itu dan prestise mereka di panggung internasional.
Duta Besar Prancis untuk Niger juga diberi perintah angkat kaki oleh tentara yang menggulingkan presiden yang didukung Prancis pada 26 Juli. AS secara resmi mengakui penggulingan presiden Nigeria yang terpilih secara demokratis, Mohamed Bazoum, adalah sebuah kudeta militer.
“Setiap dimulainya kembali bantuan AS akan memerlukan tindakan untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dalam jangka waktu yang cepat dan kredibel,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
AS bersama dengan negara-negara Afrika Barat dan bekas negara kolonial Perancis, telah menekan militer untuk memulihkan Bazoum. Washington mempertahankan sekitar 1.000 personel militer di Niger, namun tidak lagi aktif melatih atau membantu pasukan Niger. (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
PBB: Mayoritas Penduduk Ingin Negara Tingkatkan Aksi Atasi Perubahan Iklim
Gen Z dari Seluruh Dunia akan Hadir di Simulasi Sidang PBB di Bali
Uni Eropa: Kelaparan di Gaza sebagai Senjata Buatan Manusia
PBB: Reaksi Balik terhadap Hak Perempuan Ancam Kemajuan
Retail Kesehatan Teken Prinsip Pemberdayaan Perempuan PBB
Turki Terus Dukung UNRWA di Palestina
Mengenal Juan Jose Zuniga Macias, Sosok Di Balik Kudeta Bolivia
Polisi Bolivia Tangkap Juan José Zúñiga yang Pimpin Upaya Kudeta
Presiden Bolivia Luis Arce Terima Kasih Usai Hadapi Upaya Kudeta
Istana Presiden Bolivia Diserbu Tentara, Presiden Luis Arce Serukan Perlawanan
Lula Batalkan Peringatan Kudeta 1964 Brasil di Tengah Bayang-bayang Kerusuhan 2023
Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro Minta Kembali Paspornya untuk Perjalanan ke Israel
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap