visitaaponce.com

3 Pemimpin Hamas di Gaza yang Ingin Dibunuh Israel

3 Pemimpin Hamas di Gaza yang Ingin Dibunuh Israel
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kiri)(Abir SULTAN/AFP)

MENTERI Pertahanan Israel Yoav Gallant memasang sebuah poster di dinding kantornya di Tel Aviv, setelah serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas. Poster itu menunjukkan foto-foto ratusan komandan kelompok militan Palestina yang disusun dalam sebuah piramida.

Di bagian bawah adalah para komandan lapangan junior Hamas. Di bagian atas adalah komando tertinggi, termasuk Mohammed Deif, dalang serangan bulan lalu.

Poster tersebut telah dicetak ulang berkali-kali setelah Israel menginvasi Gaza sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober: wajah para komandan yang tewas ditandai dengan tanda salib.

Baca juga: Serangan Udara Israel Hantam Wilayah Dekat Damaskus

Namun, tiga orang yang berada di puncak daftar buronan Israel masih buron yakni Deif, kepala sayap militer Hamas, Brigade Izz el-Deen Al-Qassam, wakilnya Marwan Issa dan pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar.

Perperangan kembali terjadi di Gaza pada hari Jumat (1/12) setelah gencatan senjata selama tujuh hari yang ditengahi oleh Qatar menemui jalan buntu. 4 sumber di wilayah tersebut, yang mengetahui pemikiran Israel mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza tidak akan berhenti sampai ketiga komandan tertinggi Hamas tersebut tewas atau ditangkap.

Baca juga: Ditahan Sejak 2016, Libia Bebaskan 4 Anggota Hamas

Kampanye militer selama tujuh minggu ini telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, menurut para pejabat kesehatan Gaza, dan memicu protes internasional.

Sinwar 61, serta Deif 58, dan Issa 58 membentuk dewan militer rahasia yang terdiri dari tiga orang di Hamas yang merencanakan dan melaksanakan serangan 7 Oktober. Sekitar 1.200 orang terbunuh dan sekitar 240 orang disandera dalam serangan tersebut, yang merupakan serangan paling berdarah dalam 75 tahun sejarah Israel.

Ketiga pemimpin tersebut mengarahkan operasi militer Hamas dan memimpin negosiasi untuk pertukaran tawanan, kemungkinan dari bunker di bawah tanah Gaza.

Membunuh atau menangkap ketiga orang tersebut kemungkinan akan menjadi tugas yang panjang dan sulit, namun mungkin menandakan bahwa Israel hampir beralih dari perang habis-habisan ke operasi kontra-pemberontakan yang tidak terlalu intensif, menurut tiga sumber senior regional tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa perang Israel melawan Hamas akan berhenti.

Para pejabat, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa tujuan Israel adalah menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, membawa pulang para sandera, dan memastikan bahwa wilayah di sekitar Gaza tidak akan pernah terancam oleh pengulangan serangan 7 Oktober. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, melenyapkan kepemimpinan Hamas akan menjadi sangat penting.

"Mereka hidup dengan waktu yang terbatas," kata Gallant dalam sebuah konferensi pers pekan lalu, mengindikasikan bahwa badan intelijen Israel, Mossad akan memburu para pemimpin kelompok militan tersebut di mana pun di seluruh dunia. Pemerintah Israel tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.

Dua pakar militer mengatakan bahwa membunuh Sinwar, Deif dan Issa akan memungkinkan Israel untuk mengklaim kemenangan simbolis yang penting. Namun untuk mencapai tujuan tersebut akan memakan waktu lama dan mahal, tanpa ada jaminan keberhasilan.

Didukung oleh pesawat nirawak dan pesawat tempur, pasukan Israel telah menyapu wilayah utara dan barat Gaza yang berpenduduk lebih sedikit. “Namun fase pertempuran yang paling sulit dan paling merusak mungkin masih akan terjadi," ujar para pakar militer.

"Pasukan Israel belum masuk jauh ke dalam Kota Gaza, menyerbu terowongan-terowongan yang diyakini sebagai markas Hamas, atau menyerbu daerah kantong yang berpenduduk padat di bagian selatan," tambah mereka. Beberapa terowongan tersebut diyakini memiliki kedalaman sekitar 80 meter, sehingga sulit untuk dihancurkan dari udara.

Michael Eisenstadt, direktur Program Studi Militer dan Keamanan di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, mengatakan bahwa mungkin tidak jelas bagi semua pihak, termasuk Hamas, berapa banyak pejuangnya yang telah terbunuh.

"Jika (Israel) dapat mengatakan bahwa kami telah membunuh Sinwar, kami telah membunuh Marwan Issa, kami telah membunuh Mohammed Deif, itu adalah pencapaian yang sangat jelas, simbolis dan substantif," kata Eisenstadt, seraya menambahkan bahwa Israel menghadapi sebuah dilema.

"Bagaimana jika mereka tidak bisa mendapatkan orang-orang itu? Apakah mereka akan terus berjuang sampai mereka mendapatkannya? Dan bagaimana jika mereka terbukti sulit ditangkap?”

Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan sekitar 400 terowongan di Gaza utara, namun itu hanyalah sebagian kecil dari jaringan yang telah dibangun Hamas selama bertahun-tahun. Sedikitnya 70 tentara Israel telah terbunuh dalam operasi Gaza, dan sekitar 392 orang secara keseluruhan, termasuk serangan 7 Oktober.

Seorang perwira militer, yang memberikan penjelasan kepada para wartawan dengan syarat tidak disebutkan namanya memperkirakan sekitar 5.000 pejuang Hamas telah terbunuh atau setara dengan sekitar seperlima dari keseluruhan kekuatan Hamas. "Enam batalyon yang masing-masing berjumlah sekitar 1.000 orang telah terdegradasi secara signifikan," kata perwira itu.

Osama Hamdan, pemimpin Hamas yang berbasis di Lebanon, mengatakan bahwa angka-angka korban tersebut adalah palsu dan merupakan propaganda Israel untuk menutupi kurangnya keberhasilan militernya.

Salah satu orang dalam Hamas di Gaza, yang dihubungi melalui telepon, mengatakan bahwa menghancurkan kelompok itu sebagai kekuatan militer berarti pertempuran dari rumah ke rumah dan pertempuran di terowongan-terowongan di bawah daerah kantong, yang akan memakan waktu lama.

"Jika kita berbicara tentang satu tahun, kita akan optimis," katanya, seraya menambahkan bahwa jumlah korban tewas Israel akan meningkat.

Pemerintahan Presiden Joe Biden melihat bahwa melenyapkan kepemimpinan Hamas adalah tujuan yang jauh lebih mudah dicapai oleh Israel daripada tujuan negara itu untuk melenyapkan Hamas secara keseluruhan.

Meskipun sangat mendukung Israel, sekutu terdekatnya di Timur Tengah, para pejabat AS khawatir bahwa konflik terbuka yang didorong oleh harapan Israel untuk menghancurkan Hamas secara keseluruhan akan menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil di Gaza dan memperpanjang risiko perang regional.

Amerika Serikat telah belajar dari pengalamannya selama bertahun-tahun memerangi Al-Qaeda, ISIS dan kelompok-kelompok lain dalam perang global melawan terorisme yang telah berlangsung selama dua dekade.

Para militan yang didukung Iran, yang menyalahkan Amerika Serikat atas pengeboman Israel di Gaza, telah menargetkan pasukan AS di Irak dan Suriah dalam gelombang demi gelombang serangan. Salah satu serangan minggu lalu melukai delapan tentara AS. (arabnews/fer/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat