visitaaponce.com

Boikot Produk Israel dan AS Melanda Timur Tengah, Dipimpin Kaum Muda

Boikot Produk Israel dan AS Melanda Timur Tengah, Dipimpin Kaum Muda
Seorang pengunjuk rasa menyerukan boikot produk Israel dan sekutunya karena pembantaian massal di Palestina.(AFP/HAZEM BADER)

DI sebuah toko serba ada di Bahrain, Jana Abdullah yang berusia 14 tahun membawa tablet miliknya saat dia berbelanja. Dengan cekatan, ia memeriksa daftar merek Barat yang diboikot karena dukungannya terhadap pembantaian massal Israel di Palestina.

Jana dan adik laki-lakinya yang berusia 10 tahun, Ali, biasa makan di McDonald's hampir setiap hari, namun mereka termasuk di antara banyak orang di Timur Tengah yang kini memboikot produk-produk yang mereka yakini mendukung Israel.

Dengan menyebarnya kampanye ini di media sosial termasuk TikTok, anak-anak serta orang tua mereka menghindari merek-merek besar Barat. 

Baca juga : 5 Negara yang Berani Boikot Israel karena Bantai Warga Gaza

“Kami sudah mulai memboikot semua produk yang mendukung Israel sebagai solidaritas terhadap Palestina,” kata Jana dikutip dari AFP.

“Kami tidak ingin uang kami berkontribusi pada lebih banyak pertempuran,” tambahnya.

Baca juga : Iran Ajak Negara Muslim Boikot Produk Israel dan Setop Ekspor Minyak

Gerakan ini secara bertahap meluas sejak kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan besar-besaran pada 7 Oktober terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik lebih dari 240 orang, menurut para pejabat Israel.

Sejak itu, Israel tanpa henti membombardir Gaza dan mengirimkan pasukan darat dalam serangan yang menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas telah menewaskan lebih dari 9.700 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Baca juga : Buruh Belgia Boikot Kirim Senjata ke Israel

Masyarakat Arab menolak merek sekutu Israel

Di seluruh wilayah, masyarakat Arab yang marah karena serangan Israel telah berbalik melawan merek-merek yang terkait dengan sekutu Israel, terutama Amerika Serikat.

Boikot tersebut disertai dengan seruan kepada negara-negara Arab untuk memutuskan hubungan dengan Israel, sementara demonstrasi pro-Palestina terjadi setiap minggu di ibu kota-kota besar.

Saat ini, Turki dan Yordania telah menarik duta besarnya untuk Israel, Arab Saudi mengumumkan jeda dalam pembicaraan normalisasi dan parlemen Bahrain mengatakan hubungan perdagangan telah dihentikan, meskipun tidak ada konfirmasi dari pemerintah.

Boikot dipimpin kaum muda 

Dipimpin oleh kaum muda yang melek teknologi, kampanye boikot ini mencakup ekstensi browser, situs web khusus, dan aplikasi ponsel cerdas yang mengidentifikasi produk terlarang.

Salah satu ekstensi Google Chrome, PalestinePact, mengaburkan item yang diiklankan secara online jika item tersebut disertakan dalam daftar.

Metode yang lebih tradisional juga digunakan. Di samping jalan raya empat jalur di Kota Kuwait, papan reklame raksasa memperlihatkan gambar anak-anak yang berlumuran darah dan dibalut.

“Apakah kamu membunuh seorang warga Palestina hari ini?” slogan muram itu bertanya, menusuk konsumen yang masih menggunakan barang sasaran.

Menurut Mishari al-Ibrahim, seorang aktivis Kuwait, dukungan Barat terhadap serangan Israel di Gaza memperkuat penyebaran boikot di Kuwait.

“Hal ini menciptakan gambaran mental di kalangan masyarakat Kuwait bahwa slogan-slogan Barat dan apa yang mereka katakan tentang hak asasi manusia tidak berlaku bagi kami,” katanya.

 

McDonald's jadi target utama boikot Arab

McDonald's telah menjadi target utama. Bulan lalu, jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS) di Israel mengumumkan bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel, sehingga memicu keributan di wilayah tersebut.

McDonald's Kuwait, sebuah entitas terpisah, menanggapinya dengan menjanjikan lebih dari US$160.000 untuk upaya bantuan di Gaza, dan mengatakan mereka "berpihak pada Palestina" dalam sebuah pernyataan di media sosial.

McDonald's Qatar juga menjanjikan US$275.000 untuk upaya bantuan di Gaza, dan menekankan dalam sebuah pernyataan bulan lalu bahwa mereka terpisah dari cabang Israel.

Dalam sebuah pernyataan bulan ini, McDonald's Corporation mengatakan pihaknya tidak mendanai atau mendukung pemerintah mana pun yang terlibat dalam konflik ini. Namun, publik sudah telanjur marah.


Boikot di Qatar populerkan produk lokal

Di Qatar, beberapa outlet Barat terpaksa tutup setelah pemiliknya membagikan konten pro-Israel secara online. 

Cabang Pura Vida Miami di Doha, sebuah kafe Amerika, dan perusahaan kue Prancis Maitre Choux keduanya tutup pada bulan Oktober.

Di Mesir, merek soda buatan dalam negeri yang sudah lama diabaikan oleh sebagian besar masyarakat kini menjadi populer karena boikot.

Spiro Spathis, yang didirikan pada tahun 1920, mengatakan baru-baru ini menerima lebih dari 15.000 lamaran dalam putaran perekrutan yang didorong oleh meningkatnya permintaan.

Boikot tersebut dapat berdampak besar terhadap perekonomian Mesir, demikian peringatan Federasi Kamar Dagang Mesir.

“Dampaknya terhadap investor Mesir dan puluhan ribu pekerja akan sangat besar,” kata sebuah pernyataan, seraya menekankan bahwa cabang-cabang lokal dimiliki oleh pewaralaba Mesir.

Sementara itu di Yordania, di mana postingan media sosial memperingatkan konsumen untuk tidak “membayar harga yang mahal”, Abu Abdullah sedang memeriksa dengan cermat sebotol susu beraroma di sebuah toko kelontong di ibu kota, Amman.

“Ah, ini buatan Tunisia,” katanya, putranya, Abdullah, yang berusia empat tahun berdiri di sampingnya.

“Setidaknya ini yang bisa kami lakukan untuk saudara-saudara kami di Gaza,” katanya. "Kita harus memboikot." (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat