visitaaponce.com

Tsubasa Merasa Hidupnya Hampir Tamat di Bandara Haneda

Tsubasa Merasa Hidupnya Hampir Tamat di Bandara Haneda
Penumpang pesawat JAL merasa dirinya akan meninggal dunia di Bandara Haneda, Tokyo, Selasa (2/1) kemarin(AFP)

PENERBANGAN antara kota utara Sapporo dan bandara Haneda di Tokyo adalah rute udara tersibuk di Jepang. Trayek ini salah satu jalur yang paling sering dikunjungi maskapai dari seluruh dunia.

Japan Airlines (JAL) mengoperasikan 16 penerbangan pulang pergi setiap hari. Namun pesawat dengan nomor penerbangan JAL516 mengikuti rute tersebut menuju Haneda pada Selasa (2/1) dan terjadi sebuah tabrakan di landasan pacu yang membingungkan para ahli penerbangan.

Termasuk pula kelancaran evakuasi dan penyelamatan yang oleh sebagian orang digambarkan sebagai keajaiban. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 379 orang menyelamatkan diri dari pesawat Airbus A350.

Baca juga: Ternyata, Japanes Airlines dan Pesawat Penjaga Pantai Serentak Diberi Lampu Hijau

"Saya benar-benar berpikir saya akan mati,” kata salah satu penumpang pesawat itu Tsubasa Sawada, 28, warga Tokyo, yang baru saja kembali dari liburan di Sapporo bersama pacarnya.

Setelah kecelakaan itu terjadi, kata dia, awalnya sedikit tertawa ketika melihat percikan api keluar. "Tapi ketika api mulai menyala, saya menyadari itu lebih dari sekedar kebakaran.

Baca juga: Jepang Mulai Investigasi Kecelakaan Pesawat JAL

Pesawat itu berubah menjadi bola api setelah bertabrakan dengan pesawat Penjaga Pantai yang lebih kecil tak lama setelah mendarat. Lima dari enam awak pesawat Penjaga Pantai tewas.

“Saya hanya bisa mengatakan itu adalah keajaiban, kami bisa mati jika terlambat. Saya ingin tahu mengapa ini terjadi dan saya merasa tidak ingin naik pesawat lagi,” pungkas Sawada.

Penumpang lain, Satoshi Yamake, 59, mengaku pikirannya melayang ke reuni dengan istrinya Mika ketika roda tergelincir di aspal sebelum dia terguncang oleh suara gemeretak dan dentuman. Lalu pesawat yang ia tumpangi itu berbalik untuk melihat mesin terbakar di luar jendelanya.

“Tabrakan itu terjadi seketika setelah mendarat pada (Selasa 2/1) pukul 17.46 waktu setempat. Kapten telah diberi izin untuk mendarat tetapi kemungkinan besar tidak dapat melihat pesawat patroli maritim Dash-8 buatan Bombardier yang lebih kecil milik Penjaga Pantai di bawah,” kata eksekutif maskapai penerbangan Jepang Selasa (2/1), pada konferensi pers larut malam.

Pihak berwenang mengatakan sedang menyelidiki penyebab kecelakaan itu, yang menurut para ahli penerbangan sangat tidak biasa. Jepang kerap dilanda masalah keselamatan angkutan udara yang berulang.

Tetapi industri penerbangan Jepang telah berhasil mengurangi secara drastis jumlah kecelakaan yang disebabkan oleh tabrakan atau tabrakan di landasan pacu. Itu sejak hadirnya prosedur dan pelacakan darat yang lebih baik.

Saat pesawat jet tergelincir dan berhenti, kapten pesawat Penjaga Pantai, Genki Miyamoto, 39, keluar dari reruntuhan dan menghubungi pangkalan udara melalui radio.

"Pesawat meledak di landasan. Saya melarikan diri. (Kondisi) awak lainnya tidak diketahui," katanya.

Lima awak lainnya, berusia antara 27 dan 56 tahun, tewas. Kabin jet penumpang dengan cepat mulai dipenuhi asap.

Sementara beberapa penumpang yang cemas berlarian mondar-mandir di lorong dan yang lainnya berpegangan pada anak-anak yang menjerit-jerit. "Tolong keluarkan saya dari sini. Kenapa tidak dibuka saja (pintunya),” teriak seorang anak dalam video yang dibagikan dari dalam pesawat.

Pramugari tampaknya mendesak masyarakat untuk tetap tenang, dengan mengatakan tolong bekerja sama, menurut video yang dibagikan.

Di luar pesawat, 115 unit pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mengatasi kobaran api yang dimulai dari bagian belakang pesawat. Namun api akhirnya melalap seluruh pesawat dan menjadikannya bola api.

Seorang penumpang pesawat JAL lain, Yamake, yang duduk di dekat bagian depan, mengataka beberapa penumpang merasa sangat cemas tetapi para kru dengan cepat mengerahkan jalur evakuasi dan orang-orang mulai turun melalui perosotan darurat dengan tertib.

Maskapai tersebut mengatakan evakuasi dimulai segera setelah pesawat berhenti dan semua penumpang dibawa ke tempat aman dalam waktu kurang dari 20 menit.

Rekaman video menunjukkan penumpang dievakuasi dengan tenang namun tanpa membawa barang bawaan mereka. Badan keselamatan penerbangan Jepang telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa berhenti sejenak untuk mengambil bagasi jinjing berisiko terhadap nyawa selama evakuasi.

"Awak kabin pasti melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Tampaknya tidak ada barang bawaan. Merupakan keajaiban bahwa semua penumpang bisa turun," kata Direktur Keselamatan Udara di konsultan penerbangan Ascend yang berbasis di Inggris Paul Hayes.

Seorang pejabat kementerian transportasi Jepang mengatakan pada konferensi pers bahwa prosedur evakuasi maskapai tersebut dilakukan dengan tepat. Sawada mengatakan sekitar 10 menit setelah mereka turun, terjadi ledakan di pesawat.

(AFP/Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat