visitaaponce.com

Stok Kacang Kedelai di Cianjur masih Mencukupi

Stok Kacang Kedelai di Cianjur masih Mencukupi
Tanaman kacang kedelai.(DOK MI)

STOK kacang kedelai impor maupun lokal di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, relatif mencukupi. Namun, stoknya tidak banyak terjual karena harganya sejak beberapa pekan terakhir melonjak.

Asisten Daerah II Bidang Perekonomian Setda Kabupaten Cianjur, Budhi Rahayu Thoyib, menjelaskan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sudah melaksanakan sidak dan monitoring ke sejumlah agen, pabrik tahu, serta Koperasi Pengusaha Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) di sentra perajin di Kampung Sayang Semper dan Kampung Selajambe. Dari hasil sidak dan monitoring, stok kacang kedelai cukup melimpah.

"Di Kopti ada sekitar 6,6 ton. Sedangkan di agen yang ada di Kampung Selajambe stoknya lebih dari 10 ton," kata Budhi, Kamis (24/2).

Stok yang ada merupakan kacang kedelai impor. Komoditasnya merupakan stok lama karena belum terjual.

"Ini karena banyak pelaku usaha tahu dan tempe yang tidak membeli atau mengurangi produksi karena harga kacang kedelai yang mahal. Sekarang harganya rata-rata di kisaran Rp11 ribu dari sebelumnya Rp9 ribu. Kondisi ini cukup memberatkan bagi para pelaku usaha tahu dan tempe," ungkapnya.

Sedangkan kacang kedelai lokal, lanjut Budhi, stoknya juga masih menumpuk karena belum terjual. Pasalnya, para perajin tahu dan tempe lebih memilih menggunakan kacang kedelai impor. "Bahan baku pembuatan tempe dan tahu itu kebanyakan menggunakan kedelai impor," ujarnya.

Sebagian perajin tahu dan tempe di Kabupaten Cianjur sempat mogok produksi selama dua hari, Senin (21/2) dan Selasa (22/2). Namun mulai Rabu (23/2), mereka sudah kembali beroperasi.

"Sekarang sudah kembali berproduksi. Tapi mereka terpaksa menaikkan harga jual tahu yang semula Rp450 per biji menjadi Rp500 per biji. Kalau tempe disiasatinya dengan mengurangi ukuran dari semula 12x5 inci menjadi 12x3 inci," bebernya.

Budhi menuturkan naiknya harga kacang kedelai sangat memberatkan para perajin tahu dan tempe. Terlebih pelaku usahanya merupakan industri rumah tangga dengan kapasitas produksi yang relatif kecil.

"Mereka (agen, perajin, dan Kopti) berharap pemerintah bisa mengendalikan dan menurunkan harga kedelai impor. Termasuk berharap agar kualitas kedelai lokal bisa setara impor sehingga pemenuhan kebutuhannya tidak mengandalkan dari luar negeri. Harganya pun mungkin bisa lebih murah," bebernya.

Informasi dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan, lanjut Budhi, tahun ini berencana akan menambah kapasitas produksi kacang kedelai lokal. Semula produksinya berasal dari lahan tanam seluas 4 ribu hektare, akan ditambah menjadi 15 ribu hektare. "Penambahan ini karena ada bantuan benih kacang kedelai dari Kementerian Pertanian," pungkasnya. (OL-15)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat