visitaaponce.com

Kemenhub Sebut Kerugian yang Diakibatkan Kemacetan di Jakarta Capai Rp65 Triliun

Kemenhub Sebut Kerugian yang Diakibatkan Kemacetan di Jakarta Capai Rp65 Triliun
Kemacetan lalu lintas dari jalan layang Kampung Melayu hingga turunan Kasablanka saat jam berangkat kerja.(MI/Usman Iskandar )

KEMENTERIAN Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan bahwa kemacetan yang ada di Ibu Kota menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi DKI Jakarta. Dari data yang dimiliki oleh Kemenhub, kerugian akibat kemacetan tersebut ditaksir hingga Rp65 triliun per tahun. Bahkan tidak hanya di Jakarta saja, kemacetan yang terjadi di beberapa daerah seperti Semarang, Surabaya, Bandung, Medan, dan Makassar kerugiannya juga mencapai Rp12 triliun per tahun.

Kasubdit Pendanaan dan Pengawasan Angkutan, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub Ghoefron Koerniawan mengatakan, terdapat banyak hal yang sia-sia saat terjadi kemacetan tersebut. Misalnya seperti bahan bakar yang terbuang tanpa menghasilkan perpindahan atau perjalanan.

"Kemacetan tersebut banyak membuang bahan bakar, tapi dia tidak menghasilkan perjalanan, artinya terganggu di situ," kata Ghoefron di Kantor Kemenhub, Jakarta, Selasa (27/6).

Baca juga: Masifkan Integrasi Angkutan Untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Tentunya, lanjut Ghoefron, Bahan bakar yang digunakan kendaraan tersebut pun berubah menghasilkan emisi. Lalu menjadi polusi dan menimbulkan penyakit bagi orang-orang.

"Banyak emisi keluar di mana-mana kemudian menyebabkan orang sakit, biaya perawatan dan sebagainya," ujarnya.

Baca juga: Heru Lanjutkan Program Penanganan Polusi Udara yang Digagas Anies

Selain itu, kemacetan tersebut juga dapat mengakibatkan kendaraan jadi lebih cepat rusak dari waktu yang semestinya. Akibatnya pemilik kendaraan harus mengeluarkan uang untuk biaya perawatan.

"Pengeluaran biaya-biaya tadi dikumulatifkan dan sejumlah lembaga sudah menghitung se-Jabodetabek itu per tahun Rp65 triliun uang hilang yang terbakar akibat macet itu. Jadi kecelakaan, biaya rumah sakit, perawatan kendaraan, jadi sebesar itu," tuturnya.

Oleh karena itu, saat ini pihaknya tengah fokus untuk membangun transportasi umum publik massal yang baik demi mengatasi kemacetan. Sekaligus juga untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan kendaraan.

"Sehingga kemacetan berkurang kemudian emisi juga berkurang dan efek-efek berikutnya itu yang bisa kita hemat untuk membangun yang lebih baik dan alokasi yang bermanfaat buat masyarakat," ujarnya. (Fik/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat