visitaaponce.com

Gripet dan Idan Ataili, Urat Nadi Ekonomi Desa yang Luput Perhatian Pemda Lembata

Gripet dan Idan Ataili, Urat Nadi Ekonomi Desa yang Luput Perhatian Pemda Lembata
Jalan setapak Gripet Ataili dan Idan, urat nadi ekonomi desa Ataili yang berbahaya.(MI/Alexander P Taum)


JIKA para petani di daerah lain dengan mudah memobilisasi hasil komoditi
pertaniannya menuju pasar, karena dukungan infrastruktur jalan memadai, tidak
demikian halnya para petani di Desa Ataili, Kecamatan Wulandoni,  Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Untuk dapat mengakses pasar, komoditi para petani setempat seperti, kemiri, kelapa, Kakao, ubi, sayur sayuran dan hasil Kebun dan hutan lainnya, harus dipikul dengan berjalan kaki puluhan kilometer sambil meniti jalan setapak di bibir tebing curam.

Apolonaris Ilin, warga desa Ataili, Senin (18/10) menjelaskan, ada dua ruas jalan setapak di daerah curam, sebagai nadi perekonomian warga desa setempat.

"Setiap hari warga kami yang rata-rata bermata pencaharian Petani, pergi dan pulang kebun, jalan kaki lewat di 'Idan' dan 'gripet ataili'. Kalau pergi mudah tetapi pulang pasti ada bahan jualan, seperti sayur, kemiri, kelapa, ubi, pisang, kakao, mente, dan hasil kayu. Jadinya sangat sulit.  Kalau masih muda tidak masalah tetapi kalau semakin tua, kami sulit sekali bawa barang dan lewat jalan itu," ungkap Apolonaris Ilin.

Sebagaimana disaksikan Media Indonesia, Gripet Ataili merupakan jalan setapak yang di buat disepanjang tebing. Ruas jalan berbahaya ini letaknya di bagian Timur Desa Ataili.

Bagi warga desa setempat, meniti jalan setapak Gripet, di atas tebing dengan ketinggian lebih dari 20 meter, sudah menjadi hal lumrah. Meski begitu, sudah banyak warga setempat kerap tergelincir di jalur itu.

Dibutuhkan ekstra kehati-hatian bagi orang yang baru meniti ruas jalan
setapak ini, agar tidak tergelincir ke jurang yang menganga.

Yeremias Ali Atun, warga desa setempat, menjelaskan dulunya, Gripe Ataili menjadi ruas jalan utama yang menghubungkan Desa Ataili dengan ibu kota Kecamatan Atadei maupun kota Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Tidak ada pilihan lain selain berjalan kaki, melewati ruas jalan itu.

"Ini jalan utama sebelum akses jalan raya dibuka melalui jalur pantai pada tahun 2000 an. Tetapi saat ini Gripet Ataili ini menjadi urat nadi ekonomi karena jalan ini menghubungkan kampung dengan kebun warga yang rata-rata bermata pencaharian petani. Hanya jalur ini, tempat petani membawa pulang hasil kebun dan hutan untuk dijual ke pasar," ujar Yeremias.

Ia menandaskan, masih ada ruas jalan ekstrim yang juga menjadi urat nadi
perekonomian warga desa yakni Idan.

"Idan ini juga jalan setapak yang menyusur tebing setinggi lebih dari 50 meter. Tebing terjal itu harus di lalui melalui tangga kayu yang dipasang warga untuk dapat memanjati bibir tebing yang sangat curam," ujar Yeremias Ali.

Menurutnya, tidak ada pilihan lain bagi petani setempat untuk  beraktivitas kemudian membawa hasil di kebun, tanpa melewati ruas jalan itu setiap hari.

Yeremias pun berharap, adanya intervensi anggaran dari Pemerintah agar
lokasi memanjat tebing di 'Idan' ini dapat dipasangi tangga permanen atau tebing tersebut di rubuhkan agar dapat di akses kendaraan. (OL-13)

Baca Juga: Kader dan Pengurus Partai Ummat di Batam Mengundurkan Diri Massal

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat