Pengusaha Kuliner Berupaya Bertahan di Tengah Pandemi
PENGUSAHA kuliner di Purwokerto dan Temanggung, Jawa Tengah berusaha melakukan berbagai upaya agar tetap bertahan di masa sulit pandemi covid-19. Kendati omzet tidak mengalami peningkatan, namun mereka menjaga agar penghasilan tetap stabil.
Sari Rusdi,63, salah seorang pengusaha kuliner di Jalan Moch Yamin Purwokerto mengaku melakukan pemasaran via online selain memperluas jaringan pasar. Ia berupaya menitipkan produk makanannya ke sejumlah supermarket yang ada di daerahnya.
"Memang ada dampak dari pandemi, sekarang saya tidak bisa demo makanan dan melakukan promosi lainnya. Jadi berusaha memperluas pasar dengan menitipkan ke sejumlah supermarket dan pemasaran via daring agar omzetnya minimal tidak turun," ujar Sari, Senin (6/8).
Ia menyebutkan, untuk satu jenis makanan ringan ia mendapatkan hasil rata-rata Rp 5,6 juta per minggu. Pendapatan sejumlah ini terbilang stabil dan menjadi pendapatan rutinnya sejak sebelum pandemi. Namun terkadang ia menerima pesanan dari tambahan penghasilan dan penjualan via online untuk jenis makanan lainnya.
baca juga: PPKM Level IV
Dari Temanggung, Jawa Tengah dilaporkan, lantaran bisnis kopi kurang bagus semenjak pandemi covid-19, sejumlah pengusaha kopi di Temanggung mencoba bertahan dengan mengembangkan bisnis minuman dan makanan tradisional instan.
Seperti dilakukan Rusiyati, salah seorang pengusaha kopi di Kecamatan Temanggung. Sebelum pandemi ia bahkan telah menjual produk kopinya hingga ke luar negeri dan ke daerah lain di Indonesia. Ia juga melengkapi usahanya dengan menerapkan standar SNI untuk produk kopinya. Namun belakangan malah permintaan kopi sepi.
"Sekarang kopi sepi permintaan. Belum bisa kirim lagi ke luar daerah. Jadi kami berinisiatif mengembangkan produk minuman seperti sirup jahe dan makanan tradisional thiwul instan,"katanya.
Diakuinya, permintaan minuman jahe malah laris di pasaran. Belakangan permintaan terus meningkat. Pengiriman minuman jahe ini menyasar hingga Medan dan Pekanbaru. Minuman jahe dikemas dalam botol dan dipasarkan seharga Rp 32 ribu per botol. Sedangkan thiwul instan dijual Rp16 ribu per bungkus.
"Kemungkinan karena ini masih pandemi, orang banyak membutuhkan minuman tradisional seperti jahe untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga permintaan terus berdatangan," kata Rusiyati. (N-1)
Terkini Lainnya
14 Asrama Haji Siap Layani Jemaah yang Pulang
Empat Parpol Dukung Petahana di Pilkada Temanggung
Temanggung Upayakan Penurunan Stunting Hingga 9%
MUI: Hentikan Polemik Sambutan Biksu di Temanggung
Viral Duel Antara Residivis, Satu Orang Tewas
Haji Dijanjikan Lancar dan Aman
Kerugian akibat Kebakaran Pasar TU Kayu Manis Rp2 Miliar
Seorang Pedagang Tewas Korban Salah Sasaran Tawuran
DPRD DKI Jakarta Dukung Pembangunan Mako Satpol PP
Pelaku Pembunuhan Pedagang Perabotan Duret Sawit Seorang Perempuan
Kebutuhan Pokok Merangkak Naik di Sejumlah Pasar Tradisional Tasikmalaya
Jawa Tengah Jadi Produsen Bawang Terbesar dan Termahal
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap