visitaaponce.com

Orban Jadi Bulan-bulanan Petinggi UE yang Mendukung Ukraina

Orban Jadi Bulan-bulanan Petinggi UE yang Mendukung Ukraina
PM Hongaria Viktor Orban(AFP)

PARA pemimpin Uni Eropa (UE) akan berhadapan dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban pada Kamis (14/14). Pasalnya ia mengancam akan memveto paket bantuan dan keanggotaan Ukraina.

KTT UE di Brussels, Belgia, dikhawatirkan para diplomat akan memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan dua hari. Pasalnya gelaran itu dapat menjadi forum debat kusir yang melelahkan antara Orban dengan para pemimpin UE yang mendukung Ukraina.

Kyiv berusaha keras untuk memperbaiki narasi kegagalan melawan Rusia yang tidak berhasil merayu Kongres Amerika Serikat (AS). Presiden Volodymyr Zelensky pun belum mendapatkan jutaan dolar bantuan militer yang diharapkan akan digunakan tahun depan.

Baca juga : Uni Eropa Pertimbangkan Dana Miliaran untuk Hungaria Jelang KTT Bantuan Ukraina

Sementara Orban, sekutu terdekat Rusia di UE, menghalangi harapan Ukraina untuk mendapatkan bantuan keuangan sebesar 50 miliar euro atau Rp844 triliun. Termasuk pula soal kemungkinan keanggotaan Kyiv di blok tersebut.

Kritikus menuduh pemimpin Hongaria itu menyandera Kyiv untuk memaksa Brussels melepaskan miliaran euro dana UE yang dibekukan. Itu karena sengketa supremasi hukum.

Baca juga : Amerika Kehabisan Duit Bayarin Perang Ukraina

Komisi Eropa, yang merupakan eksekutif Uni Eropa, pada Rabu (13/12), telah menyepakati untuk membuka blokir dana sebesar 10 miliar euro atau Rp168 triliun. Namun dana sebesar 21 miliar euro atau Rp354 triliun masih berada di luar jangkauan Orban.

Juga masih belum jelas apakah tindakan tersebut akan menghindari perselisihan yang merugikan pada pertemuan puncak. Veteran sayap kanan itu memperingatkan pembukaan perundingan aksesi dengan Ukraina akan menjadi kesalahan besar dan dia tidak akan mengalah.

Zelensky membalas dengan mengatakan Orban tidak punya alasan untuk menghalangi Kyiv menjadi anggota UE. Ia mengatakan negaranya tidak bisa mengalahkan Rusia tanpa lebih banyak dukungan Barat.

Kebuntuan ini memicu terjadinya pertikaian selama berjam-jam di Brussel ketika para pemimpin lainnya mencoba untuk mencapai kesepakatan untuk membuat Orban mundur. Pada saat yang sama Rusia menembakkan gelombang rudal baru ke Kyiv melukai puluhan orang dalam serangan paling merusak dalam beberapa bulan terakhir.

Serangan lain pada Kamis (14/14) pagi, melukai 11 orang lainnya di wilayah selatan Odessa. “Saya tidak begitu optimis, setelah berbicara dengan Viktor Orban mengenai masalah ini,” kata Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas pada Rabu (13/12) malam, atau sehari sebelum pertemuan puncak UE.

Pemimpin Baltik tersebut mengatakan bahwa fokusnya adalah mewujudkan rencana A dibandingkan 26 negara Uni Eropa lainnya yang harus mencari dana untuk Kyiv.

“Jika hal tersebut benar-benar tidak boleh dilakukan, jika kita sudah duduk di sini selama berhari-hari dan Natal akan segera tiba, bahkan mungkin tahun baru, maka kita akan memikirkan rencana B,” katanya.

Ketua Dewan Eropa Charles Michel, yang tugasnya adalah mendorong para pemimpin menuju kesepakatan, menegaskan bahwa pekerjaan sedang dilakukan siang dan malam untuk mencoba mencapai kesepakatan.

“Hal terpenting bagi kami sebagai Eropa adalah mendukung Ukraina secara efektif. Saya tidak bisa menerima keadaan apa pun seperti ini lho, suasana apatis atau kelelahan," kata Perdana Menteri Polandia yang baru terpilih Donald Tusk.

Pihaknya tidak hanya berbicara tentang Ukraina dan perang serta agresi Rusia juga membahas kelangsungan UE. Rekan Tusk dari Belanda, Mark Rutte, sepakat bahwa penting bagi UE untuk menyepakati dana untuk Ukraina.

"Mereka memperjuangkan perjuangan kita. Dan ini harus dilakukan minggu ini. Jadi saya akan bekerja tanpa kenal lelah dengan semua rekan saya untuk menerapkannya," katanya.

KTT tersebut juga harus mempertimbangkan impian keanggotaan Moldova dan Georgia, dua negara bekas Soviet lainnya yang diancam oleh Moskow. Moldova berharap para pemimpin akan memberikan lampu hijau untuk memulai pembicaraan untuk bergabung juga.

Georgia bertujuan untuk mencapai langkah itu, menjadi kandidat resmi untuk keanggotaan. Bahkan jika Ukraina dan Moldova diberikan kesempatan untuk melakukan perundingan, proses panjang untuk bergabung dengan UE akan memerlukan reformasi besar selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. (AFP/Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat