visitaaponce.com

Belum Hentikan Pengiriman, AS hanya Kecam Penggunaan Senjatanya di Gaza

Belum Hentikan Pengiriman, AS hanya Kecam Penggunaan Senjatanya di Gaza
Orang-orang dan petugas pertolongan pertama membawa korban yang diselamatkan dari lokasi bangunan yang terkena pemboman Israel di Rafah.(AFP)

AMERIKA Serikat (AS) mengeluarkan kritik mengejutkan terhadap penggunaan senjatanya oleh Israel dalam perang Gaza. Pernyataan itu disampaikan setelah pasukan Israel mengintensifkan operasi di sekitar Kota Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Gaza berlindung.

AS menilai secara masuk akal bahwa Israel telah menggunakan senjata dengan cara yang tidak sesuai, melanggar hukum kemanusiaan internasional selama perang tujuh bulan tersebut. Namun pihaknya tidak dapat mencapai temuan konklusif sehingga berhenti memblokir pengiriman tersebut.

Hubungan antara kedua sekutu tersebut memburuk pada awal pekan ini setelah Presiden AS Joe Biden mengancam akan menghentikan sejumlah pengiriman senjata jika Israel melanjutkan serangan skala penuh terhadap Rafah yang diancam oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Baca juga : Hamas Tegaskan Gencatan Senjata Gaza Kembali ke Titik Awal

AS telah memperingatkan bahwa kerusakan reputasi yang akan diderita Israel jika mereka menyerbu kota dengan sekitar 1,4 juta warga sipil berlindung akan jauh lebih besar daripada keuntungan militer yang mungkin didapat.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa Gaza berisiko mengalami bencana kemanusiaan yang besar jika Israel melancarkan operasi darat skala penuh di Rafah. Prancis mendesak Israel menghentikan operasinya di Rafah tanpa penundaan.

Perdana Menteri Israel telah berulang kali mengatakan bahwa Israel tidak dapat mengalahkan Hamas dan menghilangkan kemungkinan kelompok militan tersebut mengulangi serangan berdarah pada 7 Oktober tanpa mengirimkan pasukan darat ke Rafah untuk mencari pejuang Hamas yang tersisa. "Jika kami harus berdiri sendiri, kami akan berdiri sendiri,” kata Netanyahu dengan nada menantang.

Baca juga : Biden Minta Hamas Terima Gencatan Senjata pada Ramadan

Gedung Putih memperbarui penentangannya pada Jumat (10/5) tetapi menyatakan belum ada operasi besar yang dilakukan terhadap kota tersebut. "Tentu saja kami memperhatikannya dengan penuh kekhawatiran, tetapi saya tidak akan mengatakan lebih jauh bahwa apa yang kami lihat di sini dalam 24 jam terakhir berkonotasi atau mengindikasikan operasi darat yang luas, besar (atau) besar," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

Awal pekan ini, pasukan darat Israel merebut wilayah timur kota tersebut, termasuk perbatasan Rafah di sisi Palestina yang melintasi antara Mesir dan Gaza. Namun mereka belum memasuki wilayah utama.

Dampak buruk

"Operasi militer Israel di sekitar Rafah telah menimbulkan dampak buruk terhadap warga sipil Gaza," kata badan PBB. Lebih dari 100.000 orang, banyak di antara mereka yang mengungsi dari daerah lain di Gaza, telah meninggalkan Rafah minggu ini.

Baca juga : Hamas Ingatkan Serbuan Israel di Rafah Berakibat Puluhan Ribu Tewas

Banyak dari mereka telah kembali ke kota Khan Yunis, tempat pertempuran sengit terjadi awal tahun ini, atau berkumpul di tempat perlindungan di sepanjang pantai di pusat kota Deir al-Balah. Warga sipil yang mengungsi, Malek al-Zaza, mengatakan dia tidak menemukan makanan dan air di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

"Tidak ada yang bertanya tentang kami, tidak ada yang mencari kami. Yang ada hanyalah Tuhan yang memperhatikan kami," katanya.

Penyeberangan Rafah, yang ditutup oleh pasukan Israel pada Selasa, ialah satu-satunya yang biasa digunakan untuk pengiriman bahan bakar. PBB mengatakan bahwa habisnya persediaan bahan bakar di Gaza telah secara efektif menghentikan operasi lembaga bantuan.

Baca juga : Erdogan Serukan Tekanan kepada AS untuk Hentikan Serangan Israel

COGAT, badan kementerian pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina, mengatakan telah mengirimkan 200.000 liter bahan bakar ke Gaza pada Jumat menggunakan jalur penyeberangan yang berbeda.

Menurut PBB, jumlah tersebut diperlukan setiap hari untuk menjaga agar truk bantuan tetap bergerak dan generator rumah sakit tetap berfungsi.

Tentara Israel mengatakan empat tentaranya tewas pada Jumat ketika alat peledak meledak di dekat sekolah di Kota Gaza.

Kematian tersebut menambah total 271 jiwa yang dialami militer Israel dalam kampanye di Gaza sejak dimulainya serangan darat pada 27 Oktober.

Tentara mengatakan tembakan roket dari Gaza telah melukai seorang warga sipil Israel di kota selatan Beersheba. Ini pertama kali sejak Desember kota itu diserang roket Palestina. (CNA/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat