visitaaponce.com

Menlu AS Datangi Timur Tengah, Ini Kata Pengamat

Menlu AS Datangi Timur Tengah, Ini Kata Pengamat
Menlu AS Antony Blinken (kiri) berbincang dengan Menlu Yordania Ayman Safadi, Minggu (7/1).(AFP)

PENGAMAT Timur Tengah Smith Al Hadar menyampaikan ada hal menarik terkait kunjungan Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke sejumlah negara di Timur Tengah.

"Hal menarik itu adalah ia akan membawa konsep perdamaian komprehensif Israel-Arab, dalam hal ini bukan hanya Israel-Palestina, tapi juga Israel-Suriah dan Israel Libanon," kata Smith kepada Media Indonesia Minggu (7/1).

Namun, sayangnya Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) menilai bahwa inisiatif ini baru akan dilakukan setelah Israel berhasil meraih tujuan perang di Gaza, yakni membebaskan tawanan Yahudi yang disekap Hamas dan mengalahkan Hamas. "Dengan demikian, AS masih akan mendukung penghancuran Gaza oleh Israel," cetus Smith.

Baca juga : Blinken Terus Yakinkan Pemimpin Arab

"Masalahnya, pertama, apakah tujuan perang Israel itu bisa dicapai? Sampai kapan? Bisa jadi tujuan itu bisa diraih, tapi makan waktu cukup lama, sementara Timteng yang volatile dan eksplosif tak dapat memikul tekanan politik masyarakat di kawasan lebih lama. Bahkan, kebrutalan Israel atas warga sipil dan infrastruktur publik Gaza tak akan ditoleransi komunitas global," tegasnya.

Hal kedua, Smith menambahkan belum tentu pemerintahan ekstrem kanan Israel menerima proposal perdamaian AS yang dibawa Blinken karena semua parpol koalisi menentang berdirinya negara Palestina merdeka dengan teritori Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza.

"Perlu juga dicatat bahwa AS berbeda pendapat dengan pemerintahan Netanyahu terkait Gaza pascaperang. AS menginginkan Gaza tetap berada di bawah pemerintahan Palestina, dalam hal ini Otoritas Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat," ujarnya

Baca juga : 4 Negara Arab Tegaskan Sikap soal Agresi Israel di Jalur Gaza

Begitu pun, lanjut Smith, Abbas sendiri menolak mengambil alih Gaza kecuali bila pasca perang Palestina mendapat kemerdekaan. Israel memang setuju Gaza diperintah entitas Palestina, tetapi Israel berhak masuk keluar Gaza dengan bebas dan blokade atas Gaza yang telah diterapkan Israel sejak 2007 tetap dipertahankan.

Ketiga, Smith menyebut bahwa Turki dan negara-negara Arab yang dikunjungi Blinken tidak akan menyetujui kelanjutan perang sampai Israel mencapai tujuannya.

"Tidak mungkin publik Timteng mau membiarkan genosida Israel di Gaza berlanjut," ujarnya.

Baca juga : Antony Blinken Kembali ke Timur Tengah Mendorong Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera

Eskalasi kekerasan meningkat

Sementara itu, eskalasi kekerasan di Timteng kian meningkat setelah Israel membunuh tokoh Hamas Saleh Aururi di Lebanon, tokoh pasukan elite Iran (Quds ) Sayyid al-Musavi di Suriah, pemboman di pemakaman syuhada di Kerman, Iran menewaskan 80 orang lebih yang dituduh Iran dilakukan oleh Israel dan AS, serta serangan-serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah yang dibalas pasukan koalisi pimpinan AS.

Smith menyebut bahwa tujuan kunjungan Blinken untuk mendeeskalasi kawasan berpotensi besar gagal, kecuali Israel berhasil dibujuk untuk membatasi serangan terhadap warga dan infrastruktur sipil Gaza segera, tentunya hal yang tidak mungkin akan dipenuhi Israel.

"Hal lain yang juga nyaris mustahil dipenuhi Israel adalah membuka akses sebesar-besarnya bagi masuknya bantuan kemanusiaan internasional ke Gaza karena Israel ingin menimpakan hukuman berat atas seluruh warga Gaza sehingga mereka berbalik menentang eksistensi Hamas. Ini dilakukan setelah niat Israel mengusir warga Palestina dari Gaza ditentang negara-negara Timteng, masyarakat internasional, bahkan AS," terangnya.

Baca juga : 5 Negara yang Berani Boikot Israel karena Bantai Warga Gaza

Smith menilai Blinken akan mendapat tekanan berat dari Turki dan negara-negara Arab agar perang Gaza segera dihentikan. Apalagi, komitmen AS untuk menghadirkan solusi dua negara yakni Israel dan Palestina diragukan.

"Toh, isu ini sudah sangat lama dan janji-janji AS untuk menekan Israel agar mewujudkan gagasan itu tak pernah direalisasikan. Dan saat ini posisi presiden AS Joe Biden terkait pilpres AS pada November mendatang cukup lemah sehingga ia sangat bergantung pada dukungan lobi Yahudi yang pro-Israel. Jadi, Biden tak dapat menekan Israel," paparnya.

Oleh karena itu, Smith menyimpulkan bahwa tidak banyak yang dapat diharapkan dari lawatan Blinken. Tetapi siapa tau ada kejutan dibawa Blinken yang dapat membujuk Palestina, Israel, dan negara-negara di kawasan untuk melakukan deeskalasi.

"Toh, meluasnya perang di kawasan panas itu tidak akan menguntungkan siapa pun," pungkasnya. (Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat