visitaaponce.com

Mesir Pantau Ketegangan di Laut Merah setelah Serangkaian Aksi Houthi Yaman

Mesir Pantau Ketegangan di Laut Merah setelah Serangkaian Aksi Houthi Yaman
Raksasa pelayaran Prancis CMA CGM menyatakan akan menangguhkan penyeberangan melalui Laut Merah karena serangan massif Houthi Yaman.(AFP/Christophe SIMON)

OTORITAS Terusan Suez di Mesir memantau secara cermat dampak ketegangan di Laut Merah setelah penyerangan Angkatan Bersenjata Houthi Yaman menyerang kapal-kapal yang melintas di kawasan itu.

Dua perusahaan pelayaran terbesar, Maersk, Hapag Llyod dan CMA CGM, perusahaan kontainer terbesar dunia menyatakan akan menghindari Terusan Suez setelah Angkatan Militer Houthi Yaman meningkatkan serangannya.

"Pihak berwenang secara seksama mengamati perkembangan yang terjadi belakangan ini," kata Osama Rabie, kepala otoritas Terusan Suez.

Baca juga : Rudal Houthi Yaman Serang Dua Kapal Liberia Tujuan Israel

Menurut Rabie, kalau lintas perkapalan di terusan tersebut saat ini masih aman, tapi dia mengungkapkan lebih jauh lagi.

Houthi yang didukung Iran melancarkan serangan terhadap kapal yang berlayar melintasi Laut Merah sebagai protes terhadap bombardemen Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 19.000 warga Palestina.

Baca juga : Maersk Tangguhkan Kapal Lalui Laut Merah akibat Serangan Houthi

Sejak 19 November, sebagai 55 kapal memutuskan mengambil rute ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan, sementara 2.128 tetap memilih rute Terusan Suez pada periode yang sama, kata Otoritas Terusan Suez.

Menurut Rabie, pada Minggu (17/12), sebanyak 77 kapal melintasi Terusan Suez, termasuk beberapa kapal milik perusahaan yang mengumumkan pengalihan rute sementara.

Kapal tersebut sudah terlanjur berada di kawasan Laut Merah sebelum pengumuman untuk pindah rute diumumkan. 

Untuk diketahui, kapal-kapal kargo, termasuk yang berisi senjata, makanan, dan lain-lain dari seluruh dunia menuju ke Israel biasanya melewati Bab El-Mandab yang dikontrol Yaman.

Dari Bab El-Mandab, kapal berjalan lurus lewat Laut Merah ke Terusan Suez milik Mesir dan tiba di Pelabuhan Haifa milik Israel.

Ketika Yaman atau Mesir melakukan blokade, maka Israel hanya punya dua pilihan. Lewat udara, atau kapalnya belok lewat Uni Emirat Arab, lalu lewat darat, menembus Arab Saudi, lalu ke Yordania, dan ke Israel.

Namun, biayanya sangat mahal dan lama. Lagipun tak ada hubungan diplomatik dengan Arab Saudi. (Reuters/Ant/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat