visitaaponce.com

Psikolog Pertanyakan Kesimpulan Bunuh Diri Kasat Narkoba Polres Jaktim

Psikolog Pertanyakan Kesimpulan Bunuh Diri Kasat Narkoba Polres Jaktim
TKP tewasnya Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrist Towilu(MI/Sumantri)

PSIKOLOG Forensik Reza Indragiri Amriel mempertanyakan kajadian tewasnya Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Buddy Alfrist Towilu pada Sabtu (29/4).

"Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan bunuh diri dan bukan kecelakaan? Ada catatan yang mendiang tinggalkan?" kata Reza, (29/4).

Reza menerangkan, jika memang Buddy mengidap penyakit yang akhirnya dijadikan alasan untuk bunuh diri. Ia pun mempertanyakan apakah pihak Polri mengetahui ihwal penyakit yang diidap oleh Buddy.

Baca juga : Sebelum Ditemukan Tewas, Kasat Narkoba Polres Jaktim Sempat Cerita Soal Penyakitnya ke Atasan

Secara tegas, Reza juga mempertanyakan jika Polri telah mengetahui penyakit yang diderita Buddy, kenapa Polri justru menempatkannya pada jabatan yang cenderung berat.

Diketahui, Buddy sendiri menjabat sebagai Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur. Ia sebelumnya menjabat sebagai Kasubbid Paminal Propam Polda Metro Jaya.

Baca juga : Kasat Narkoba Polres Jaktim Tewas, Polisi: Diduga Bunuh Diri

"Alhasil, pertanyaan mendasarnya, seberapa jauh atensi institusi Polri terhadap personelnya yang mengidap penyakit serius," terang Reza.

Reza menjelaskan, profesi penegak hukum seperti polisi memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

"Polisi merupakan salah satu profesi yang pekerjanya berisiko tinggi untuk bunuh diri. Tapi tetap perlu diperiksa kasus per kasus," kata Reza.

Alasan dari munculnya kecenderungan tersebut, kata Reza, dari beban pekerjaan. Terlebih polisi sendiri menangani kasus-kasus kriminal yang sedikit memiliki dampak psikologis.

"Beban kerja, masalah domestik, sakit, dan akses ke senjata. Itu yang utama," tutur Reza.

Oleh kerena itu, Reza mengatakan, seharusnya Polri melakukan pengecekan psikologi bagi anggotanya secara berkala.

Hal tersebut diperlukan, lanjut Reza, lantaran anggota polisi kerap tidak mau mengakui perasaan negatif yang muncul saat menjalankan tugas.

"Harus (pemeriksaan berkala). Tapi pemeriksaan psikologis masih dianggap sebagai pemeriksaan kegilaan. Apalagi polisi acap merasa pantang mengaku capek, sakit, takut, dan perasaan negatif lainnya," tutur Reza.

"Akibatnya, fatigue (kelelahan) kadung parah. Terlambat tertolong. Prognosis (ramalan kesembuhan) terlanjur negatif," imbuhnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudho Wisnus Andiko mengatakan dugaan sementara kejadian tewasnya Buddy merupakan aksi bunuh diri.

Ia menambahkan, sampai saat ini, kejadian tersebut masih dalam proses penyelidikan.

"Didapatkan untuk sementara hari dari langkah-langkah yang kita lakukan ini patut diduga bunuh diri. sementara ini dalam proses penyeledikan ini," kata Truno.

Diketahui sebelumnya, anggota Polisi ditemukan tewas mengenaskan di rel kereta api Stasiun Jatinegara Jakarta Timur pada Sabtu (29/4).

"Iya betul," kata Kanit Laka Lantas Polres Metro Jakarta Timur Iptu Darwis saat dihubungi, Sabtu (29/4).

Diketahui, anggota Polisi yang tewas tersebut ialah Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Buddy Alfrits Towoliu.

"Anggota Polres Jakarta timur," sebut Darwis.

Lebih lanjut, Darwis mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih melakukan proses penanganan atas kejadian tersebut.

"Masih, masih penanganan ya," pungkasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat