AS Hentikan Bantuan ke Niger Saat Prancis Memulai Penarikan Pasukan
![AS Hentikan Bantuan ke Niger Saat Prancis Memulai Penarikan Pasukan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/45ee1e1d455298af4b21f2ffa538b4b4.jpg)
GELOMBANG pertama pasukan Prancis ditarik dari Niger setelah diperintahkan pemimpin kudera. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menghentikan bantuan lebih dari US$500 juta kepada negara Sahel yang dilanda pemberontakan.
Rezim militer Niger mengumumkan di televisi negara, Selasa malam, mengawal konvoi pertama pasukan Prancis dari pangkalan mereka di kota barat Ouallam menuju Chad.
Penarikan pasukan Prancis diminta para jenderal penguasa baru Niger setelah mereka berkuasa pada 26 Juli. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengonfirmasi pada September mereka akan pergi, suatu proses yang diharapkan Paris akan selesai pada akhir tahun.
Baca juga: Tinggalkan Niger, Dubes Prancis Tiba di Paris
Sekitar 1.000 pasukan Prancis ditempatkan di Niamey, dengan 400 lainnya ditempatkan di dua pangkalan di barat laut, dekat Mali dan Burkina Faso, daerah yang rawan aktivitas pemberontak.
Selain dari penarikan melalui darat, tiga penerbangan khusus telah terdaftar di bandara Niamey. Di mana dua untuk keberangkatan 97 elemen pasukan khusus dan satu untuk logistik.
Baca juga: Niger Umumkan Tiga Hari Berkabung Nasional
Sebelumnya Washington menyatakan penggulingan pemerintah demokratis Niger, yang dianggap sebagai benteng kunci melawan Rusia, adalah kudeta. "Setiap pelanjutan bantuan AS akan memerlukan tindakan... untuk membawa pemerintahan demokratis dalam waktu yang cepat dan kredibel," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller.
Amerika Serikat, bersama dengan negara-negara Afrika Barat dan bekas kekuasaan kolonial Prancis, telah mendesak militer untuk mengembalikan Presiden Mohamed Bazoum. "Kami mengambil tindakan ini karena dalam dua bulan terakhir, kami telah mencoba semua jalur yang tersedia untuk menjaga ketertiban konstitusi di Niger," kata seorang pejabat senior AS.
"Amerika Serikat masih mempertahankan sekitar 1.000 personel militer di Niger, tetapi mereka tidak lagi aktif melatih atau membantu pasukan Niger," kata pejabat AS lainnya.
Mereka akan terus bekerja untuk memantau ancaman dari kelompok-kelompok jihadis. Pengunduran diri pasukan Prancis diharapkan akan menyebabkan masalah logistik, dengan sedikit rute aman keluar dari daerah yang dilanda berbagai kelompok jihadis.
Perbatasan darat Niger dengan Benin dan Nigeria telah ditutup sejak kudeta.
Prancis sebelumnya memperkuat kehadirannya di Niger, menambah kendaraan lapis baja dan helikopter ke drone dan pesawat tempur yang sudah ditempatkan.
Ini adalah kali ketiga dalam 18 bulan pasukan Prancis diusir oleh mantan koloni Afrika, yang merupakan pukulan berat bagi pengaruh Prancis di benua tersebut dan prestise di panggung internasional.
Dubes Prancis untuk Niger juga diperintahkan meninggalkan jabatannya oleh para pemimpin kudeta yang menggulingkan presiden yang didukung Prancis. Penguasa militer Niamey telah menyebut pengumuman penarikan diplomatik dan pasukan Prancis pada bulan September sebagai "langkah menuju kedaulatan Niger".
Mali dan Burkina Faso, yang juga mengalami kudeta dalam dua tahun terakhir, juga telah berbalik dari Prancis, menuduhnya sikap kolonialistis dan gagal melawan jihadis dengan efektif. Mali telah beralih ke Moskow, mengundang tentara bayaran dari kelompok Wagner yang terkenal.
Di Niger, demonstran anti-Prancis juga terlihat mengibarkan bendera Rusia - pemandangan yang berbeda dengan kegembiraan yang disambut pasukan Prancis pada 2013 ketika mereka membantu membebaskan Mali utara dari kelompok pemberontak yang terafiliasi dengan Al-Qaeda.
Niger dalam beberapa bulan terakhir telah berperan sebagai pusat regional bagi pasukan Prancis yang membantu tentara di wilayah tersebut melawan pemberontak Islam. Macron awalnya mencoba untuk tetap menjaga pasukannya dan duta besar di negara itu, tetapi pada akhir September ia menyerah pada tekanan untuk membawa mereka pulang setelah berbulan-bulan protes anti-Prancis.
Prancis masih bersikeras bahwa pemerintahan Bazoum yang digulingkan tetap menjadi satu-satunya otoritas sah. Mantan presiden tetap berada dalam tahanan rumah di Niamey. (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
AS Setuju Menarik Pasukan dari Niger yang Menjadi Tuan Rumah Pangkalan Drone
Niger Membatalkan Kerjasama Militer dengan AS
Prancis Bahas Kelanjutan Nasib Prajuritnya di Niger
ECOWAS Mendukung Kekuatan 'Siaga' Militer untuk Niger
Ancaman Intervensi Militer di Niger Picu Ketegangan dengan Burkina Faso dan Mali
Komandan Paspampres Niger Ambil Alih Kursi Presiden
Citroën Ë-C3 All Electric, City Car Rasa SUV
Citroën Indonesia Serahkan Unit Ë-C3 All Electric kepada Konsumen di Kota Semarang
Partai National Rally Marine Le Pen Memimpin dalam Pemilihan Parlemen Prancis
Euro 2024: Prancis Lebih Diunggulkan saat Jumpa Belgia
IHSG Ditutup Melemah 6,46 Poin
Timnas Prancis Butuh Kylian Mbappe untuk Bisa Lolos ke 16 Besar Euro 2024
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap