visitaaponce.com

Sebut Ada Pasukan Inggris dan Prancis di Ukraina, Kanselir Jerman Diserang

Sebut Ada Pasukan Inggris dan Prancis di Ukraina, Kanselir Jerman Diserang
Kanselir Jerman Olaf Scholz dituduh membocorkan data intelijen ke publik mengenai keberadaan pasukan Inggris dan Prancis di Ukraina.(AFP)

KANSELIR Jerman Olaf Scholz dituduh membocorkan data intelijen ke publik mengenai keberadaan pasukan Inggris dan Prancis di Ukraina. Serdadu Ratu Elizabeth juga disebutnya berhasil meluncurkan rudal jarak jauh Storm Shadow ke posisi Rusia.

Seorang Anggota Parlemen Senior Konservatif dan mantan Ketua Komite Pertahanan Inggris Tobias Ellwood mengatakan pernyataan Berlin itu membahayakan nyawa pasukan Inggris di Ukraina.

“Ini adalah penyalahgunaan intelijen secara terang-terangan yang sengaja dirancang untuk mengalihkan perhatian dari keengganan Jerman untuk mempersenjatai Ukraina dengan sistem rudal jarak jauhnya sendiri. Hal ini tidak diragukan lagi akan digunakan oleh Rusia untuk menaiki tangga eskalator," katanya.

Baca juga : Ukraina Tuduh Perusahaan Prancis Dukung Rusia

Inggris diketahui memberikan informasi intelijen mengenai sasaran-sasaran Rusia. Namun tidak jelas tingkat dukungan apa yang diberikan Inggris kepada pasukan Ukraina yang menembakkan rudal-rudalnya.

Komentar Ellwood muncul beberapa hari setelah Scholz mengesampingkan penolakannya untuk mengirimkan rudal jarak jauh Taurus ke Ukraina. Alasan hal ini dapat menyebabkan konflik langsung antara Rusia dan NATO.

“Kami ingin mencegah perang yang dimulai Rusia melawan Ukraina ini meningkat menjadi perang antara Rusia dan NATO,” kata Scholz dalam wawancara dengan kantor berita Jerman DPA.

Baca juga : Zelensky Akan Menandatangani Pakta Keamanan dengan Jerman dan Prancis

Scholz menegaskan pengiriman rudal ke Ukraina memerlukan pengiriman tentara Jerman ke Ukraina untuk digunakan atau ditempatkan. 

“Tentara Jerman tidak boleh dikaitkan dengan cara apa pun dengan target potensial sistem ini, di titik mana pun, atau di mana pun,” kata Scholz.

Kanselir Jerman itu juga mendapat kritik dari partai oposisi di parlemen negara itu, Bundestag. “Pernyataan kanselir mengenai dugaan keterlibatan Prancis dan Inggris dalam pengoperasian rudal jelajah jarak jauh yang digunakan di Ukraina sepenuhnya tidak bertanggung jawab,” kata Anggota Parlemen Kristen Demokrat Norbert Rottgen.

Ukraina telah berulang kali meminta Jerman untuk memberikan rudal jelajah Taurus dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bulan lalu Kyiv membutuhkan amunisi tersebut bukan untuk menyerang Moskow. Namun senjata itu untuk menghancurkan infrastruktur militer Rusia di sepanjang garis depan wilayah Ukraina.

Rudal jelajah yang kuat ini memiliki jangkauan lebih dari 500 kilometer dan dikenal karena keberhasilannya dalam menghancurkan sasaran seperti jembatan, atau benda keras dan terkubur dalam, seperti bunker komando. (Anadolu/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat