visitaaponce.com

Tiongkok Desak AS Cabut Sanksi

Tiongkok Desak AS Cabut Sanksi
Presiden Tiongkok Xi Jinping di KTT APEC, AS, Rabu (15/11).(AFP)

PEMERINTAH Tiongkok bersikeras agar Amerika Serikat (AS) mencabut sanksi sepihaknya terhadap Tiongkok. Isu ini mewarnai pertemuan Presiden Tiongkok Xi Jinping kepada Presiden Joe Biden di San Fransisco, Rabu (15/11).

“AS terus-menerus mengambil tindakan yang ditujukan terhadap Tiongkok, termasuk pembatasan ekspor, penyaringan investasi, dan sanksi sepihak,” kata Xi yang dikutip oleh Central Television Tiongkok.

Dia berharap AS menanggapi kekhawatiran Tiongkok dengan serius, mengambil tindakan, dan membatalkan sanksi sepihak. Tekanan Washington terhadap perusahaan-perusahaan teknologi tinggi Beijing merupakan pelanggaran terhadap hak dan kepentingan pembangunan negaranya.

Baca juga : Xi Jinping Tolak Konfrontasi Blok dan Paksaan Ekonomi

Dia menuntut kondisi yang adil dan non-diskriminatif bagi perusahaan Tiongkok di pasar AS. Menurut Global Times, AS telah menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 1.300 perusahaan dan individu asal Tiongkok.

Pertemuan keduanya juga bertujuan mengurangi perselisihan antara kedua negara adidaya tersebut mengenai konflik militer, perdagangan narkoba, dan kecerdasan buatan (AI).

Baca juga : Xi dan Putin, Dua Kamerad yang Kini Semakin Akrab

Biden menyambut pemimpin Tiongkok itu di perkebunan Filoli, sebuah rumah pedesaan dan taman sekitar 48 km selatan San Francisco, tempat mereka nanti akan menghadiri pertemuan puncak forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

 

Perubahan Iklim, Narkotika dan AI

Pertemuan delegasi Tiongkok dan AS, di sela KTT APEC, AS, Rabu (15/11). (Sumber: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)

 

Biden mengatakan AS dan Tiongkok harus memastikan bahwa persaingan di antara mereka tidak berubah menjadi konflik dan mengelola hubungan mereka secara bertanggung jawab. Ia mengatakan isu-isu seperti perubahan iklim, pemberantasan narkotika dan AI menuntut perhatian bersama.

Xi menanggapinya dengan mengatakan bahwa planet Bumi cukup besar bagi kedua negara untuk mencapai keberhasilan. Setelah sesi pembicaraan pagi hari dan sebelum makan siang bersama Xi, Biden mengatakan di platform media sosial X, sangat penting bagi mereka untuk memahami satu sama lain secara leader to leader.

“Ada tantangan global penting yang menuntut kepemimpinan bersama kita. Dan hari ini, kita mencapai kemajuan nyata,” ujarnya.

Baca juga : Inggris, AS, Tiongkok Sepakati Keamanan AI pada Pertemuan Puncak

Setelah makan siang, keduanya berjalan-jalan singkat bersama di taman mansion yang terawat setelah interaksi yang berlangsung sekitar empat jam.

Pernyataan Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin tersebut mengadakan diskusi yang jujur dan konstruktif mengenai berbagai isu bilateral dan global dan bertukar pandangan mengenai perbedaan pendapat.

Xi memberi tahu Biden saat mereka memulai pembicaraan, banyak hal telah terjadi sejak pertemuan terakhir mereka setahun lalu di Bali. “Dunia telah keluar dari pandemi covid-19, namun masih terkena dampak yang luar biasa. Perekonomian global mulai pulih, namun momentumnya masih lamban.”

Dia menyebut hubungan AS-Tiongkok sebagai hubungan bilateral paling penting di dunia. Dia dan Biden memikul tanggung jawab yang berat bagi kedua bangsa, bagi dunia, dan bagi sejarah kedua negara.

“Bagi dua negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, saling berpaling dari satu sama lain bukanlah suatu pilihan. Tidak realistis bagi satu pihak untuk merombak pihak lain, dan konflik serta konfrontasi memiliki konsekuensi yang tidak tertahankan bagi kedua belah pihak," ujarnya.

 

Taiwan jadi duri dalam daging

Biden dan Xi membahas sejumlah masalah di mana kedua negara berada di pihak yang berlawanan termasuk Taiwan, Laut Cina Selatan, perang Israel-Hamas, invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara, dan hak asasi manusia.

"Xi mengatakan kepada Biden selama pertemuan empat jam itu bahwa Taiwan adalah masalah terbesar dan paling berbahaya dalam hubungan AS-Tiongkok," kata seorang pejabat senior AS kepada wartawan.

Baca juga : Ternyata Pertemuan Xi dan Biden Lebih Banyak Bahas Taiwan

Pejabat tersebut mengutip Xi yang mengatakan bahwa preferensi Tiongkok adalah melakukan reunifikasi secara damai dengan pulau Taiwan yang diklaim Tiongkok.

"Xi berusaha menunjukkan bahwa Tiongkok tidak mempersiapkan invasi besar-besaran ke Taiwan, namun hal itu tidak mengubah pendekatan AS," kata pejabat itu.

Para pemimpin kelompok APEC yang beranggotakan 21 negara dan ratusan CEO di San Francisco akan bertemu dengan mereka bertemu di tengah kelemahan ekonomi Tiongkok, perselisihan teritorial antara Beijing dengan negara tetangganya, dan konflik Timur Tengah yang memisahkan AS dari sekutunya.

Para ahli mengatakan Xi akan mengupayakan pertemuan puncak yang lancar dengan Biden untuk menunjukkan kepada mereka yang berada di dalam negeri. Pasalnya terdapat keprihatinan terhadap perekonomian dan berkurangnya investasi asing.

Xi dan Biden ingin menujukan keberhasilan menangani hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Upaya untuk mengatur kunjungannya dengan hati-hati mungkin akan gagal di San Francisco meskipun ada upaya untuk mengusir para tunawisma dari jalanan.

Rute Xi dari bandara ke lokasi konferensi pada hari Selasa dipenuhi oleh para demonstran yang mendukung dan menentang Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa, pemandangan yang tidak biasa bagi pemimpin tersebut, yang terakhir kali mengunjungi AS pada 2017.

 

Biden gunakan Xi Jinping untuk kendalikan Iran

 

Presiden Iran Ebrahim Raisi (Kiri) berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pertemuan di Beijing, pada 14 Februari 2023. (AFP/HO/Kepresidenan Iran)

 

Biden telah mengupayakan diplomasi langsung dengan Xi, dan bertaruh bahwa hubungan pribadi yang telah ia bangun selama belasan tahun dengan pemimpin Tiongkok yang paling berkuasa sejak Mao Zedong mungkin akan menyelamatkan hubungan yang semakin bermusuhan.

Chong Ja Ian, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura, mengatakan kedua belah pihak terlibat dalam apa yang disebut Mao selama perang saudara di Tiongkok sebagai berbicara dan bertarung, bertarung dan berbicara.

“Artinya, berbicara sambil membangun kekuatan,” kata Chong.

Biden diperkirakan akan menekan Xi agar menggunakan pengaruhnya untuk mendesak Iran menghindari tindakan yang dapat menyebarkan konflik Israel-Hamas di Timur Tengah.

Dia juga diperkirakan akan mengangkat dugaan operasi Tiongkok untuk mempengaruhi pemilihan umum di luar negeri dan hak asasi manusia, termasuk warga AS yang diyakini Washington ditahan secara salah di Tiongkok.

Bentuk kerja sama Anti Narkoba

Para pejabat AS mengharapkan langkah-langkah konkrit untuk memulihkan percakapan tingkat staf antar negara mengenai isu-isu mulai dari komunikasi militer-ke-militer, hingga pengurangan aliran fentanil, pengelolaan kecerdasan buatan, serta perdagangan dan iklim.

Banyak bahan kimia yang digunakan untuk membuat fentanil, yang merupakan momok di AS, berasal dari Tiongkok, kata para pejabat AS.

Baca juga : AS Buru Perusahaan dan Eksekutif Tiongkok karena Perdagangan Ilegal Fentanil

Media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa kedua negara telah sepakat untuk melanjutkan komunikasi tingkat tinggi antara kedua militer mereka termasuk pertemuan kerja antar departemen pertahanan.

Xi juga mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk membentuk kelompok kerja kerja sama anti-narkoba Tiongkok-AS, kata stasiun televisi pemerintah CCTV.

AS-Tiongkok perbarui kerja sama iklim

Sebelum pertemuan, kedua negara mendukung target energi baru terbarukan dan mengatakan mereka akan berupaya mengurangi polusi metana dan plastik, serta memperbarui kerja sama iklim yang terhenti setelah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada 2022.

Namun, Tiongkok menolak usulan AS agar anggota APEC memasukkan keberlanjutan dan inklusivitas ke dalam kebijakan perdagangan dan investasi, kata sebuah sumber yang mengetahui tentang negosiasi tersebut.

Biden, 80, memimpin perekonomian yang melampaui ekspektasi dan sebagian besar negara kaya setelah pandemi covid-19. Dia sedang mencari masa jabatan kedua.

Dia telah mengumpulkan sekutu-sekutu lama negara tersebut mulai dari Eropa hingga Asia untuk menghadapi Rusia di Ukraina dan melawan Tiongkok, meskipun beberapa pihak memiliki perbedaan pendapat mengenai konflik Israel-Hamas.

Xi, yang satu dekade lebih muda dari Biden, telah memperketat kontrol atas kebijakan, pemimpin negara, media dan militer, serta mengubah konstitusi . Baru-baru ini, tantangan ekonomi telah membuat negara ini keluar dari jalur pertumbuhan selama tiga dekade.

Para analis mengatakan sikap Xi mungkin dipengaruhi oleh kekhawatiran mengenai pemilihan presiden AS pada November 2024 dan potensi presiden AS yang kurang bersahabat dalam diri Donald Trump.

“Beijing akan memperoleh lebih banyak keuntungan dengan berkolaborasi, dibandingkan dengan memboikot, pemerintahan Biden selama sisa masa jabatannya,” kata Tong Zhao dari wadah pemikir Carnegie China. (TASS/CNA/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat