visitaaponce.com

Israel Hancurkan Rumah Sakit Terakhir di Gaza

Israel Hancurkan Rumah Sakit Terakhir di Gaza
RS Naseer, Khan Yunis, Gaza.(AFP)

JUMLAH orang yang terjebak di salah satu rumah sakit utama Gaza, Naseer, meningkat setelah pasukan Israel melancarkan penggerebekan. Beberapa pasien meninggal di sana karena kekurangan oksigen.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Jumat (16/2) malam, 120 pasien dan lima tim medis terjebak tanpa air, makanan, dan listrik di rumah sakit yang berada di kota utama Khan Yunis, Gaza selatan. Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran sengit terjadi di sekitar rumah sakit tersebut. Padahal rumah sakit ini menjadi salah satu fasilitas medis besar terakhir yang masih beroperasi di wilayah Jalur Gaza.

Pasukan Israel memasuki rumah sakit itu pada Kamis (15/2) dengan dalih mencari sandera Hamas. Tentara Israel mengatakan telah menangkap 20 orang, menyita senjata, dan mengambil obat-obatan dengan nama sandera Israel di rumah sakit itu.

Baca juga : Kementerian Kesehatan Hamas Sebut Tank Israel Tembaki Rumah Sakit Gaza

Seorang saksi, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan bahwa pasukan Israel telah menembak siapa saja yang masuk rumah sakit tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza juga mengatakan aliran listrik padam dan generator dimatikan setelah penggerebekan tersebut. Itu menyebabkan kematian lima pasien. "Israel bertanggung jawab mengingat kompleks tersebut sekarang berada di bawah kendali penuhnya," ungkap kementerian itu.

Tentara Israel berkeras bahwa mereka telah melakukan segala upaya untuk menjaga pasokan listrik ke rumah sakit. "Pasukan bekerja untuk memperbaiki generator. Sementara pasukan khusus membawa generator alternatif," ungkap pernyataan militer Zionis.

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam operasi Israel itu. Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan semakin banyak degradasi pada rumah sakit berarti semakin banyak nyawa yang hilang. "Pasien, petugas kesehatan, dan warga sipil yang mencari perlindungan di rumah sakit berhak mendapatkan keselamatan dan bukan dimakamkan di tempat penyembuhan tersebut," katanya.

Baca juga : Israel Gempur Dua Rumah Sakit Khan Yunis hingga Sulit Beroperasi

Doctors Without Borders mengatakan petugas medisnya terpaksa melarikan diri dan meninggalkan pasien. Satu karyawannya tidak ditemukan dan satu lainnya ditahan oleh pasukan Israel.

Sekitar 130 sandera diyakini masih berada di Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Lusinan dari sekitar 250 sandera yang ditangkap selama serangan itu dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina selama gencatan senjata selama seminggu pada November. Israel mengatakan 30 dari mereka yang masih berada di Gaza diperkirakan tewas. 

Baca juga : Makin Kejam Israel, Makin Kuat Hamas Melawan

Setidaknya 28.775 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan Israel di Gaza, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Israel telah berulang kali menuduh militan Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer. Namun hal ini dibantah oleh Hamas.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan serangan Israel terhadap Rumah Sakit Nasser tampaknya menjadi bagian dari pola serangan pasukan Israel. Negeri Zionis menyerang infrastruktur penting yang menyelamatkan jiwa warga sipil di Gaza, terutama rumah sakit.

Baca juga : Investigasi Bongkar Klaim Israel bahwa Rumah Sakit Gaza terkait Hamas

Sekitar 1,4 juta warga sipil yang mengungsi terjebak di kota Rafah, setelah berlindung di kamp sementara yang terletak di dekat perbatasan Mesir dengan persediaan yang semakin menipis. "Mereka membunuh kami secara perlahan. Kita sekarat secara perlahan karena kelangkaan sumber daya dan kurangnya obat-obatan dan perawatan," kata Mohammad Yaghi, pengungsi Palestina.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak melakukan serangan terhadap Rafah tanpa rencana untuk menjaga keamanan warga sipil. Namun Netanyahu menegaskan dia akan terus melakukan operasi darat di Rafah untuk mencapai kemenangan penuh atas Hamas. Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan negaranya akan berkoordinasi dengan Mesir sebelum meluncurkan operasi itu.

"Mesir ialah sekutu kami. Kami memiliki perjanjian damai dengan Mesir dan kami akan bertindak dengan cara yang tidak merugikan kepentingan Mesir," kata Katz.

Baca juga : WHO: Tidak Ada Rumah Sakit Berfungsi di Gaza Utara

Biden mengatakan dia juga telah mengadakan pembicaraan ekstensif dengan Netanyahu tentang perlunya gencatan senjata baru di Gaza untuk memulangkan para sandera yang tersisa. "Saya sangat yakin akan hal ini bahwa harus ada gencatan senjata sementara untuk mengeluarkan para tahanan, untuk mengeluarkan para sandera," katanya.

Sayap bersenjata Hamas mengatakan bahwa para sandera di Gaza berjuang untuk tetap hidup ketika kondisi mereka memburuk akibat pengeboman Israel yang tiada henti. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Mesir sedang membangun kamp bertembok di dekat perbatasan untuk menampung warga Palestina yang mengungsi dari Gaza, mengutip para pejabat Mesir dan analis keamanan.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan eksodus massal pengungsi akan menjadi bencana besar bagi Mesir dan Palestina. "Yang lebih penting dari apa pun, krisis pengungsi lebih lanjut akan menjadi akhir dari proses perdamaian di masa depan," kata Grandi kepada BBC.

Baca juga : UNICEF: Jalur Gaza Tempat paling Berbahaya Dunia bagi Anak

Penembakan Israel

Di kota Kiryat Malakhi di Israel selatan, sekitar 25 kilometer utara Gaza, seorang pria bersenjata membunuh dua orang di halte bus yang ramai pada Jumat (16/2) dan melukai empat lainnya. Netanyahu memperingatkan bahwa seluruh warga telah menjadi garis depan, dengan mengatakan bahwa para pembunuh, yang tidak hanya datang dari Gaza, ingin membunuh warganya.

Dengan perang yang kini memasuki bulan kelima, ketegangan masih tetap tinggi di seluruh kawasan. Sekutu Hamas, Hizbullah, dan musuh bebuyutannya, Israel, hampir setiap hari saling baku tembak di seberang perbatasan sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober. (AFP/Z-2)

Baca juga : Rumah Sakit Terakhir Gaza Utara tidak Berfungsi akibat Serangan Israel

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat